36. Mati Lampu

1.7K 43 2
                                    


*** 

Usai kadatangan Zino itu, suasanya jadi tidak semenyenangkan sebelumnya. Terutama karena aku terus-terusan termenung memikirkan kejadian tadi. Tapi semua orang berusaha untuk tetap mencairkan suasana. 

Usai makan siang dengan kepiting, suasana hatiku kian membaik. Sejak dulu memang aku suka sekali sea food. "Maaf ya karena aku suasananya jadi kacau begini."ucapku setelah selesai makan siang. 

Sekarang kami tengah duduk-duduk di pinggir pantai menunggu matahari terbenam. Karena waktu makan siang kami begitu terlambat, akibat lupa diri berenang dilautan jadi kami makan siang di pukul setengah tiga sore. 

"Tidak papa Lisa, bukan salahmu."ucap Arvin. Kami terdiam sejenak, memandangi burung-burung yang sedari tadi terbang kesana kemari di tepi pantai. 

"Apa yang dia katakan?"tanya Peter yang duduk disampingku. Sejak tadi semua orang menanyakan padaku tentang apa yang Zino lakukan dan katakan kepadaku tadi. Tapi aku memilih untuk tetap diam karena masih tidak tahu dengan apa yang sebetulnya terjadi. 

"Masih soal anak dalam kandunganku. Sudah tidak perlu khawatir." jawabku. Tentu saja mereka tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Entah keputusan apa yang nanti akan kubuat yang pasti aku akan tetap menjaga anak ini dengan baik. 

Walaupun aku terus mengingat eskpresi wajah Zino yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Dia tidak terlihat sehat, seperti sedang strees berat dan aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Aku mencoba berfikir untuk tidak terlalu memperdulikannya. 

Karena dia bukan lagi suamiku.

Tapi sulit, melihatnya seperti itu tetap masih membuatku merasa khawatir dan sedih. Didalam hatiku berpikir, kukira dia akan bahagia ketika aku melepaskannya. Tapi dari apa yang kulihat tadi, tidak seperti itu. 

Ada apa dengan Zino dan Lidia, aku tidak tahu, tapi ada rasa aku ingin tahu. 

***

Matahari semakin tenggelam, memunculkan warna orange ke merahana seperti buah peach

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari semakin tenggelam, memunculkan warna orange ke merahana seperti buah peach. Seperti kebanyakan anak arsitektur lainnya, Aku, Ninda dan Aurel mengeluarkan ponsel dan mulai menggambar menggunakan jari di ponsel kami. Arvin juga seharusnya melakukan hal yang sama, tapi dia terlalu malas untuk melakukannya. 

Pemandangan seperti ini tidak akan selalu kami nikmati, jadi tidak ada salahnya mengabadikan dalam lukisan di ponsel yang sederhana.  

Peter mendekatkan diri padaku melihat hasil karyaku. "Hebat." katanya, walaupun aku tahu itu hanya pujian kecil tapi aku senang mendengarnya. Karena kalau bukan Peter, paling tidak dosen ku akan mengatakan ini lukisan terburuk yang pernah ia lihat dalam sejarah hidupnya. 

"Ayo kita foto-foto!" seru Aurel ketika usai menyelesaikan lukisannya yang tentu saja membuat kagum semua orang. Dia selalu berbakat dalam hal seni dan terkadang itu membuatku iri. Tangannya begitu cekatan melukis, apalagi diatas kanvas. Suaranya begitu merdu, terlebih lagi jika dia menggunakan gitar. 

HATE OR LOVE (Love is Complicated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang