9 - Penunggu Kamar No. 13

1.5K 153 2
                                    

Tahun 2013.

Masih dimasa perkuliahan kakakku.

Di tahun ini kakakku sudah semester 5, dimana ia akan melaksanakan PKL-nya. Kebetulan kakak mendapatkan tempat PKL yang tidak jauh dari rumah, jadi ia masih bisa pulang pergi dengan motor untuk menuju tempat PKL-nya itu.

Di bulan pertama, ia PKL di salah satu rumah sakit umum daerah di Cimahi. Disana ia melaksanakan PKL-nya di instansi farmasi rumah sakit, gudang obat-obatan rumah sakit, serta mengantarkan obat ke ruang operasi pasien.

Di awal praktek, ia hanya merasakan hawa-hawa tidak enak saja semasa di instalasi farmasi, ia hanya selalu mendengar ada yang memanggilnya “Sst.. Gita!”, padahal ia sedang sendiri.

Dan cerita yang menarik bagiku selama ia kuliah praktek di rumah sakit ini adalah ketika ia mendapatkan tugas di bagian gudang obat di rumah sakit tersebut. Saat itu, letak gudang obat berada dekat dengan ruang mayat serta harus melewati parkiran ambulance.

Kala itu, masih sekitar jam 5 sore.

Sebelum pulang, ia membereskan obat-obatan di gudang rumah sakit bersama temannya. Setelah selesai, ia lalu pulang melewati parkiran ambulance. Tanpa ada perasaan apapun ia melewati parkiran itu dengan berpikir “Sore-sore gini lewat sini gapapa gitu ya?”

Akhirnya ia melewati ambulance itu, dan menuju parkiran motor.

Sesampainya di rumah, sekitar jam 17.30 Ia mengetuk pintu belakang. Ku bukakanlah pintu tersebut.

“Astagfirullah” ,ucapku dalam hati. Aku benar-benar kaget sore itu.

“Assalamu’alaikum” ,kakakku mengucapkan salam dan langsung masuk ke dalam kamarnya.

Tanpa sempat aku menyidik lebih jauh lagi, kakak sudah menutup pintu kamarnya untuk segera ganti pakaian.

“Apa itu tadi?” ,tanyaku dalam hati.

Saat aku membukakan pintu untuk kakak, aku melihat sesosok wanita berbaju hitam yang mengikuti kakakku.

“Kakakku darimana? Kenapa ia pulang-pulang bawa oleh-olehnya hantu?” ,batinku.

Kakakku pun akhirnya keluar kamar, aku yang tadinya sedang asyik menonton tv di depan kamar kakak dengan Ayah, seketika itu langsung menengok ke arah kamar kakak. Ku lihat sosok wanita berbaju hitam itu duduk di ujung kasur kakak.

Aku yang melihatnya bukannya takut, tapi merasa kesal.

“Kakak ngapain sih pulang praktek malah bawa-bawa gituan ke rumah. Mana diem di kamar lagi!” ,kesalku

“Ah pasti besok pagi juga sudah kembali lagi ke rumah sakit. Mungkin sosok itu akan membonceng lagi di motor kakak” ,pikirku.

Tiga hari berlalu, nyatanya sosok wanita berbaju hitam itu tak kunjung pergi juga dari ujung kasur kakakku.

Setelah sekian lama, akhirnya kakak mengeluh juga tentang perasaannya yang semakin hari semakin tidak enak di kamar.

“Nay, coba kamu liat di kamar ada apa.” ,suruhnya

“Kenapa? Kakak liat bayangan di ujung kasur kakak sendiri yang warnanya item lagi duduk? ,tanyaku

“Iya bener itu, kok kamu tau? Berarti kamu liat kan. Yang lagi gini kan? (ia memperagakannya) Itu dari mana? ,tanyanya

“Yahh.. malah balik nanya. Harusnya aku yang nanya kakak abis darimana sih? ngapain pulang-pulang bawa kayak gitu.” ,jawabku

“Aku udah 3 hari ini kerja di bagian gudang deket ruang mayat. Kalau sore, pulang pasti suka lewatin ambulance” ,terangnya

“Balikin lagi ke ambulance” ,suruhku.

“Lah, gimana caranya”, tanyanya bingung

“Lah, kakak yang bawa. Kemarin aja bawa pulang kesini kalian boncengan, yaudah besok pagi boncengin lagi aja balikin ke ambulance” ,kataku

“Pliss banget sekarang suruh dia pulang sendiri aja. Kan deket” ,pintanya ketakutan

“Hahahaha.... Lain kali yang bener dong. Cewek ambulance di bawa pulang lu” ,kataku bercanda

“Ya kan aku gatau Nay. Cepet ih suruh dia pulang lagi ke ambulance” ,suruhnya

Sosok itu hanya memperhatikan aku dan kakakku yang sedang membicarakan tentangnya. Sosok itu memiliki wajah yang setengah rusak di bagian pipinya. Ada sedikit darah di bagian wajah dan bajunya yang berwarna hitam. Mungkinkah dia korban bekas kecelakaan?

Esok harinya, akhirnya sosok itu pun kembali lagi ke tempat asalnya di mobil ambulance setelah ku ajak berkomunikasi agar ia jangan diam di kamar ini dan segera pulang ke tempat asalnya sambil kubacakan surah Al-Fatihah.

Di bulan berikutnya, kakak mendapatkan tempat PKL di sebuah apotek Kimia Farma di daerah yang cukup jauh dari rumah. Selama satu bulan PKL disana, ia terpaksa harus mengekos dulu bersama dengan temannya yang dipanggil Opay.

Kos itu berada di belakang Apotek.
Siang hari, lagi-lagi kami sekeluarga mengantarkan kakak ke tempat kosnya yang baru. Kami membawakannya beberapa perlengkapan untuknya. Kami juga beres-beres membersihkan dan merapikan kamar kosnya.

Kos itu terdiri dari 2 lantai, kamar kakak berada di lantai bawah. Saat itu, sebelum sempat kami menyimpan barang-barang ke dalam, ketika baru akan membuka pintu aku disambut oleh wanita cantik dari dalam jendela kamar kos kakak.

Tangannya melambai-lambai ke arahku seolah menyapaku dan ingin berkenalan.
Saat pintu kamar kos terbuka, wanita itu tiba-tiba saja menghilang dari ruangan itu. Ku lihat ke dalam dan belakang pintu tetapi ia tidak ada. Ternyata, dia sudah ada di luar kamar dan diam dibelakangku.

Sepertinya dia sosok penunggu kamar kakakku yang baik dan tidak usil ataupun menganggu. Tapi tetap saja, sebaik-baiknya sosok kuntilanak akan tetap membuat bulu kuduk kalian merinding bukan?

Beberapa hari tinggal di kosan itu, kakak tidak merasakan ada sesuatu yang janggal. Karena tentu saja aku tidak menceritakan hal mistis di kamarnya kepada kakakku. Kalau dia tau, dia pasti sudah minta pindah kosan.

Tetapi akhirnya, ia pun merasakan sesuatu yang janggal juga dengan kosannya.

Setiap tidur malam, ia merasa seperti ada yang mengetuk jendelanya. Ditambah lagi toilet yang berada di luar kamar, terkadang membuatnya merinding saat akan keluar kamar.

Terlebih lagi kamar no. 13 di lantai atas yang kosong. Kamar itu sudah lama tak berpenghuni. Selalu saja ada suara-suara aneh dari sana.

Terakhir aku mengunjungi kosan kakak, aku pernah didadahi oleh sesosok wanita dari kamar no. 13 itu. Kamar kosong di lantai 2 itu posisinya tepat bersebrangan dengan kamar kos kakakku.

Sepertinya sosok ini kerap kali mengganggu siapapun yang hendak menempati kamar kos tersebut. Tidak tau apa alasannya, kurasa ia pernah mengakhiri hidupnya di kamar no. 13 tersebut.

Posisi kamar yang berada di lantai 2, ditambah berdekatan dengan pohon tinggi besar nan rindang, seakan mendukung dan menambah suasana ruangan kamar no.13 itu semakin horor.

Tak jarang, aku juga melihat nenek-nekek di depan gerbang kosan kakakku itu. Juga wanita-wanita yang duduk di ruang tamu kosan.

Hingga kini, aku tidak mencari tau mengenai kamar kos no. 13 itu. Bagiku, sosok itu sangat menyeramkan untuk diajak berkomunikasi. Dan untukku pribadi, aku tidak mau sembarangan berkomunikasi dengan para makhluk halus.

Menurutku, tidak semua makhluk halus itu bisa dengan baik untuk diajak berkomunikasi. Kita harus bisa lebih selektif dalam berkomunikasi dengan mereka.

Karena jika tidak bisa mengontrolnya, bisa saja setelah kau mengetahui permasalahannya, ia malah akan dengan mudah mengambil alih mood-mu sehingga kau pun terjebak dalam situasi dan perasaan yang dialaminya yang justru malah membuatmu menjadi terpengaruh ketidakbaikan makhluk tersebut.

Indigo Crystal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang