37

889 43 0
                                    

Sahara masih berdiri termenung memandang dua makam di hadapannya. Air mata sesekali masih menetes, tapi dia selalu menyekanya dengan cepat. Ini terjadi lagi, dia kehilangan lagi.

Tempat pemakaman umum itu sudah mulai sepi karena hari sudah sore, bahkan siluet senja sudah mulai terlihat. Tapi Sahara masih betah memandang sendu 3 papan nama itu. Bahar, Danu, dan Farah. Danu dan Farah dimakamkan tepat di samping makam Bahar. Itu atas permintaan Sahara.

"Sahara, kita pulang ya?" ajak Fathur yang sedari tadi setia menemani Sahara.

Sahara menggeleng pelan, membuat Fathur menghela nafas panjang. Lagi, Sahara dalam kondisi sedih kehilangan. Tidak hanya itu, Sahara juga masih harap-harap cemas dengan keadaan 2 sepupunya yang masih kecil, anak-anak Danu dan Farah.

"Arafah pulang malam ini, kamu nggak mau ketemu dia?" tanya Fathur.

Kali ini Sahara yang menghela nafas panjang.

"Ara nggak tau gimana nanti kalo mbak Fah pulang, mas. Pasti dia sedih banget. Apalagi Mbak Fah itu deket banget sama om Danu." ujar Sahara tanpa mengalihkan pandangannya dari makam Danu.

"Urusan Arafah, nanti kita cari jalan keluarnya. Sekarang kita pulang dulu. Aku juga harus ke rumah sakit untuk melihat keadaan Shela dan Raka." bujuk Fathur lagi.

Sahara menoleh "Ara boleh ikut?"

Fathur diam sejenak "Kamu nggak capek, dek?"

Sahara menggeleng "Ara cuma masih sedih aja!"

Fathur diam sejenak. "Tapi ada syaratnya!"  tantangnya.

Sahara menaikkan sebelah alisnya "Apa?"

"Senyum!"

Mendengar kata itu keluar dari mulut fathur, Sahara terkekeh kecil. Tentu saja hal itu juga membuat Fathur tersenyum.

"Nah, begitu kan cantik!"

Seketika senyuman Sahara memudar, membuat Fathur merasa bersalah.

"Eh, aku salah ngomong ya?"

"Baru tau Sahara Azalia cantik?" Sahara berkacak pinggang.

Fathur kali ini yang terkekeh, disusul kekehan Sahara.

"Kamu selalu cantik, dek!"

***

"Kalian jahat!"

Sahara dan Fathur tertegun. Arafah berada  di ambang pintu dan menatap tajam kedatangan mereka. Sahara dan Fathur saling tatap sejenak, kemudian beralih menatap Arafah.

"M-maksud mbak Fah apa?" tanya Sahara.

"Pasti kamu kan yang bikin om Danu sama Tante Farah meninggal?" Arafah menunjuk Sahara.

"Kamu yang dulu bikin ayah meninggal, pasti sekarang kamu juga yang bikin mereka kecelakaan!"

"Ng-nggak, mbak! Mereka kecelakaan saat perjalanan pulang, Ara nggak..."

"Dasar pembunuh!" porong Arafah.

"Arafah, kamu tidak boleh menuduh Sahara seperti itu. Sahara tidak bersalah!" hardik Fathur.

Arafah mengalihkan tatapannya pada Fathur.

"Kamu jangan bela Sahara terus! Jangan mentang-mentang dia dijodohin sama kamu, dia salah terus kamu belain!"

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang