33 - Tepat 1 Tahun yang Lalu

542 64 14
                                    


25 April 2019, 20.00 wib.

Tepat di hari itu, kampusku akan melaksanakan kunjungan industri ke daerah Magelang, lalu dilanjutkan dengan berwisata ke daerah Jogja. Kau pasti sudah paham, betapapun seringnya aku mengunjungi Jogja, tetap saja ini tak membuatku merasa bosan. Karna Jogja adalah satu-satunya tempat yang bisa membawaku kembali merasakan suasana damai dan diterima sebagai manusia biasa setelah sekian banyaknya duka dan lara yang aku rasakan di Bandung. Dan aku belum menemukan tempat berhati nyaman lainnya selain Jogja.

-----

3 bulan sebelum keberangkatan, aku sempat antusias dengan rencana kunjungan industri ini. Karena sebelumnya kami direncanakan akan pergi ke Solo, bukan Magelang. Awalnya aku ingin sekali mengetahui bagaimana Solo, mengingat Solo pun masih memiliki kesamaan dengan Jogja dilihat dari adat dan silsilah kerajaannya.

Namun satu hari sebelum keberangkatan, tak disangka pihak travel yang dipercaya oleh panitia mengubah rencana tersebut. Akhirnya dalam acara techmeet tersebut, kami dijelaskan beberapa rundown acara untuk hari esok. Salah satu perubahannya adalah, kami dialihkan untuk mengunjungi industri di daerah Magelang.

Yasudah tak apa, karna sesungguhnya aku juga belum tahu Kota Sejuta Bunga ini bagaimana, aku memang memiliki keinginan untuk mengunjungi banyak kota dengan segala keindahan dan sejarahnya untuk kutulis kisahnya nanti. Mungkin kelak, entah bagaimana aku bisa melaksanakannya.

Sungguh, suasana di aula pada waktu itu sangatlah gaduh, dimana semua orang merasa kecewa, marah, kesal, tak percaya, dan ingin menyudutkan seluruh pihak yang terlibat.

Aku disini hanya terdiam. Mengingat beberapa alur yang sudah aku tuliskan dalam buku catatan indigoku ternyata memang benar terjadi dan aku alami. Ini bukan lagi de javu. Ini memang benar-benar terjadi sesuai apa yang telah aku lihat melalui mata batin satu tahun yang lalu.

Kenapa aku bisa mengetahui ini semua?

Andai aku memiliki orang yang benar-benar bisa kupercaya dan bijak dalam menyampaikan suatu pesanku ini, pastilah aku sejak awal sudah memberi tahu dan mengingatkan seluruh panitia dan dosen dalam hal ini. Tapi aku bungkam. Segala teka-teki yang kudapatkan dari penglihatan mata batin ini hanya sanggup aku ceritakan pada keluargaku saja. Dan kakakku adalah orang yang bisa menerima semua teka-teki ini dengan logis, sehingga ia bisa mengaitkannya dengan berbagai fakta yang memang dapat diterima akal. Ya, kakakku memang kritis, ia adalah pelengkapku.

Kau sudah mengerti kan, aku tak bisa sembarangan berkata sejujur itu. Segala gambaran yang diterima, aku harus berhati-hati dan memohon petunjuk kepada-Nya tentang kebenaran itu. Aku hanya bisa menelannya sendiri, berharap hal-hal buruk jangan sampai benar-benar menimpa kawan-kawanku ini. Bagaimanapun juga, mereka adalah orang-orang terdekatku. Hal-hal apa yang sudah mereka tanamkan padaku, aku hanya mengingat kebaikan mereka semua padaku. Dan kini aku ingin menjaga mereka semua. Biarkan Tuhan yang mengetahui ini.

"Kak, gimana? besok aku berangkat kunjin atau ngga ya?" ,tanyaku pada kakak dengan wajah lesu.

Satu hari sebelum keberangkatan, aku benar-benar bimbang. Apa yang harus aku lakukan untuk hari esok. Apakah aku selamat? Ataukah kami semua malah justru benar-benar menjemput ajal kami dengan memaksakan perjalanan yang janggal ini?

"Terserah kamu Nay, kamu yang tahu mana yang terbaik untuk semuanya. Kakak cuma bisa ngasih saran, kalau memang kamu sanggup mengatasi dan berkorban untuk semuanya, bismillah laksanakan. Tapi kalau kamu gak sanggup, ya jangan memaksakan," ucapnya.

Indigo Crystal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang