Ada banyak raga yang berjuang di tengah pandemi ini, ada banyak pula pengorbanan yang dilakukan. Bukan hanya kamu saja yang berjuang, kita semua merasakannya. Sudahi keluh kesahnya, syukuri setiap keadaan. Catatlah setiap makna dan hikmahnya.
-----
4 Mei 2020, 22.47 WIB.
Sesampainya di rumah aku segera mencuci tanganku dari sedikit bekas darah yang mungkin tertinggal di tanganku. Dan segera mengganti bajuku, takut kalau ada darah yang menempel pada pakaian yang tidak aku sadari.
Setelah kurasa bersih, akhirnya aku bisa merebahkan tubuhku di depan tv ruang keluarga, menarik napas panjang atas pelajaran hidup yang telah aku temui hari ini.
"Udah kak, kita doain mudah-mudahan akan ada gantinya yang lebih baik. Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk hambanya," ucap ibu menenangkan.
"Alhamdulillah tadi banyak orang-orang baik juga yang mau menolong," ucap Ayah.
"Sedih ya bu, tapi ini udah jalan terbaik dari Allah," ucapku lirih mengingat kejadian tadi.
"Iya, siapa yang gak sedih liat anaknya kayak gitu," ucap ibu prihatin.
"Ternyata gitu ya pengorbanan seorang ibu," ucapku.
-----
Tadi sore sekitar jam 17.24 wib, seorang ibu-ibu menyusulku ke rumah, mencari seorang anak bernama Nayshi untuk segera ke rumahnya.
"Assalamu'alaikum...." ucapnya dari depan pintu yang terbuka lebar.
Aku dan ibu baru saja terduduk di depan tv untuk menghela napas, setelah sejak siang tadi kami menyibukkan diri di dapur untuk menyiapkan menu berbuka puasa.
"Bu...." sahut ibu-ibu tersebut.
"Eh, iya bu ada apa? Maaf, kita terlalu fokus nonton tv sampe gak sadar kalau ada orang," ucap ibuku tersenyum.
"Itu, anak saya sakit. Minta tolong, Nayshi liatin ke rumah katanya," ucap ibu itu.
Tanpa basa-basi lainnya, aku dan ibu segera meninggalkan masa rehat kami untuk menyambangi rumah tetangga kami yang hanya beberapa langkah saja. Lebih tepatnya tetangga depan rumah.
Ini sudah ke sekian kalinya kami menyambangi rumah Tante Uci. Mungkin sudah ada 2 minggu terakhir ini aku terus bolak-balik mendatangi rumahnya, untuk memastikan bagaimana kondisi kesehatannya.
"Aku memang bukan seorang dokter, tapi setidaknya aku dibekali ilmu pengetahuan dan segenggam hati. Jika tidak bisa mengobati lukanya, setidaknya kehadiranku bisa menenangkan hati manapun yang tengah risau, dan setidaknya pula aku memiliki nurani untuk menolong sesama. Mengabdi sebagai seorang hamba yang hanya menggantungkan harapku pada-Nya."
...
Flashback on
Tahun ini, 17 April 2020.
Hari ulang tahunku disambut oleh salam pamit dari kakak dan juga ayahku untuk bertugas. Kakak iparku adalah seorang tenaga medis, seorang kepala perawat, dan ayahku adalah seorang polisi, kepala unit satuan lantas. Mereka tak bisa untuk di rumah saja.Hari pertama aku terbangun di usia ke 22 tahun, ayah berpamitan untuk bertugas, pagi siang sore ia terus menghimbau masyarakatnya untuk tetap di rumah saja dan jaga jarak. Sedangkan kabar lain datang dari kakak ipar, dimana semalam ia harus menangani pasien emergency dengan gejala yang mirip dengan covid-19. Membuatnya harus melalukan isolasi mandiri di rumahnya tanpa ditemani keluarga. Membuat kakak dan keponakanku harus mengungsi dulu di rumahku.
Disamping semua kabar itu, keluarga dari Jogja menghubungi bahwa keadaan nenek semakin memburuk. Sudah bertahun-tahun nenek dari Ayahku memang sakit, dan kali ini keadaannya memprihatinkan. Meminta Ayah untuk pulang sebentar saja menengoknya di tengah keadaan seperti ini. Terpaksa ayah dan ibuku harus meminta izin kesana kemari agar bisa pulang sebentar ke Yogyakarta karena mendapat kabar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo Crystal 2
ParanormalDunia ini tidak seperti apa yang kita lihat. Terdapat banyak misteri dalam kehidupan ini Apa yang kau lihat, Apa yang kau saksikan, Apa yang kau rasakan, Apa yang kau ketahui, Masih tersimpan banyak misteri di dalamnya. Terlebih lagi tentang dua ala...