30

821 40 2
                                    

Sahara memasuki kelasnya dengan langkah perlahan. Kelasnya telah ramai walaupun jam masih menunjukkan pukul 6.30 pagi.

"Cieee calon bini ustadz ganteng, udah jadi alim aja" ledek salah seorang teman satu kelas Sahara.

Sahara hanya bisa diam. Rasanya malu, tapi senang. Entah itu pujian atau ejekan, tapi menurutnya itu membuat hatinya berbunga-bunga. Ya, penampilan Sahara telah berubah. Seperti yang dikatakannya pada Fatma, Sahara ingin belajar memakai jilbab setiap waktunya.

"Omaigat Sahara!" Pekik Salwa sembari menarik tangan Sahara untuk segera duduk di kursinya.

"Apaan sih, Sal?" Sahara memutar bola matanya.

"Sa, sumpah Lo beda banget! Lo tambah cantik!" Antusias Salwa.

"Jangan bikin ge-er deh!" Sahara terkekeh.

"Udah cocok banget deh jadi calon istrinya seorang ustadz" Salwa memainkan alisnya.

"Ya, gue cuma mau jadi lebih baik aja Sal. Ternyata enak juga pake jilbab begini" Sahara membenahi posisi jilbabnya.

"Kenapa nggak dari dulu aja sih?" Salwa menyipitkan matanya menatap Sahara.

"Harusnya gue yang tanya sama lo. Lo kan sering ikut kajiannya ustadz Fathur, kenapa nggak pake jilbab? Pakenya cuma kalo pas kajian aja!" Cibir Sahara.

"Ya gue kan cuma...."

"Sahara!" Pekikan Ajeng yang baru saja datang menggema ke seluruh penjuru kelas.

Ajeng berlarian kecil menghampiri Sahara dan Salwa sembari menatap takjub Sahara.

"Ya ampun, ini bener Sahara?" Tanya Ajeng.

"Bukan!" Sahut Salwa "Calon istrinya ustadz Fathur!"

"Gue tanya Sahara, inem!" Ajeng memutar bola matanya.

"Itu Lo tau dia Sahara, kenapa pake nanya lagi?"

"Terserah gue dong! Mulut mulut gue!"

"Udah gaes!" Sahara menengahi perdebatan kedua sahabatnya sembari bergeleng-geleng kepala. Heran dengan tingkah kedua sahabatnya.

TEEEEET TEEEEET TEEEEET

Bel masuk sekolah berbunyi, mengakhiri sementara kegiatan debat sengit antara Salwa dan Ajeng. Juga sedikit membuat Sahara menarik nafas lega.

***

Sahara baru akan memasuki perpustakaan ketika seseorang menarik lengannya. Seketika Sahara menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah orang itu.

"Desi!" Sahara mengernyitkan keningnya "kenapa?"

Dengan cepat Desi menarik jilbab Sahara sampai lepas dan membuangnya. Tentu saja hal itu membuat Sahara terkejut dan kesal.

"Apa-apaan sih Lo?!" Kesal Sahara sembari mengambil jilbabnya yang tergeletak di lantai.

"Cewek kegatelan kaya lo nggak pantes pake kerudung!" Desi menatap Sahara tajam.

"Maksud Lo apa hemm?!" Sahara mendorong bahu Desi, membuat Desi sedikit terhuyung ke belakang.

"Mau gue?" Desi menyeringai sinis.

Secepat kilat Desi menjambak rambut Sahara membuat Sahara kesakitan. Sahara tidak tinggal diam, dia pun berusaha meraih rambut Desi dan menariknya tak kalah keras. Terjadilah saling jambak di antara keduanya.

Siswa lainnya mulai berkerumun mengelilingi keduanya. Tidak ada yang berusaha melerai, menurut mereka itu tontonan yang menarik yang jarang mereka lihat. Tapi ada juga yang panik ingin melerai namun tidak berani. Mereka takut kepada Desi karena dia akan melakukan apapun jika ada yang menghalangi kemauannya.

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang