23 - Aku bukan Pemberani

931 92 21
                                    

Selamat membaca 👻


---

Sore ini, keluarga besarku dari Jogja sedang berkumpul mengadakan acara pengajian di rumah Om Elang dan Tante Lina. Aku ngerumpi dengan ibu-ibu, bapak-bapak berbincang-bincang masalah sepak bola, pekerjaan, dan lain-lain, dan anak-anaknya bermain, sedangkan sepupuku saling curhat satu sama lain.

Entahlah, aku selalu diajak untuk gabung dengan ibu-ibu yang pembahasannya selalu sama, pasti ujung-ujungnya ngomongin kegiatan ibu-ibu bhayangkari. Aku yang tadinya tidak mengerti, lama-lama jadi tau bagaimana dunianya ibu-ibu sebenarnya.

Karna besok adalah hari libur, kami semua berencana untuk menginap saja. Lalu besoknya pergi untuk refreshing.

Seselesainya acara pengajian dan makan-makan, aku dan sepupuku yang lain pergi ke lantai dua untuk menghindari rumpiannya ibu-ibu. Tapi sayang, baru saja akan beristirahat dan curhat. rombongan emak-emak naik juga ke lantai dua dan melanjutkan merumpinya. :(

Waktu itu, tepat jam 8 malam. Bude memanggilku karna ada perlu. Ia mengeluhkan sesuatu yang tidak enak di badannya. Sudah lama ini, bude tidak bisa tidur miring ke kiri dan selalu mudah kecapean. Padahal, setelah di cek ke dokter berkali-kali, tidak ada masalah dari kesehatannya. Tidak jarang juga, kepalanya selalu gatal sekali seperti orang kutuan. Padahal, tidak ada apa-apa juga. *Maklum, aku dan bude memang jarang sekali bertemu.

Lalu aku, ibu, dan bude berbicara serius di dalam kamar di lantai dua. Setelah bude mengeluh dan menjelaskan bagaimana bagaimananya, lalu aku mendo'akan bude. Sebenarnya, aku sendiri belum tau ada apa dengan bude, dan bagaimana cara menanganinya. Ini kali pertamaku. Aku hanya berusaha mendo'akan, jika ternyata di dalam tubuhnya ada jin yang bersembunyi, semoga Allah mengeluarkannya dengan cara yang halus.

Saat aku akan mendo'akan, aku meminta air kepada ibuku dan kresek. Saat ibu meninggalkan kamar dan menutup pintu, tiba-tiba saja budeku ini menangis. Tangannya terus menggaruk-garuk kepalanya dan berteriak "capek" , "akutuh capek", berulang kali hanya ucapan itu yang kudengar.

Tadinya, aku belum sadar kalau ternyata itu adalah makhluk yang selama ini bersembunyi dibalik punggung kirinya bude. Dengan santai dan khusyuk aku terus berdo'a untuk bude dan mencoba menenangkannya.

Tak lama kemudian ibu datang ke kamar membawakan air putih. Lalu menenangkan bude yg terlihat sangat sedih. Karna aku mendo'akan di balik punggung bude, jadi aku tidak melihat bagaimana wajah bude sesungguhnya.

Yang kulihat saat itu adalah kakinya telah berubah menjadi keriput seperti nenek-nenek. Lalu kulihat kepalanya, rambutnya sangat gimbal dan tak beraturan, juga punggung begitu membungkuk.

"Oh.. Ngerti, bude kemasukan hantu nenek-nenek." ,batinku.

------

Ibu yang ada disamping bude benar-benar tidak paham kalau sebenarnya budeku ini sedang kesurupan. Ibu hanya sibuk menenangkan bude dengan kata-katanya yang bijak.

Seselesainya mendo'akan, lalu bude terlihat lebih tenang dan sudah sadar. Lalu ia muntah-muntah.

Bude bertanya padaku, apa yang terjadi sebenarnya, kenapa mata bude seperti orang menangis dan perutnya terasa mual. Bude berterus terang saat tadi hendak aku do'akan, bude merasa seperti ada yang mau keluar dari tenggorokannya. Lalu setelah itu bude tidak sadar.

Selesai itu, aku meminta bude untuk minum dulu karena bude memang terlihat sangat kelelahan sekali. Tapi syukurlah, nenek-nenek itu sudah pergi dan tidak diam di tubuh budeku lagi.

"Nay, abis ngapain kamu?" ,tanya bulekku yang melihatku keluar kamar.

"Gak ngapa-ngapain. Temenin bude lek, ajak ngobrol ya hehehe" ,senyumku mencurigakan.

Indigo Crystal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang