31 - Bersabarlah

456 60 4
                                    

2016//

Sejak kelulusan SMA, ada hari-hari yang berbeda. Usiaku telah bertambah, aku akan memasuki dunia yang berbeda dari sekolah. Dan hal yang membuatku resah adalah kemampuanku mulai bekerja sebagaimana mestinya. Tanggung jawabku sudah dimulai. Peranku sudah mulai terlihat. Namun lagi-lagi aku tak paham tugas anak indigo itu seperti apa.

Beberapa hal mulai aku lakukan dari hal-hal kecil dan sederhana terlebih dahulu. Dimulai dengan hati yang lapang, dan siap menerima berbagai macam alur yang sudah Tuhan tetapkan untuk jalan terbaikku.

Tapi sayang, sejak awal aku memasuki dunia perkuliahan. Ada banyak hal yang tidak mengenakkan yang kudapatkan. Ada banyak hal pula yang terlalu menyudutkan bagiku. Itu semua sebelum mereka mengetahui kalau aku adalah seorang anak indigo. Tapi mengetahuinya pun tak mengubah apapun. Lingkungan ini tak seramah tempatku bersekolah dan lingkungan rumahku.

Ada dari mereka yang mengetahui aku indigo, justru memanfaatkan aku sebagai cctv hubungan pacarannya. Dia tak benar-benar menerimaku, kecuali aku memiliki manfaat untuknya. Dan aku sadar itu, aku tidaklah bodoh untuk menuruti kemauannya.

Aku lebih baik sendiri daripada harus berteman dengan kawan seperti ini. Baik itu perlu, tapi kita juga perlu tegas pada diri sendiri. Mungkin hal inilah yang menjadikan sebagian orang tak menyukaiku karna aku yang tak mau menurutinya, seolah aku hidup dalam keangkuhan dan tak mau menolongnya.

Ya aku juga harus bijak dalam mempergunakan kemampuan ini, tidak semua hal bisa aku lakukan. Aku memilih siapa yang benar-benar perlu dan membutuhkan kemampuanku ini untuk urusannya.

Mungkin disini,
Memang Allah telah mengizinkan kampus ini sebagai bagian dari ujian kecilku. Sedih? Ya. Tidak nyaman? Tentu saja. Tapi ibu selalu menguatkan aku bahwa tempat kuliahku ini adalah tempat terbaik yang sudah Allah pilihkan untukku. Mungkin jika aku mampu melewati setiap kepedihannya, aku bisa menjumpai tempat terindah yang menerima segala kekurangan dan kelebihanku, yang benar-benar menerima kehadiranku.

Absen kuliahku sungguh berantakan, bahkan hingga kini. Mereka yang paham dengan tugas anak indigo sedikitnya akan memaklumi ini, tapi tidak bagi orang awam.

Aku sangat-sangat sering meninggalkan jadwal perkuliahan dengan alasan sakit, bahkan tanpa alasan. Kalau saja harus jujur, ada banyak hal yang terlalu menekan di kampus, tapi dengan teguhnya aku masih bertahan dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa di sana. Aku akan tetap berbuat baik pada siapapun juga, bahkan pada mereka yang telah menyakitiku.

Tapi pengaruh lingkungan bukanlah alasan mengapa aku sering absen kuliah. Karena ada kepentingan lain yang menurutku lebih penting dari sekedar jadwal kuliah.

Iya, dua-duanya memanglah penting. Tapi setiap orang memiliki prioritas untuk beberapa hal. Setidaknya, bagiku menuntut ilmu tidak harus hanya dengan duduk dan mendengarkan materi di bangku kuliah saja. Ilmu itu luas, dia bisa dicari di mana saja selama kita mau menuntutnya dan memahaminya dengan baik.

Semakin dewasa, aku semakin tidak suka dilarang dan diatur apalagi ditakut-takuti dengan ancaman tidak lulus. Menurutku aku bukan lagi anak-anak, aku sudah menentukan jalan pilihan hidupku sendiri, dan telah membagi waktuku untuk beberapa hal. Mana yang harus didahulukan, dan mana yang bisa di kesampingkan dulu. Tidak semua hal bisa dilakukan bersamaan, dan aku berusaha bijak dalam hal ini.

Kau tahu kemana aku pergi ketika aku absen kuliah, ketika aku menghilang dari kampus, ketika aku buru-buru pulang dari kampus?

Aku tidak sedang sakit sama sekali, tapi aku hanya memiliki alasan itu sebagai alasan yang logis agar orang-orang tak curiga kepadaku.

Tidak apa jika mereka semua menganggapku sakit-sakitan, tak apa jika kawan menganggapku terlalu ambisius karna menjadi mahasiswa kupu-kupu yang mereka kira kepulanganku hanya untuk belajar dan belajar, bahkan tak apa pula jika diamku ini banyak dinilai tidak baik.

Hidup pada kenyataannya memang begini kawan, banyak sekali senda gurau yang manusia perbuat. Entah apa sebenarnya tujuan mereka melakukan itu semua pada orang lain, biarkan saja... aku harus menjadi manusia yang kuat.

Aku baik-baik saja.
Aku tidak pernah mengeluhkan soal ini.
Dipandang sebelah mata? Tidak masalah.
Aku akan tetap menjadi pribadi yang seperti ini,
Aku adalah aku yang mengetahui siapa jati diriku sebenarnya,
Biarkan mereka menghakimiku sesuai penilaian mereka,
Yang terpenting aku tahu,
bahwa aku memiliki niat dan tujuan yang tak pernah sekalipun ingin disanjung,
Biarkan Tuhan yang menilai segala perbuatanku ini,
Orang lain tak perlu tahu apa yang sudah kulewati selama ini,
yang menyukaiku tak akan pernah meninggalkanku,
dan yang membenciku tak akan pernah percaya padaku.

:)

Indigo Crystal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang