8

743 47 0
                                    

Fathur duduk termenung di pendopo belakang. Pikirannya entah berkelana kemana. Semenjak melihat Sahara pulang bersama Yoga tadi siang, hatinya bergemuruh tidak menyenangkan.

"Astaghfirullah" gumam Fathur.

Diusap wajahnya kasar. Fathur tidak ingin merutuki tindakannya membiarkan Sahara pulang bersama Yoga, tapi kenapa sesakit ini?

"Fathur!" Panggil Arafah yang baru saja keluar dari dalam rumah.

Arafah kemudian berjalan mendekat ke pendopo dan duduk di samping Fathur.

"Eh, Arafah. Ada apa?" Tanya Fathur berusaha tenang.

"Kok melamun? Ada masalah?" Arafah balik bertanya.

"Nggak, nggak ada masalah kok" Fathur memaksakan senyumnya.

"Emm, Fathur, aku bisa minta tolong?" Arafah menatap Fathur.

"Selagi aku bisa, pasti aku tolong" Fathur tersenyum tulus.

"Jadi gini, aku kan ada tugas dari dosen, kamu ada nggak referensi buku tentang keagamaan?"

"Banyak, tapi di pesantren. Kalo kamu mau, besok sore bisa ikut aku ke pesantren. Nanti kamu bisa pilih buku apa yang kamu butuhkan di perpustakaan pesantren" tawar Fathur.

"Iya deh, aku ikut besok" Arafah mengangguk setuju.

Berdekatan dengan Fathur, Arafah merasakan getaran yang aneh melanda hatinya. Sangat hangat dan nyaman berada di samping pria yang telah dijodohkan dengan adiknya itu.

"Ngomong-ngomong, Ara nggak pulang bareng kamu?" Tanya Arafah yang menyadari Sahara belum ada di rumah.

"Tadi dia pulang sama Yoga. Katanya ada urusan penting. Aku kira malah sama kamu juga".

"Enggak. Yoga nggak hubungi aku sama sekali malahan" Arafah mengendikkan bahunya "Kamu nggak papa?"

"Nggak papa gimana?" Fathur tidak mengerti.

"Kalo Ara pulang bareng Yoga?" Tanya Arafah ragu.

"Oh, nggak papa lah. Itu hak dia" Fathur tersenyum kaku.

"Tapi kamu kan calon suami dia"

"Aku nggak akan membatasi dia. Kalo pada akhirnya nanti dia cintanya nggak sama aku, aku siap melepas dia" jujur Fathur.

Arafah hanya mengangguk paham. Entah mengapa hati Arafah senang mendengar kata-kata Fathur tadi. Seperti ada secercah harapan untuknya. Tapi apa mungkin?

***

Sahara turun dari motor sport Yoga kemudian menyerahkan helm yang dipakainya pada si empunya motor.

"Makasih ya mas? Ara jadi lebih tenang sekarang" Sahara tersenyum senang.

"Sama-sama. Jan sedih-sedih lagi!" Yoga mengacak ujung kepala Sahara gemas.

"Iya iya!" Sahara terkekeh.

"Yaudah, gue pulang dulu ya? Salam buat mama, Arafah, sama Fathur" pamit Yoga.

Yoga melajukan motornya meninggalkan rumah Sahara setelah mendapat anggukan dari Sahara. Kemudian Sahara beranjak memasuki rumah.

"Mama, Ara pulang!" Pekik Sahara.

Tidak ada sahutan. Mungkin mamanya sedang pergi. Kemudian Sahara beranjak menuju pendopo belakang untuk menemui Fathur. Dia sangat yakin pria itu ada di sana. Sahara ingin menjelaskan kepergiannya dengan Yoga tadi agar Fathur tidak salah paham.

Baru akan keluar pintu, Sahara melihat Fathur sedang bercengkrama dengan Arafah. Merek terlihat begitu akrab. Sesekali pria itu terlihat terkekeh. Sepertinya dia nyaman dengan Arafah.

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang