29

630 45 0
                                    

Tok tok tok

Reno mengetuk pintu rumah Salwa. Tidak berapa lama pintu terbuka dan menampakkan sok-sok Salwa dengan pakaian santainya. Salwa membulatkan matanya mendapati Reno bertandang ke rumahnya. Namun Salwa  berusaha menetralkan ekspresinya.

"Reno? Ada apa ke sini?" Tanya Salwa berusaha bersikap biasa.

"Gue mau bicara sesuatu sama Lo" jawab Reno.

"Ooh, duduk dulu!" Salwa kemudian mempersilahkan Reno masuk dan duduk di ruang tamunya.

"Kenapa?" Tanya Salwa pendek.

"Gue udah tau semuanya!" Ujar Reno ambigu.

"Tentang apa?" Salwa mengernyitkan keningnya.

"Tentang perbuatan Desi dan kakaknya. Juga tentang Lo" jelas Reno.

Salwa sedikit tersentak. Dia amat yakin Ajeng yang telah mengadukan semuanya kepada Reno.

"T-tentang gue?" Salwa pura-pura tidak mengerti.

"Tentang Lo yang udah tau kelakuan Desi tapi nggak bilang ke kita, juga tentang Lo yang jealous sama Sahara" Reno menatap Salwa serius.

Salwa tertegun. Perasaannya jadi campur aduk. Ada perasaan takut, ada juga perasaan menyesal, entah harus bagaimana Salwa bersikap.

"Gue...." Salwa bingung harus menjelaskan apa.

"Sal, gue emang suka sama Sahara. Tapi Sahara cuma anggep gue sebagai temen deketnya aja. Dia nggak mau dan nggak bisa lebih dari sahabat. Selain dia udah di jodohin, dia juga nggak mau ngerusak persahabatan kita" ujar Reno.

"Ngerusak?" Salwa mengernyitkan keningnya.

"Kalo kita pacaran terus putus, kita nggak mungkin bisa deket lagi kaya sekarang. Kalo kita sahabatan, sampe kapanpun kita bakal selalu bisa saling support saling dukung".

Reno meraih tangan Salwa dan menggenggamnya. Jantung Salwa hampir copot karena perlakuan Reno itu. Salwa berusaha mengatur ritme nafasnya agar tidak terlihat gerogi di depan Reno.

"Dan gue juga akan melakukan hal yang sama ke elo" lanjut Reno.

"M-maksud Lo?" Salwa tidak mengerti.

"Gue pengen kita terus sahabatan kaya gini aja. Biar kita tetep terus bisa deket dan bareng-bareng. Nggak akan ada kata putus dalam persahabatan. Jadi gue bakal tetep bisa jaga Lo sampai kapanpun" ujar Reno.

Seketika hati Salwa seperti disayat belati kemudian disiram air panas. Sangat perih. Ini penolakan secara halus namanya.

Tapi Salwa tidak bisa berbuat apapun. Bukankah cinta tidak bisa di paksakan? Dan bukankah kalau jodoh tidak akan kemana?

Salwa memaksakan senyumnya "Iya, gue ngerti!"

Reno tersenyum lega. Paling tidak, Salwa sudah mengerti jika bukan Sahara yang membuat Reno jauh darinya.

***

Fathur baru saja selesai mengajar ketika Yusuf datang menghampirinya di teras pesantren. Yusuf adalah Kyai pendiri pondok pesantren itu, juga ayah yang merawat Fathur dari kecil.

"Fathur, lagi apa?" Sapa Yusuf.

Fathur yang sedang membaca buku pun mengakhiri kegiatannya dan menyambut Yusuf dengan senyum hangatnya.

"Eh, Abi. Ini, sedang baca buku aja Abi. Sambil menunggu Sahara dan Umi" jawab Fathur.

"Sahara? Dia di sini?" Tanya Yusuf.

"Iya, Abi. Umi ingin bertemu Sahara. Jadi, Fathur ajak Sahara ke sini" jelas Fathur.

"Abi terakhir bertemu Sahara dulu waktu dia masih kecil. Waktu itu dia ikut pak Bahar ke sini. Entah bagaimana dia sekarang?" Yusuf terkekeh kecil.

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang