26 - Gagak Hitam

959 96 18
                                    


Tepat 2 tahun yang lalu, aku menuliskan sebuah kejadian dalam buku catatan kecilku. Sesuatu yang entah kapan akan terjadi, namun begitu jelas terekam dalam ingatan mata batin ini.

Catatan itu selalu kusimpan baik-baik di meja belajar kamarku, namun selalu aku sembunyikan diantara tumpukan buku-buku usang. Catatan berisikan sebuah kabar duka yang tidak akan pernah sanggup untuk kubaca lagi.

Kabar duka ini berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Karna sebelumnya, kabar duka itu datang dari orang-orang yang tidak ku kenal. Sedangkan waktu itu, aku mengenal mereka. Orang-orang yang selalu aku temui di sekelilingku.

"Kenapa kamu murung gitu?" ,tanya ibuku yang peka.

"Gapapa." ,jawabku lesu.

"Ikhlas.. Jangan terus dijadiin beban." ,katanya.

Aku ikhlas bu, sudah ikhlas dengan apapun yang terjadi. Tapi aku masih belum sekuat ibu yang mampu menerima segala resiko yang dihadapi oleh profesi Ayah.

----

Pekerjaan Ayah sejak dulu adalah menangkapi para pelaku kejahatan, sudah berpuluh-puluh tahun Ayah ditugaskan untuk bekerja di satuan reserse kriminal. Dulu aku belum paham bagaimana pekerjaan Ayah. Tidak jarang Ayah pergi ke luar kota dan susah sekali rasanya untuk bisa menikmati masa libur bersama Ayah. Disaat orang lain liburan, disaat orang lain mudik, aku hanya bisa menunggu kapan pekerjaan Ayah cepat selesai dan bisa mendapatkan cuti?

---

Aku ingat waktu dulu sewaktu aku masih kecil, Ayah pulang telat. Namun begitu pulang malam-malam, bajunya banyak sekali bercak darah. Dan aku juga lihat, dibalik punggungnya terdapat wanita berambut panjang yang berdarah-darah. Kupikir, mungkin mataku yang salah dalam menangkap bayangan karna baru saja melihat darah di baju Ayah.

Lalu Ibu bilang, Ayah tidak kenapa-kenapa, itu adalah bercak darah dari korban pembunuhan. Tapi, dulu aku belum mengerti dengan pekerjaan Ayah tersebut. Pernah kulihat di berita tv sewaktu aku kecil, Ayah sedang sibuk mengangkuti jenazah, lalu mengidentifikasi jenazah tersebut. Tapi aku malah tepuk tangan karna Ayah masuk tv :(

Karna pekerjaan Ayah yang seperti ini, tidak jarang... aku jadi memiliki zona-zona terlarang untuk dikunjungi atau bermain karna Ayah khawatir. Sudah banyak kasus dan kejadian yang Ayah tangani di wilayah tempat tinggalku ini. Ia sudah sangat hafal dengan lingkungan di kota kecil ini.

---

Kejadian lalu yang masih ku ingat adalah ketika Ayah sering pulang dengan pakaian penuh noda darah. Lalu ibu pun langsung mencucinya malam-malam. Dan aku, sering melihat wanita berdarah-darah di dapur yang menemani ibu mencuci.

Aku kira itu hanya bayangan atau kesalahan dari penglihatanku. Ternyata, itu benar adanya. Ibu selalu memarahiku sewaktu kecil ketika aku sering bilang "ada hantu" karna ibu sebenarnya penakut. Padahal, tidak jarang wanita itu sedih dan meminta untuk di autopsi. Sedangkan keluarganya menolak untuk dilakukan autopsi.

Semakin lama, aku semakin mengerti pekerjaan Ayah. Hingga akhirnya, dulu aku pernah memiliki cita-cita untuk bisa menjadi partner kerja Ayah, yaitu menjadi dokter forensik untuk bisa bersama-sama mengungkap sebuah kasus. Tapi itu dulu, sebelum aku sadar kalau aku indigo. Setelah aku sadar aku indigo, aku mengubur cita-cita tersebut karna kemungkinannya aku tidak hanya akan mengidentifikasi jenazah, tapi justru nanti arwahnya akan bercerita dan berkonsultasi tentang kronologis kejadian. :((

Aku tidak sanggup menanggungnya.

---

Selain Ayah, Om dan kakak sepupuku adalah seseorang dengan profesi yang sama dengan Ayah. Itu artinya, mereka sama-sama memiliki resiko yang sama dalam pekerjaannya meskipun di bagian yang berbeda.

Indigo Crystal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang