20

726 36 0
                                    

Pagi ini bus yang membawa peserta camping dari Bogor menuju Jakarta sudah berangkat. Wajah-wajah lelah tapi bahagia jelas terpancar. Tapi tidak dengan Sahara. Dia malah menatap kosong keluar jendela bus. Pikirannya melayang entah kemana. Fathur sudah pulang semalam dan kedua temannya tidak satu bus dengannya, membuat perjalanan pulang kali ini menjadi sangat sepi bagi Sahara.

Dering ponsel Sahara berbunyi nyaring. Sebuah panggilan masuk dari Yoga membuyarkan lamunan Sahara. Sahara segera mengangkat telepon itu.

"Hallo, kenapa mas?" Tanya Sahara dengan malas.

"Kok Lo kaya sedih gitu? Ada yang gangguin?" Tanya Yoga sedikit khawatir.

"Enggak. Gue nggak papa!" Sahut Sahara sekenanya.

"Tapi kok..."

"Gue nggak papa mas. Udah deh nggak usah lebay!" Jengah Sahara.

"Iya-iya, sensi banget!" Cibir Yoga "Nanti gue tunggu di sekolah ya? Gue anter pulang"

"Nggak usah! Nanti juga di jemput mama" tolak Sahara.

"Mama sama Arafah lagi di pesantren ikut acaranya Fathur. Tadi Arafah minta tolong sama gue buat anterin Lo pulang, sekalian gue nukerin mobil gue" jelas Yoga.

Entah mengapa mendengar penjelasan Yoga membuat perasaan Sahara tidak karuan. Perasaan cemburu atau apa, tapi yang jelas dia tidak suka dengan kedekatan Arafah dengan Fathur.

"Ra, Lo masih denger gue kan?" Tanya Yoga.

"Eh, iya. Iya gue masih denger kok mas!" Sahara terbuyar dari lamunannya.

"Yaudah, gue tunggu di sekolah ya? Bye!"

Yoga menutup teleponnya. Sahara menghela nafas, dia hanya bisa pasrah dengan keadaan.

'Emang kayanya mbak Fah yang lebih cocok sama mas Fathur. Bukan gue!' Batin Sahara.

***

Fathur hari itu sibuk dengan acara di pesantrennya. Terlihat Arafah juga ikut membantu kelangsungan acara itu juga. Sesekali terlihat obrolan singkat dari keduanya. Bahkan terdengar candaan ringan yang membuat keduanya terkekeh bersamaan.

Terlihat bahagia memang, tapi tidak dengan hati Fathur. Entah mengapa ada yang kosong darinya tanpa melihat kehadiran Sahara. Arafah memang sangat menawan, pintar, dan sangat Sholehah. Tapi entah mengapa ada sesuatu dari diri Sahara yang menjadikan gadis itu lebih istimewa di hati Fathur saat ini.

Tapi lagi-lagi Fathur menepis segala rasa yang ada. Fathur tahu diri, Sahara tidak akan memilihnya. Yoga lebih cocok bersama Sahara menurut Fathur.

"Fathur, kamu lagi mikirin apa sih? Melamun terus" Tanya Arafah sembari menata souvenir.

"Oh, enggak. Cuma kepikiran Sahara yang mau jemput siapa" ujar Fathur tenang.

"Udah tenang aja, kan ada Yoga!" Arafah tersenyum.

Fathur mengangguk paham. Dia tersenyum kaku, hatinya tidak bisa mendukung untuk tersenyum lebih lebar. Hatinya berkecamuk tidak karuan. Ada rasa tidak rela ketika harus membayangkan Sahara bersama Yoga.

***

Akhirnya bus peserta camping sampai juga di sekolah Sahara. Semua peserta turun dengan rapi satu persatu. Sahara segera merenggangkan otot-ototnya selepas turun dari bus. Perjalanan Bogor-Jakarta cukup membuat tulang-belulangnya pegal.

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang