Malam ini peserta kemping akan menjalani kegiatan uji nyali. Pembagian kelompok masih sama seperti pada waktu kegiatan outbond. Bedanya kali ini kelompok Sahara tambah satu anggota, yaitu Desi.
Salwa dan Ajeng sempat memprotes masuknya Desi ke kelompok mereka. Tapi karena Sahara menerima Desi, akhirnya Salwa dan Ajeng pasrah.
"Anak-anak, nanti ada 4 Pos yang harus kalian lewati. Ingat! Senter harus selalu di tangan! Kalau ada yang sakit, segera ketua kelompok menghubungi tim medis lewat HT yang sudah di bagikan!" Pak Gito memberi pengarahan.
"Baik pak!" Jawab para peserta serempak.
"Baiklah! Mari kita mulai! Mulai dari kelompok 1, 2, dan seterusnya sampai kelompok terakhir!"
Satu persatu kelompok mulai berjalan dengan jeda 10menit sebelum kelompok berikutnya jalan. Begitupun dengan kelompok Sahara, mereka mulai beranjak setelah 10 menit kelompok 3 jalan terlebih dahulu.
Sahara dan kelompoknya berjalan berbaris rapih. Kali ini di belakang Sahara ada Desi. Entah mengapa Desi terus bersikeras untuk berjalan dibelakang Sahara. Tapi Sahara tidak mau berpikir negatif, dia hanya berpikir mungkin saja Desi ketakutan karena memang wajahnya terlihat demikian.
Belum sampai di pos 1, Desi menghentikan langkahnya. Membuat semua yang di belakangnya ikut terhenti, dan Sahara berbalik.
"Kenapa Des?" Tanya Sahara.
"Kenapa sih Lo? Sok banget! Bukannya Lo manusia yang paling nggak ada takutnya?" Sarkas Salwa.
"Sal!" Hardik Sahara.
"Sa, gue beneran takut. Gue takut tersesat. Ini gelap banget!" Desi terlihat panik ketakutan.
"Tenang Des, kita kan masing-masing bawa senter. Lagian kalo ada apa-apa, kan gue ada HT!" Sahara mencoba menenangkan.
Memang selama berkegiatan, peserta dilarang membawa handphone. Handphone seluruh peserta dikumpulkan di tenda kesekretariatan dan akan di kembalikan pada malam puncak acara kemping besok malam.
"Tapi gue beneran takut, Sa! Boleh nggak kalo HTnya gue yang pegang? Biar gue lebih tenang"
"Nggak bisa! HT itu di pegang ketua kelompok!" Larang Ajeng.
"Yaudah, kalo itu bisa bikin Lo lebih tenang. Ini!" Sahara memberikan HTnya kepada Desi.
"Sahara!" Ajeng dan Salwa mendelik tajam kepada sahabat mereka satu itu. Baik apa bego sih?!
"Sssst! Udah nggak papa" Sahara meyakinkan "Kita jalan lagi. Kalo Desi emang bener-bener takut, di pos 1 Lo boleh tinggal. Gue akan bilang sama panitia di sana!" Saran Sahara.
Setelah Desi mengangguk, kelompok Sahara pun melanjutkan perjalanan mereka.
***
Pos demi pos telah kelompok Sahara lalui. Kini tinggal pos terkahir yang belum mereka selesaikan. Perjalan menuju pos 3 ke pos 4 lebih jauh jaraknya di banding jarak antar pos yang lain. Tanpa mengeluh, mereka menapaki jalan yang kiri-kanannya hutan belantara itu.
Oiya, Desi? Dia masih tetap ikut kelompok Sahara. Dia tidak ingin tinggal di pos 1, dia memilih untuk ikut menyelesaikan kegiatan uji nyali malam ini dengan kelompok Sahara.
Tiba-tiba lampu senter Desi mati. Tentu saja itu membuat siempunya berteriak histeria ketakutan. Satu kelompok itu pun menghentikan langkahnya menuju pos terakhir.
"Aaaaaa! Sahara, senter gue mati! Sahara please gue takut!" Panik Desi.
Sahara dengan sigap memeluk Desi "Tenang Des, ada gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Atas Langit [ COMPLETED ]
RomanceKisah seorang Sahara, gadis milenial kekinian yang di jodohkan dengan seorang pemuda pilihan almarhum sang Ayah, Fatur. Meski awalnya menolak, lama-kelamaan Sahara mulai tertarik dengan Fatur. Namun belakangan Sahara tahu, Arafah kakaknya juga meny...