36

850 38 0
                                    

Tok tok tok

Suara ketukan pintu menghentikan kegiatan membaca novel yang sedang Sahara dan Salwa lakukan.

"Siapa sih malem-malem gini?!" kesal Salwa "ganggu aja!"

"Nggak bakal tau siapa, kalo nggak lo bukain itu pintunya!" cibir Sahara.

"Kenapa nggak lo aja?"

"Kan lo tuan rumahnya!"

"Isshhh!"

Salwa beranjak dari ruang keluarga untuk membukakan pintu. Matanya menatap heran orang dibalik pintu itu.

"Ustadz Fathur!"

Mendengar nama Fathur di sebut, Sahara ikut beranjak dan menyusul Salwa. Benar, Fathur berada di balik pintu rumah Salwa.

"Mas Fathur!" panggil Sahara "Katanya nginep di pesantren?"

"Iya, tadinya mau tidur di pesantren. Tapi ingat kamu di rumah sendiri jadi aku pulang" jelas Fathur.

"Ehhemmmm.. Yang udah menuju halal. Makin perhatian aja nih!" cibir Salwa.

"Jomblo ngiri ya?"

"Enak aja! Gue itu nggak jomblo, cuma belom ada yang pas aja!"

"Sama aja, tatang!"

Sahara kembali menatap Fathur, dia mengernyitkan keningnya. Ada yang berbeda dengan Fathur. Dia tidak setenang biasanya. Dari sorot matanya, terlihat ada sesuatu yang tengah mengganggu pikirannya.

"Emmm.. Mas Fathur ada masalah?" tanya Sahara.

Fathur terdiam. Dia sendiri bingung harus bagaimana harus menyampaikan yang ada dipikirannya kepada Sahara. Tapi, Sahara harus tau.

"Kalian mending ngobrolnya di ruang tamu, deh. Kaya satpam aja pacaran di sini. Gue ke kamar dulu ya! Nggak mau jadi obat nyamuk!" pamit Salwa.

Setelah Salwa berlalu, Sahara mengajak Fathur untuk duduk di sofa ruang tamu rumah Salwa.

"Mas Fathur, ada apa sih?" tanya Sahara lagi.

"Emmm... Ini tentang...." Fathur menghela nafas "Om Danu"

"Ooh, om Danu udah sampe rumahnya ya?" tebak Sahara santai.

Fathur menggeleng pelan. Raut wajah tenangnya kini berubah menjadi wajah panik, bingung, dan khawatir. Entahlah, tapi seperti itu yang Sahara tangkap.

Sahara menaikkan sebelah alisnya "terus?"

"Om Danu..... " Fathur memberi jeda "Om Danu dan Tante Farah.... Mereka..."

"Mereka kecelakaan" lanjut Fathur.

"Hah?!" seketika Sahara panik "Terus sekarang gimana keadaan mereka?"

"S-sebaiknya kita ke rumah sakit!" ajak Fathur.

Sahara mengangguk "Ara ambil tas sama jaket Ara dulu, mas!"

Sahara beranjak menuju kamar Salwa untuk mengambil jaket dan tasnya. Tak berapa lama Sahara muncul bersama Salwa yang kini ikut memasang wajah cemas.

"Kita jalan dulu, Sal!" pamit Sahara.

"Iya, hati-hati ya kalian!"

Sahara dan Fathur segera beranjak dan masuk ke dalam mobil. Fathur segera memacu mobilnya meninggalkan rumah Salwa.

***

Sahara berjalan cepat menyusuri lorong rumah sakit diikuti Fathur di belakangnya. Air mata Sahara sudah mengembang di pelupuk matanya dan siap meluncur. Ternyata perasaannya tadi adalah firasat buruk tentang ini.

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang