17

602 39 0
                                    

Fathur, Yoga, Salwa dan Ajeng berada di tempat dimana Sahara terakhir bersama kelompoknya sebelum tragedi lemparan boneka itu terjadi. Mereka berempat mengedarkan pandangan mencari keberadaan Sahara.

"SAHARA!" teriak Yoga. Tidak ada sahutan apapun.

"SAHARA!" Salwa melakukan hal yang sama. Tidak juga ada respon dari sang empunya nama.

"Apa mungkin Sahara lari balik ke pos 3 ya?" Terka Ajeng.

"Kayanya nggak mungkin deh, Jeng. Dari sini ke pos 3 itu jaraknya udah lumayan jauh" Salwa mengernyitkan keningnya "Atau jangan-jangan Sahara lari masuk hutan lagi?!"

"Nggak mungkin!" Sangkal Yoga "Sahara nggak mungkin milih masuk hutan cuma karena ketakutan. Gue yakin logika dia masih jalan meskipun dalam keadaan genting sekalipun!".

"Apa kita mau coba cari ke pos 3?" Saran Salwa.

Ajeng dan Yoga mengangguk. Berbeda dengan Fathur yang masih sibuk mengedarkan pandangannya. Entah mengapa dia yakin Sahara tidak ke pos 3. Tapi apa salahnya di coba kesana kan?

"Kalian duluan aja ke pos 3, saya mau cari Sahara di sekitar sini dulu. Siapa tau dia ada di sekitar sini" ujar Fathur.

"Gue yang lebih kenal Sahara aja nggak yakin dia masih di sekitar sini!" Sinisme Yoga.

"Udah kak, bukan waktunya berdebat!" Hardik Salwa "Yaudah, kita bertiga ke pos 3 ya tadz".

"Iya. Saya tunggu di sini!" Sahut Fathur tenang.

Memang pembawaan Fathur selalu tenang, meski hatinya dalam keadaan kacau sekalipun.

Salwa, Ajeng, dan Yoga akhirnya pergi ke pos 3 dengan keyakinan mereka Sahara ada di sana. Fathur lebih memilih masuk ke hutan. Entah mengapa hatinya membawanya masuk ke kawasan yang sebenarnya terlarang untuk peserta kemping itu.

Sampai di pinggir jurang, Fathur menghela nafas. Ini sudah di ujung hutan, Sahara memang tidak di sini. Benar kata Yoga, dia memang tidak mengenal Sahara. Fathur memutuskan untuk berbalik ke jalan setapak utama.

Baru berbalik dan akan melangkah, sayup-sayup Fathur mendengar suara seseorang meminta tolong dengan lirih.

"Tolooong!"

Fathur menghentikan langkahnya. Dia mencoba menajamkan pendengarannya.

"Tolooong!"

Suara itu lagi. Fathur meyakini suara itu berasal dari dasar jurang. Fathur pun perlahan mendekati bibir jurang.

"Tolong!"

Suara itu semakin jelas. Benar, ada orang di bawah sana. Fathur mengarahkan senternya ke bawah. Dengan cepat netranya menangkap sok-sok tubuh tergeletak tak berdaya.

"Sahara!" Pekik Fathur

***

Desi dan 2 teman satu kelompoknya memutuskan kembali ke titik kumpul. Desi segera berjalan mendekati Deta yang sudah menunggunya di meja kepanitiaan. Deta menyambut adiknya itu dengan tatapan berbinar dan senyum mengembang.

Desi berjalan sembari mengangkat senter serta HT milik Sahara yang di pinjam nya tadi. Kemudian meletakkan di meja tepat didepan Deta ketika sampai berhadapan dengan kakaknya.

"Berhasil juga Lo!" Deta tersenyum smirk.

"Desi gitu loh!" Desi tersenyum penuh kemenangan.

"Rencana siapa dulu?" Deta mencibir.

Rencana? Rencana apa?

Flashback On

"Jadi kakak punya rencana apa buat kasih pelajar ke Sahara?" Tanya Desi sembari menatap kakaknya yang berjalan mondar-mandir di depan tendanya.

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang