12

684 43 0
                                    

Mobil itu melaju membelah dinginnya pagi kota Jakarta. Di dalamnya Fathur sedang fokus mengendarai, sedangkan di jok tengah Sahara dan Fatma duduk terdiam tanpa bicara. Sahara sesekali melirik mamanya yang sama sekali tidak menatapnya sedari tadi.

Fathur sekilas melirik pada kaca spion dalam mobil. Melihat apa yang sedang dilakukan ibu anak di belakangnya. Sesekali matanya bertemu manik hitam milik Sahara . Tapi gadis itu selalu terlebih dahulu memutus kontak netra mereka.

"Ma, maafin Ara ya? Ara kemaren udah bentak mama" Sahara memecah keheningan di antara ketiganya.

Fatma menoleh kearah anak bungsunya. Dielusnya rambut gadisnya itu dengan penuh kasih sayang.

"Mama udah maafin. Lain kali jangan di ulang lagi ya?" Ucap Fatma lembut.

Sahara mengangguk paham sembari tersenyum. Kemudian di peluknya Fatma dengan erat. Beruntung Sahara memiliki mama Fatma. Baik hati dan pemaaf.

"Makasih ya ma!" Ucap Sahara tulus.

"Mama cuma nggak mau kamu kenapa-napa, nak. Orang tua kamu cuma tinggal mama. Dan mama nggak bisa setiap saat ngawasin kamu, jagain kamu, makanya mama minta bantuan Fathur" ujar Fatma.

"Mama sayang banget sama kamu, dek. Yakinlah, apapun yang mama lakukan ke kamu, itu semata hanya karena mama menginginkan yang terbaik buat kamu" lanjut Fatma.

'Mas Fathur bener, semua bisa selesai dengan baik tanpa emosi' batin Sahara.

"Ara ngerti ma, Ara yang terlalu egois dengan perasaan Ara sendiri. Maaf ya, ma!"

"Iya!" Fatma mengusap kepala Sahara lagi.

Fathur tersenyum melihat kehangatan yang kembali terpancar diantara dua orang di belakangnya itu. Dia tahu, Sahara tidak akan berlama-lama membiarkan suasana tidak enak ini terjadi. Memang benar apa yang dikatakan Maryam. Dibalik sikap kerasnya, Sahara adalah anak yang baik. Beruntung Fathur memiliki istri seperti Sahara. Eh, calon istri...

Semoga!

***

Fathur membantu menurunkan barang bawaan Sahara dari mobil kemudian memindahkannya ke dalam bagasi bus yang akan membawa mereka ke Bogor. Usai Sahara pamit kepada Fatma, Sahara membaur dengan Salwa dan Ajeng. Ketiganya langsung menuju papan pengumuman untuk melihat pembagian bus mereka.

Mata ketiganya membulat sempurna ketika mendapati nama merek tidak berada dalam 1 bus. Sahara di bus 1, Salwa di bus 3, dan Ajeng di bus 4.

"Yaah, kok kita nggak satu bus sih!" Gerutu Salwa.

"Udah, nggak papa. Lagian nanti di Bogor juga kita ketemu kan?" Sahara mencoba menenangkan sahabatnya.

"Sa, Lo satu bis sama Reno!" Pekik Ajeng ketika menelisir nama-nama siswa yang ada di bus 1 "Lo duduk sebelahan sama Vira!"

"Hah?! Yang bener?" Sahara ikut meneliti "Yailah, kenapa mesti sama si Vira sih?!"

"Ustadz Fathur duduk di belakang gue nih, malahan!" Ujar Salwa.

Sahara menatap Salwa yang kini juga menatapnya. Sepertinya apa yang ada di pikiran kedua gadis itu sama. Kemudian mereka tersenyum bersamaan. Senyuman penuh kejahilan.

"Kalian ini kenapa sih kok malah senyum-senyum nggak jelas gitu?" Ajeng tidak mengerti.

"Lo ngerti kan Sal?" Tanya Sahara sembari menyeringai jahil.

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang