Fathur duduk di pendopo belakang rumah milik Bahar. Tentu saja bersama Bahar. Mereka baru saja selesai dengan kegiatan belajar mengaji mereka. Lebih tepatnya Fathur mengajari mengaji Bahar.
"Fathur, boleh ayah bicara sesuatu?" Bahar memulai sebuah pembicaraan serius.
"Tentu Ayah. Silahkan!"
Bahar sudah menganggap Fathur bagai anaknya sendiri. Bahar sendiri yang menyuruh Fathur memanggil dirinya dengan panggilan ayah, sama seperti Arafah dan Sahara. Begitu pula panggilan untuk Fatma, Fathur juga memanggilnya mama.
"Mengenai candaan ayah tempo hari, kamu benar-benar tidak tertarik dengan salah satu putri Ayah?" Tanya Bahar to the point.
"Ah, ayah. Apa ayah rela salah satu putri Ayah bersanding dengan anak yatim piatu seperti saya?" Fathur terkekeh.
"Kamu itu berpendidikan, mandiri, Sholeh, berpenghasilan. Apalagi yang kurang? Yang penting kamu sanggup mencintai dan membimbing anak gadis ayah sampai akhir hayat, itu sudah cukup bagi ayah".
Fathur memikirkan kata-kata Bahar. Dia sendiri sebenarnya memang menaruh hati pada salah satu dari dua gadis cantik itu, tapi dia sendiri takut untuk mengungkapkannya.
"Saya manut ayah saja. Kalau memang ayah merasa salah satunya pantas saya sanding, saya siap" sanggup Fathur.
"Kamu sendiri ada kecendrungan perasaan untuk siapa?" Tanya Bahar.
Fathur tersenyum, apa ini saatnya dia mengatakan siapa nama gadis yang dia pilih? Atau ada salah satu dari mereka yang sudah dipilihkan Bahar untuknya?
"Siapapun menurut ayah yang terbaik buat saya, saya akan menikahinya".
***
Sahara berjalan menuju meja makan dengan malas. Seperti yang sudah ayahnya katakan, mulai hari itu meja makan akan bertambah 1 orang personil. Sahara selalu duduk berhadapan dengan dia, siapa lagi kalau bukan Fathur.
Acara makan malam keluarga berlangsung khidmat. Tidak ada yang berbicara selama makan malam. Bahkan Sahara yang biasanya cerewet, malam itu diam. Entah apa yang dia pikirkan. Tapi dia merasa perasaannya tidak terlalu baik malam ini.
"Tetap duduk di tempat kalian, ayah mau bicara!" Perintah Bahar usai acara makan malam selesai.
"Ada apa sih yah? Sepertinya serius banget?" Tanya Fatma keheranan.
"Memang serius, ma" Bahar menghela nafas "Tentang candaan kita tempo hari, ayah rasa itu memang harus kita lakukan".
Sahara mengernyitkan keningnya. Perasaannya semakin tidak enak. Apa ini tentang perjodohan itu?
"Maksud ayah?" Tanya Arafah.
"Ayah bermaksud ingin menjodohkan salah satu dari kalian dengan Fathur" ucap Bahar to the point.
"Apa?!" Pekik Arafah dan Sahara bersamaan.
"Yah, kan kemaren Ara udah bilang, ini bukan jaman Malin Kundang!" Protes Sahara.
"Ayah merasa umur ayah sudah semakin menua. Itu tandanya kematian semakin dekat dengan ayah. Kalau ayah tidak sempat mengenal laki-laki yang akan menjaga kalian, betapa menyesalnya ayah bukan?"
"Ayah kok bilang gitu sih?" Hardik Arafah "Ayah tuh seharusnya berdoa biar ayah panjang umur, selalu sehat, biar bisa menikahkan mbak sama adek".
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Atas Langit [ COMPLETED ]
Lãng mạnKisah seorang Sahara, gadis milenial kekinian yang di jodohkan dengan seorang pemuda pilihan almarhum sang Ayah, Fatur. Meski awalnya menolak, lama-kelamaan Sahara mulai tertarik dengan Fatur. Namun belakangan Sahara tahu, Arafah kakaknya juga meny...