17 - Mbah : Kakek dari Ibu

1.2K 126 3
                                    


Dalam tulisan kali ini, aku akan menceritakan tentang Mbah kakung, sosok yang menjadi teladanku sampai detik ini. Tulisan ini aku persembahkan untuk almarhum Mbah, yang sudah banyak mengajariku dengan pesan-pesan kebaikannya. Semoga, siapapun yang membaca pesan ini bisa mengambil ilmu dan hikmahnya juga :)

*****

"Ibu.. Asih bilang sama aku, katanya aku itu ada keturunan dari buyutnya buyut. Jauuuuhhh banget" ,kataku sepulang sekolah

"Gimana nay?" ,ibuku bingung.

"Iya gatau aku juga, pokoknya Asih liatnya aku itu ada keturunan yang bisa liat juga tapi udah jauuuuuhhhh bangeeett, ratusan taun yang lalu ada mungkin" ,jelasku

"Ohh.. Ya gatau juga eh ibuu kalo itu. Setau ibu mbah itu orang biasa kok. Bukan orang yang bisa liat kayak kamu. Cuma ya bedanya, mbah itu dulu orang yang sabaaaarrr banget, mbok yo mau dihina segimanapun mbah itu diem aja. Sama kayak kamu, diem. Gak banyak ngomong." ,jelasnya

"Oohh gituuu. Bu, tapi emang dulu mbah orangnya gimana kok bisa sabar gitu?" ,tanyaku serius.

Lalu, ibu pun menceritakan kenangan masa lalunya bersama mbah di kota Yogyakarta, kota kelahirannya.

-----

Kakekku atau yang sering ku panggil Mbah yang akan kuceritakan ini adalah kakek dari ibuku. Sejak kecil sampai tahun 2013, aku selalu memperhatikan mbah sebagai pribadi yang begitu hangat. Aku selalu merasa nyaman ketika berada di samping mbah. Tapi, mbahku ini bukanlah seseorang yang banyak bicara, sama sepertiku.

Yang aku tau saat itu, mbah hanyalah seorang petani biasa yang membesarkan ke-enam anaknya dengan kehidupan yang sederhana dan hampir tidak pernah menuntut apa-apa kepada anak-anaknya, bahkan mbah tidak pernah memarahi anak-anaknya. Semua tetangga di kampung pun mengenal Mbah sebagai seseorang yang sangat baik.

Tapi ternyata, pakde dan bude yang lebih dulu lahir dibanding ibu, lebih mengetahui sejarah tentang keluarga ini. Ia bilang bahwa mbah adalah seorang anak lurah yang terpandang, yang itu artinya mbah buyutku dulu adalah seorang lurah terkenal di salah satu daerah di Yogyakarta.

Dulu, mbah kakung sempat bekerja sebagai pegawai bank, mbah juga adalah salah satu tokoh yang mengajarkan masyarakatnya untuk bisa mengaji di kampung ibuku dulu, juga seorang seniman yang senang memperhatikan budaya dan melestarikan budaya Jawa, serta seorang pedagang yang memiliki banyak tanah.

Tapi suatu hari, mbah pernah ditipu oleh seseorang yang membuat semua hartanya habis hingga tak tersisa dan akhirnya jatuh miskin, tak memiliki apa-apa lagi. Hanya tersisa rumah kecil yang masih berupa bilik kecil.

Menurut pengakuan anak-anaknya dulu semasa mereka kecil, mereka selalu melihat ular besar di dapur ataupun makhluk hitam, yang selalu masuk ke rumah melalui dapur, mengambil atau mencuri sesuatu dari dagangan Mbah. Setiap kali ular itu akan dibunuh, ular itu selalu menghilang dan akhirnya selalu kembali lagi untuk mencuri.

Maklum, tanah jawa di zaman dulu memang masih kental dengan kepercayaan pada "dedemit". Dan mbah adalah salah satu korban dari perbuatan tangan-tangan curang melalui ilmu sihir pada waktu itu.

Kejatuhan yang pernah dialami mbah tidak membuatnya lantas berputus asa dan memilih jalan instan seperti kebanyakan orang pada jaman dulu. Banyak dari tetangga yang menawarkan ilmu-ilmu kesaktian dan kejayaan untuk mbah agar mbah bisa kaya raya lagi.

Kata bude dan pakde, jika mbah menuruti jalan seperti tetangganya itu, maka ibuku lah yang akan dijadikan tumbal. Kata orang pintar itu, ibu adalah anak yang dapat membawa keuntungan nantinya. Tapi.. Mbah menolaknya karena mbah tidak mau anak-anaknya dijadikan sebagai tumbal dari perbuatan pesugihan itu sebagaimana yang telah dialami para tetangganya di kampung.

Indigo Crystal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang