EPILOG

2.8K 106 3
                                    

KIRA-KIRA MASIH ADA YANG BACA NGGAK YA???

KELAMAAN EPILOGNYA YA...

MAAFKAN, BARU FOKUS SAMA CERITA SEBELAH...

YANG KANGEN SAHARA, ARAFAH, DAN FATHUR, YUK CEKIDOT!!!

***

Takdir memang menjadi sebuah misteri dan tidak bisa ditebak jalan larinya. Rejeki, jodoh, maut, sudah di atur oleh Yang Maha Kuasa dan dikemas dengan epic sebagai hadiah untuk umatnya. Tidak bisa menolak,tidak juga bisa menghindari takdir yang sudah ditetapkan. Menerima dengan kelapangan dada adalah hal yang terbaik yang bisa kita lakukan.

Seorang gadis berbalut busana pengantin duduk sembari memandangi pantulan dirinya di cermin. Tidak percaya, hari ini datang juga. Dimana dia akan dipinang pria pilihannya, dan akan menyandang kata nyonya di depan namanya. Hari yang bahagia setelah satu tahun kesakit-hatian yang diterimanya waktu itu. Senyum jelas terukir dan tidak lepas dari bibirnya. Hingga...

Tok tok tok tok

"Masuk!"

Sosok wanita berhijab muncul dari balik pintu dan mendekat. Meski kaku, senyumnya tetap dipaksakan untuk menyambut wanita yang dulu sudah memporak-porandakan hidupnya.

"Kamu cantik banget, dek!"

"Makasih. Mbak Fah juga cantik!"

Sekilas Arafah tersenyum, kemudian memudar ketika memandang lebih dalam adiknya melalui pantulan cermin. Meski senyum terus terukir, sorot penuh luka masih saja ada di mata indah Sahara. Membuat perasaan bersalah selalu menghantui Arafah, meski Sahara sendiri bilang telah memaafkannya.

"Dek, maaf buat..."

"Ssssst! Jangan bahas apapun ya, mbak. Ara mohon! Ini hari bahagia Ara, jadi Ara mau kita bahagia sama-sama!" mohon Sahara.

"Tapi kesalahan mbak begitu besar sama kamu, dek! Mbak..."

Arafah diam. Suaranya tersekat oleh rasa bersalah yang tiba-tiba membuncah di dadanya. Sebutir bening menetas tak terkendali, membuat butiran lainnya saling menyusul dan membuat basah pipinya.

Sahara berdiri dan menyeka air mata sang kakak dengan lembut. Dia tahu, rasa bersalah Arafah tidak akan hilang begitu saja. Apalagi Yoga....

"Ara udah lupain semua itu, mbak. Ara nggak mau inget-inget lagi. Ara udah ikhlasin dan Ara udah mau nikah. Mbak Fah nggak perlu merasa bersalah lagi. Ara udah bahagia, mbak!"

Arafah menatap gadis kecil yang dari dulu amat disayangnya kini beranjak dengan baik dari fisik sampai sifatnya. Meski dia sudah menoreh luka cukup dalam pada adiknya itu. Arafah mencoba memaksakan senyumnya sembari mengusap pipinya yang masih basah dari sisa-sisa air matanya.

"Kita keluar, dek! Semua udah nunggu!" ajak Arafah setelah air matanya kering.

Sahara mengangguk dan mengembangkan senyumnya. Arafah mengamit lengan Sahara dan menuntunnya keluar kamar.

'Kamu memang pantas mendapat kebahagiaanmu, dek!'

***

"Saya terima nikah dan kawinnya Sahara Azalia binti Baharudin dengan mas kawin tersebut, TUNAI!"

"Sah?"

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang