Semua ini menjadi rahasia, bagiku, keluargaku dan teman-temanku. Aku meminta mereka sebisa mungkin untuk merahasiakan kehamilan ini. Ya, karena aku tidak ingin dunia tahu mengenai anakku. Tidak aku tidak malu, aku hanya menghindari pemberitaan buruk tentang anakku. Aku tidak ingin jika anakku sudah besar nanti, membaca pemberitaan perihal dia yang dianggap sebagai hasil dari perselingkuhan.
Sudah cukup aku bersabar menghadapi Zino yang memang tidak menginginkan hubungan ataupun ikatan denganku. Bahkan disaat kesempatan terkahir yang kuberikan padanya, dia menganggap anaknya sendiri adalah hasil dari perselingkuhanku. Hatiku sakit, sebagai sewajarnya seorang istri dan seorang Ibu, ketika dituduh dengan sesuatu yang tak pernah kulakukan.
Aku sudah tidak ingin perduli lagi tentang kehidupan Zino, aku sudah melepasnya. Kisah kita mungkin sudah berkahir, tapi ini akan menjadi pelajaran untuk kehidupanku kedepannya. Usai menceritakan tentang keadaan diriku saat ini, Ibu dan Ayah bersikeras untuk memintaku tinggal dirumah. Aku mengatakan pada mereka kalau aku tidak bisa, semua orang akan mulai mencari tahu lagi tentang diriku. Jadi kami memutuskan untuk pindah rumah, bisnis Ayah dikota akan diurus oleh pegawai kepercayaan Ayah. Setiap bulan Ayah akan melakukan kontrol bisnis ke kota.
Aku sudah menolak Ayah untuk melakukannya. Karena aku yakin, aku bisa hidup mandiri seorang diri. Tapi Ayah dan Ibu bilang mereka ingin disampingku, membuatku merasa terus bahagia. Ibu bilang, untuk apa bahagia seorang diri jika kita bisa merasakannya bersama orang lain. Aku terharu mendengar nya, pengorbanan semua orang padaku begitu berarti.
Arvin, Aurel dan Ninda juga akan membantu mengurus urusan perkuliahanku. Semuanya berharap aku bisa lebih fleksibel dalam perkuliahan, sehingga tidak perlu mengambil cuti. Karena waktu perkuliahan kami hanya tinggal berapa bulan, sebelum akhirnya kami lulus sebagai sarjanah Arsitektur. Bayanganku tentang kelulusan pun sudah berbeda saat ini. Dulu kami pernah merencanakan akan berlibur bersama setelah kelulusan. Tapi sekarang aku akan berfikir dua kali untuk melakukan hal itu. Membayangkan bahwa aku akan menjadi seorang arsitek yang bekerja keras tiada henti pun harus ku pikirkan dua kali. Kehadiran seorang anak memang ternyata dapat mengubah segalanya. Tapi aku begitu bahagia, sangat bahagia. Sampai-sampai rasanya ingin menangis karena bahagia, mendapatkan kepercayaan diberikan seorang anak.
***
Hari ini adalah hari kepindahan kami, Ibu dan Ayah sudah membeli rumah di kawasan pinggir kota yang jaraknya 12km dari pusat kota. Sejak bisnis toko roti yang berkembang dengan pesat pasca pernikahanku, banyak keuntungan yang didapatkan keluargaku. Keuangan keluarga sangatlah stabil, membuatku merasa lega. "Lisa, jangan bengong terus. Ayo rapihkan barang-barang yang mau kamu bawa." protes Ibu yang sedari tadi sudah bolak-balik mengangkat barang-barang. "Hahaha, iya bu, maaf." jawabku, sambil dengan cepat memasukkan barang-barang yang sudah kupilah untuk dibawa. Aku mengangkat kota yang berisikan buku-buku perkuliahanku . " Hei Lisa, letakkan itu. Jangan angkat yang berat-berat, tidak baik untuk anakmu." Arvin meneriakiku dari lorong, dia sedang mengangkat box yang berukuran cukup besar. Dengan cepat aku meletakkan box berisi buku yang memang cukup berat.
Ternyata cukup sulit menjadi Ibu hamil, semua orang melarangku untuk melakukan banyak hal. Tak lama Arvin kembali kekamarku, dan mengangkat box buku yang tadi ingin kubawa. "Kamu bawa yang itu saja." Arvin mengarahkan pandangannya ke box kecil berisikan peralatan make up ku. "Yang benar saja." gumamkku. Tanpa protes aku mengangkat box kecil itu menuju mobil. Aurel dan Ninda juga membantu merapihkan barang-barang ke truk yang membawa barang-barang pindahan kami.
"Lisa, kamu jangan angkat yang berta-berat ya!" Seru Ninda dengan nada yang seperti memarahiku. "Siap bu." ucapku. Semua orang tengah sibuk membereskan beberapa barang lagi, sampai sebuah mobil memasuki pekarangan rumah. Tidak itu bukan mobil Zino, mobil itu adalah mobil Peter. Betul saja, Peter keluar dari pintu kemudi dengan tampilannya yang selalu rapih. "Hai Lisa, mau pindahan?" tanya Peter yang berjalan mendekatiku. "Hei, apa yang kau lakukan disini?!" teriak Arvin, ketika melihat Peter berjalan mendekatiku.
![](https://img.wattpad.com/cover/181615413-288-k993265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE OR LOVE (Love is Complicated)
Romans"Aku tidak pernah mengenal Cinta, sampai aku mengenal dirinya." - Lisa Mazoe "Benci, mungkin itu yang bisa menjelaskan perasaanku padanya." - Rezino Willins Lisa Mazoe lugu dengan hati yang begitu polos harus menerima kenyataan untuk dinikai dengan...