Zino POV
"Lisa mau punya anak dengan Zino." Jantungku berdegup dengan cepat tanpa kusadari. Wanita ini benar-benar berbahaya ketika tengah mabuk. Bagaimana ia bisa mengatakan hal seperti itu ketika mabuk. "Kau terlalu memikirkan perkataan Ibu dan Ayah." sautku, kemudian bangkit untuk meninggalkannya. Tapi Lisa menarik tanganku dan sialnya aku tergelincir selimut yang ternyata sudah ada dilantai. Badanku goyah terjatuh tepat kearah Lisa. Rflex aku menahan tanganku sekuat tenaga agar tidak menindih tubuh Lisa. Mata cokelat dengan bulu mata yang lentik menatapku, baru kusadari Lisa memiliki mata yang begitu indah. Tanpa kusadari aku menatapi setiap sudut wajahnya. Bibirnya begitu merah merekah, pipinya merona dengan sedikit bintik disana membuatnya semakin terlihat imut dari dekat. Hidungnya yang merah seperti pipinya. Tapi diantara setiap sudut wajahnya, aku begitu tertarik untuk melumat bibir merah Lisa.
Lisa masih menatapku dalam diam, entah apa yang wanita ini pikirkan. Sungguh pertahananku hampir runtuh. Berbeda dengan Lidia, wanita ini begitu polos. Setiap tindakannya, kata-katanya dan wajahnya. Rasa bersalah menyerangku, memperlihatkan tindakanku beberapa hari lalu padanya. Secepat mungkin aku menjauhkan diriku dari Lisa dan pergi meninggalkan kamar.
--
Aku terduduk diam ditepi pantai sembari memperhatikan cahaya Bulan yang memantul di atas air. Terdiam mengingat apa yang telah kuperbuat pada Lisa. Beberapa hari yang lalu aku menamparnya dengan begitu keras, kakinya terluka menginjak pecahan kaca. Semua yang ia lakukan membuatku begitu frustasi, sungguh. Arrggh...
Aku membencinya, kata-kata itulah yang sekarang tengah ku tanamkan didalam otakku. Lidia adalah satu-satunya wanita yang kucintai, aku harus ingat itu. Aku harus yakin bahwa apa yang Lisa lakukan hanya untuk memanipulasiku, ya tentu saja. Aku tahu seperti apa dirinya. Semua ini hanya kebohongan, semua perilaku baiknya.
Lisa adalah penyebab mengapa Ibu kandungku sangat tidak memperdulikanku. Kau harus ingat Zino, wanita itu adalah Lisa ........ wanita yang sejak awal kau benci. Dia adalah wanita yang merenggut kebahagiaanmu.
Lisa POV
Mataku terganggu dengan cahaya yang cukup menyilaukan. Mataku terbuka menampilkan matahari yang menyinari ruangan di pagi hari ini. Kepalaku masih terasa sedikit pusing. Kulihat aku masih mengenakan bikini yang kemarin ku kenakan. Tak banyak yang kuingat, sebetulnya apa yang terjadi. Sekeliling terasa kosong, tidak ada tanda-tanda keberadaan Zino. Jam dinakas menunjukkan pukul 09:00 pagi hari. Aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi, kakiku terasa seidikit lemas.
--
Celana jeans pendek dengan kaos putih oblong terasa begitu nyaman. Rambutku yang masih basah, kubiarkan terurai. Kuperhatikan diriku dicermin, bekas memar akibat tamparan Zino sudah hilang. Kupoles bibirku dengan sedikit lip tint berwarna merah dan memakaikan sedikit maskara di bulu mataku. Make up sederhana ini yang biasa kulakukan setiap hari saat berangkat kuliah. Usai merias diri, aku memutuskan untuk mencari sarapan. Kulihat dari jendela kamar Ibu dan Ayah tengah duduk di tepi kolam berenang.
Ibu Patricia melambaikan tangannya padaku, menyuruhku untuk mendekat. "Halo sayang, selamat pagi." Ucap Ibu Patricia yang mengenakan baju pantai yang cukup terbuka. Ayah tersenyum kepadaku dan kubalas dengan senyuman. "Sini sayang, sarapan." Kulihat diatas meja sudah siap beberapa mangkuk oatmeal dengan beberapa jenis buah dan salad. Ibu Patricia menyodorkanku oatmeal dan menaruh potongan buah diatasnya. "Dimana Zino?" pertanyaan Ayah membuatku terdiam. "Saat terbangun, Zino sudah tidak ada dikamar."jawabku dengan jujur. "Mungkin dia lagi ada urusan, jadi keluar sebentar. Anak itu kan tidak pernah libur, walaupun kau suruh libur." Ujar Ibu Patricia diikuti dengan anggukan Ayah.
![](https://img.wattpad.com/cover/181615413-288-k993265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE OR LOVE (Love is Complicated)
Romance"Aku tidak pernah mengenal Cinta, sampai aku mengenal dirinya." - Lisa Mazoe "Benci, mungkin itu yang bisa menjelaskan perasaanku padanya." - Rezino Willins Lisa Mazoe lugu dengan hati yang begitu polos harus menerima kenyataan untuk dinikai dengan...