34

735 35 0
                                    

Fathur membawa mobilnya dengan santai. Jalanan ibu kota pagi itu belum terlalu ramai karena memang masih sangat pagi. Di sampingnya Sahara masih setia memandangi jalanan yang lenggang. Sesekali Fathur melirik gadis itu. Entah mengapa setelah mereka saling mengetahui perasaan masing-masing , canggung tercipta di antara keduanya.

Hari itu Sahara tidak sekolah. Fatma sudah mengatur ijin sekolah Sahara untuk 3 hari kedepan. Selain karena memang ijin istirahat dari dokter, Fatma ingin Sahara dan Fathur mempersiapkan diri untuk pertunangan mereka.

"Kita ke rumah sakit dulu? " tanya Fathur memecah keheningan di antara dirinya dan Sahara.

Sahara menoleh "Iya. Setelah itu kita ke apartemen Om Danu".

"Kenapa om Danu tidak menginap di rumah saja? "

"Dia sama istri sama anaknya. Biasanya kalo sama mereka, om Danu nyewa apartemen " jelas Sahara.

Fathur mengangguk paham. Rasa canggung itu masih sangat kentara. Bahkan setelah pernyataannya di rumah sakit waktu itu, tidak ada pembahasan lagi sampai detik ini. Tapi Fathur senang, Sahara memiliki rasa yang sama seperti apa yang dia rasakan.

****

Sahara dan Fathur memasuki ruang rawat Arafah. Fatma terlihat sedang menyuap Arafah dengan telaten. Arafah menyambut kehadiran mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Mbak Fah udah enakan? " tanya Sahara.

Bukannya menjawab, Arafah malah memfokuskan pandangannya kepada Fathur.

"Fathur, kamu bisa bantu mama suapin aku? Mama mau mandi dulu" pinta Arafah.

"Mama bisa selesaiin nyuapin kamu dulu, baru mandi. Kasihan Fathur pasti capek abis nyetir" elak Fatma.

"Tapi Arafah pengen Fathur yang nyuapin Arafah, ma" mohon Arafah.

Fatma menatap Sahara kemudian beralih ke Fathur. Sedangkan Fathur menatap Sahara seakan menunggu perintah. Sahara mengangguk pelan. Sebenarnya dia tidak suka, tapi mau bagaimana? Kakaknya sedang sakit, dan Sahara harus maklum.

Fatma menyerahkan tempat makan Arafah ke Fathur. Fathur pun menerimanya dengan sedikit senyum kaku. Fatma beranjak dari kursi samping brankar Arafah, kemudian menyuruh Fathur duduk menggantikannya.

Fathur diam tidak beranjak. Dia tahu, meski Sahara memperbolehkan, tapi ini akan menyakiti Sahara. Meskipun Sahara terlihat kuat, tapi hatinya gampang sekali rapuh.

"Duduk, Fathur! " pinta Fatma.

"Maaf, ma. Fathur tidak bisa! " Fathur mengembalikan tempat makan Arafah kepada Fatma.

Tentu saja hal itu membuat kaget Sahara, Fatma, apalagi Arafah.

"Fathur tidak mau membuat Sahara sakit lagi" lanjut Fathur.

Fatma paham apa yang ada di pikiran Fathur. Fatma mengalihkan pandangannya kepada Arafah yang Kini membuang muka. Fatma juga tahu, Arafah merasa diabaikan oleh Fathur. Tapi memang Fathur itu milik Sahara, bukan Arafah.

"Mbak, sama mama aja ya? " tawar Fatma.

"Arafah kenyang, ma! " tolak Arafah ketus.

"Atau sama Ara aja ya mbak makannya? " Bujuk Sahara.

"Kalo ku bilang kenyang ya kenyang! " Arafah menatap Sahara tajam.

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang