Sahara mengerjapkan matanya. Diliriknya jam dinding di sudut kamar. Sudah jam 6 pagi. Rasanya Sahara enggan untuk keluar dari kamarnya atau bahkan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Kata-kata Danu semalam sungguh menyakitkan untuk Sahara. Meskipun semalam Fathur berusaha membujuk Sahara untuk tidak memikirkan kata-kata Danu, tapi kalimat itu terus terngiang di telinga Sahara.
Sahara sebenarnya sedang tidak ingin bertemu dengan penghuni rumahnya, selain Bi Onah. Tapi mana mungkin dia akan mengurung diri dikamar seharian. Hari ini adalah hari pertamanya sekolah setelah ijinnya beberapa hari karena kejadian pulang kemping waktu itu.
Dengan malas Sahara beranjak dan masuk ke kamar mandi. Setelahnya Sahara segera bersiap mengenakan seragam sekolah dan menyiapkan segala perlengkapannya.
Ketika Sahara akan keluar dari kamar, Sahara berhenti sejenak di ambang pintu.
"Pasti mama bakal nyuruh mas Fathur anter gue ke sekolah" monolog Sahara "Duuh, males banget gue!"
Sahara menghela nafas "Gue nggak mau jadi ketergantungan sama mas Fathur. Gue takut gue jadi punya rasa...."
Sahara mengibas tangannya di depan wajahnya. Dia menepis segala pikiran anehnya.
"Nggak! Gue nggak boleh ada rasa apa-apa sama mas Fathur. Dia kan pantesnya sama mbak Fah, bukan sama gue".
Setelah mempersiapkan diri dan hatinya, Sahara pun keluar dari kamarnya.
***
Sahara menuju ruang makan, walaupun sebenarnya dia sedang tidak ingin beramah-tamah dengan keluarganya, terutama Danu. Sahara sedang tidak ingin mendengar celoteh unfaedah om-nya itu .
Benar saja, mereka sudah menunggu Sahara. Danu pun ada di sana. Sepertinya semalam adik kandung alm. Bahar itu menginap. Memang biasanya jika bertandang ke rumah Bahar, Danu pasti menginap karena jarak rumahnya yang jauh dan memerlukan waktu cukup panjang di perjalanan.
"Ara, sarapan dulu nak!" Sambut Fatma.
"Nggak ma!" Tolak Sahara "Ara mau sarapan di kantin aja".
"Oh, kalau begitu aku siap-siap.."
"Nggak usah!" Sahara memotong kalimat Fathur "Ara pergi sendiri!"
"Jangan aneh-aneh deh!" Hardik Fatma "kamu nggak inget apa yang terjadi kemaren?"
"Ara..." Sahara mencoba mencari alasan "Ara mau berangkat sama mas Yoga!".
DEG!
Gelayar aneh itu muncul di dada Fathur. Padahal dia baru saja merasa senang bisa selalu ada di samping Sahara. Tapi, sepertinya Sahara kini telah kembali seperti kemarin sebelum peristiwa itu.
'Memang Yoga lebih pantas dengan Sahara' batin Fathur kecewa.
"Ya... Yasudah, kalau begitu aku bisa langsung ke pesantren" Fathur memaksakan senyumnya.
"Emm, Fat, kalau gitu kamu antar aku ya? Aku pengen minta tolong sekalian untuk tugas akhir aku" Arafah mengambil kesempatan.
"Oh, i-iya, setelah sarapan aku antar" sanggup Fathur.
Hati Sahara geram. Mereka seperti tidak memperdulikan perasaan Sahara. Bahkan mencoba memaksa Sahara pun tidak. Realita memang tak seindah ekspektasi. Dengan cepat Sahara melenggang pergi.
"Kamu jangan terlalu memanjakan Sahara, Fatma. Lihat tingkahnya!" Hardik Danu sembari memakan sarapannya.
Fatma menatap tajam Danu. Raut ketidak sukaan terpancar di wajahnya.
"Kamu jangan ikut campur! Dia anakku, yang tahu pasti karakter dia ya aku!" Kesal Fatma.
Fatma dengan cepat beranjak meninggalkan meja makan dan meninggalkan mereka yang menatapnya tertegun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Atas Langit [ COMPLETED ]
RomanceKisah seorang Sahara, gadis milenial kekinian yang di jodohkan dengan seorang pemuda pilihan almarhum sang Ayah, Fatur. Meski awalnya menolak, lama-kelamaan Sahara mulai tertarik dengan Fatur. Namun belakangan Sahara tahu, Arafah kakaknya juga meny...