Gengs karena aku gak sabar mau nge spoilerin kalian, jadi yaudah lah nih aku next in ya..
Selamat Membaca...
***
Lisa POV
Hari pertama sejak kemunculan gossip dan berita yang beredar, aku memberanikan diri membuka masker di kawasan kampus. Semua orang memperhatikanku, dengan tatapan jijik, aneh atau bahkan kasihan. Aku hanya bisa menghela nafas dan mempercepat langkah menuju kelas. Sesampainya dikelas, belum ada Dosen tapi aku sudah diserbu oleh pelukan hangan para sahabatku. Ninda dan Aurel bahkan menangis memelukku, mereka sepertinya sangat khawatir. Pelajaran pertama berjalan dengan lancar. Jam makan siang datang, aku dan teman-teman memutuskan untuk tidak makan di kantin Universitas.
Teman-temanku terlalu takut kalau-kalau nanti ada hal-hal yang akan menyakiti diriku. Mereka bilang banyak orang bertanya pada mereka tentang kebenaran diriku. Tapi mereka memilih untuk tutup mulut, karena mereka juga tidak tahu. Mereka menodongku dengan banyak pertanyaan, kubilang akan kuceritakan semuanya saat makan siang. Jadi Arvin mengendarai mobilnya ke salah satu restoran langganan kami. Disana tidak terlalu ramai orang, tempatnya sangat private. Makan siang ini cukup menguatkan hatiku, kalau banyak orang yang mendukung diriku.
"Jadi bagaimana, ceritakan. Siapa tahu kami bisa membantu." seru Aurel setelah sendokan terkahirnya. Sepertinya dia sudah tidak sabar mendengar ceritaku. Jujur saja aku sedikit malu menceritakan semua ini. "Baiklah akan kuceritakan." benar, aku menceritakan semuanya. Karena mereka adalah sahabatku, kami tidak pernah saling menyimpan rahasia, kecuali hal-hal konyol yang memalukan. Aku memulai cerita dari alasan kami menikah, hingga masa-masa pernikahanku. Arvin marah besar mendengar ceritaku, beberapa kali aku mendengar ancaman untuk Zino keluar dari mulutnya. Kubilang sabar, karena semua ini tidak sepenuhnya salah Zino.
Tapi Arvin dan Aurel bersikeras dengan komentar mereka, kalau Zino tetaplah bersalah dengan tidak memperlakukanku dengan baik. Tapi Ninda mencoba untuk lebih memahami dan memberikan komentar dari sudut pandang yang berbeda. Mereka semua mulai merasa kasihan padaku, kubilang tida perlu. Aku juga menceritakan persoalan dengan Lidia dan Peter, sehingga Zino meminta untuk bercerai.
"Apa?! kamu menandatanginya?" Teriak Aurel cukup membuat Ninda memukul bahunya dengan kencang. "Serius?" tanya Arvin. Wajah mereka terlihat cemas, mungkin mereka terkejut dengan berita tentang Zino yang pergi kepengadilan bersama pengacaranya. Tapi mereka lebih terkejut mendengar bahwa aku sudah menandatangani surat perceraian itu.
"Lisa, kamu yakin?" tanya Ninda dengan nada yang khawatir. Aku mengangguk sebagai jawabannya. Aku juga menjelaskan kepada mereka alasan mengapa aku mau menandatangi surat perceraian itu. Ninda bilang perceraian ini akan berjalan dengan sangat mudah jika kedua belah pihak setuju untuk berpisah dan tidak ada pengikat diantara keduanya seperti anak. Disatu sisi memikirkan hal itu membuatku sedih, seperti yang kukatakan dulu saat aku mendapatkan kenyataan bahwa aku tidak hamil, tidak ada kesempatan lagi untukku memiliki anak dengan Zino. Tapi disisi lain, aku cukup bersyukur bahwa perceraian ini akan menjadi lebih mudah tanpa beban untuk Zino.
Aku tidak perduli seberapa terlukanya diriku sekarang, asalkan Zino bahagia. Beberapa bulan hidup denganku, aku yakin dia sudah mengalami banyak kesulitan. Tidak apa, aku masih bisa tegar dengan rasa sakit ini, karena masih ada sahabat-sahabatku dan keluargaku. Sejauh ini aku belum bertemu dengan Ibu Patricia ataupun Ayah Danis. Mungkin nanti, jika aku sudah siap.
***
Pagi ini tidak ada kelas dan aku mendapatkan pekerjaan sampingan sebagai pelayan restoran tidak jauh dari apartemenku. William yang mencarikannya untukku, karena aku menanyakan kepadanya. Dia laki-laki yang baik, ternyata dia memiliki seorang istri yang memiliki kekurangan. Aku bertemu dengannya kemarin, sedang mendorong kursi roda istrinya berkeliling. Istrinya cantik, tapi tidak bisa berjalan akibat kecelakaan mobil. Tapi semangat istrinya membuatku berfikir ulang untuk selalu bersedih hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE OR LOVE (Love is Complicated)
Romance"Aku tidak pernah mengenal Cinta, sampai aku mengenal dirinya." - Lisa Mazoe "Benci, mungkin itu yang bisa menjelaskan perasaanku padanya." - Rezino Willins Lisa Mazoe lugu dengan hati yang begitu polos harus menerima kenyataan untuk dinikai dengan...