49 - Cerita Seminar

177 26 1
                                    


Padahal Indigo Crystal 2 udah aku tutup, tapi rasanya aku masih ingin bercerita satu hal lagi disini. Itung-itung sebagai salah satu pesan penutup di akhir tahun ini. Baca sampai akhir ya temen-temen. Semoga bisa jadi energi positif untuk kita semua dalam menyambut 2021 nanti :)

---------------------------------------------------------------

Sepanjang kuliah lalu, beberapa kali aku mengikuti seminar. Karena aku merupakan anak fakultas ekonomi, jadi pembahasan seminar yang aku ikuti tidaklah jauh-jauh dari persoalan bisnis, sumber daya manusia, e-commerce, dan semacamnya.

Sebetulnya tak ada sesuatu hal yang selalu horor dalam kegiatan seminar. Entah di ruang aula manapun, makhluk tak kasat mata yang selalu eksis, ya hanyalah kuntilanak. Ketenarannya di kalangan anak indigo mungkin tak akan ada habisnya. Ya bagaimana, ia memang selalu ada dimana-mana.

*

Februari 2020.

"Bu, hari ini aku dateng seminar gak ya?" tanyaku malas.

"Ya... terserah kamu," jawab ibu santai.

"Kalau ragu tinggalkan," singkat ibu.

"Niatnya mau cari ilmu sih, tapi rasanya kayak gaenak aja hawanya. Gatau kenapa," jawabku.

"Kalau gitu jangan maksain. Nanti kalau sakit, kan kamu sendiri yang ngerasain," ujar ibu.

"Iya sih bu, tapi aku udah janjian sama Eza. Sebentar lagi dia otw nih," jawabku sambil membenarkan rambut panjangku yang terurai.

"Yaudah hati-hati, bismillah aja kalau gitu," kata ibu.

15 menit kemudian, Drrrttt... drrtt... drrttt.
Dering telpon dari Eza temanku hanya kubiarkan saja. Tanpa perlu mengangkat telponnya, aku langsung membukakan pintu rumahku.

"Duoooorrr!!!" kataku pada Eza yang tengah memarkirkan motornya.

"Hayuu!!" ajaknya.

"Masuk dulu gak?" tawarku.

"Macet lho di Pasteur," infonya.

"Wah? Yaudah langsung berangkat aja kalau gitu," ucapku sambil segera memakai jaket, sepatu, helm, dan tas.

"Bu, aku langsung berangkat ya. Aku bareng sama Eza," pamitku buru-buru.

"Hayu berangkat!" ajakku.

"Duh keringetan niihhh, abis perjalanan dari Kota ke Kabupaten," ucapnya bercanda sambil segera menyalakan motornya.

"Baru segitu doang," jawabku malas.

"Coba tanya yang lain udah pada dateng belum?" pintanya sambil terus mengendarai motor.

"Gatau. Males," jawabku santai.

"Astagfirullah. Memang ya anda tuh, cuma ngetik doang masa males," kesalnya sambil terus menggerutu di sepanjang jalan.

"Yaudah sih nanti juga ketemu di sana. Gampang. Aku males pegang hp kalo lagi di motor. Terus ini asdfghxkxlznxhdrtpajdbx..." balasku.

Sepanjang perjalanan aku dan Eza terus membicarakan hal-hal yang random. Mengomentari pengendara lain, mengomentari tukang jualan, mengomentari kemacetan Kota Bandung, dan mengomentari hal-hal yang tidak jelas lainnya, bahkan knalpot bus saja kami komentari.

Aku dan Eza memang sering seperti itu. Eza ini adalah teman satu kelasku selama kuliah. Dia termasuk mahasiswa yang cukup hits di kampusku. Sana sini pasti kenal dengan sosok Eza. Si MC acara kampus yang selalu riang, yang candaannya selalu membuat orang lain kesal tapi terhibur. Dan hidupnya ini tidak jauh-jauh dari ghibah, hehe.

Indigo Crystal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang