Lisa POV
Sudah beberapa hari sudah mulai masuk kuliah, keseharian yang kujalani semakin biasa-biasa saja. Beberapa kali Zino mengajakku pergi ke beberapa tempat yang berbeda, katanya karena dia bosan. Tapi malam ini kita akan pergi ke acara pernikahan salah satu rekan bisnis Zino. Untuk acara malam ini bahkan Zino memesankan gaun untukku, yang sepertinya mahal. Kalau saja aku tahu, mungkin aku akan menolak untuk dibelikan gaun baru. Mengapa, karena didalam lemari saja sudah banyak sekali gaun yang belum pernah kukenakan, pasti salah satu diantara sekian banyak akan ada yang cocok.
Tapi semua sudah terlambat, karena gaunnya baru saja sampai ke apartemen. "Apakah gaun ini bisa dikembalikan saja?" tanyaku. Zino mengerutkan keningnya bingung mendengar pertanyaanku. "Kenapa?" tanyanya. "Dilemari masih banyak sekali gaun yang belum pernah kukenakan, sayang sekali kalau beli yang baru." jawabku jujur. "Tidak kenakan yang ini saja, ini Ibu yang belikan." setelah mendengar penjelasan Zino sungguh aku tidak protes lagi. Gaun ini ternyata Ibu yang belikan. Jam menunjukkan pukul lima sore hari, acara akan dimulai pukul enam lewat tiga puluh menit. Sepertinya cukup untuk bersiap-siap.
Setelah mencoba dengan susah payah mengenakan gaun yang dibelikan Ibu, akhirnya gaun ini sudah menempel di tubuhku. Ukurannya sedikit kekecilan menurutku, atau lebih depatnya sangat terlalu pas ditubuhku sehingga terlalu menampilkan lekuk tubuhku. Gaun dengan warna hitam pekat dan motif kritas dibagian atas ini memang akan menempel tepat di tubuhku.
Aku memperhatikan diriku didepan kaca, merasa tidak nyaman dengan belahan diantara gaun dan punggung yang terekspose. Bukan karena ada bekas luka atau apapun, hanya saja terlalu terbuka. Tapi tetap saja ini gaun yang Ibu berikan, aku tak ingin membuat ibu kecewa ketika bertemu di pesta nanti. Jadi mau tidak mau aku harus mengenakan gaun ini. Berurang kali aku mencoba menata rambutku, usai mengenakan make up yang tidak begitu tebal. Sedikit foundation tipis, blushon dengan warna peach pink, eyeshadow berwarna nude polos, dan lipstick berwarna cokelat kemerahan. Akhirnya kuputuskan untuk membiarkan rambutku tetap diurai dan ku currly sedikit dibagian bawah.
Karena leherku sudah dipenuhi dengan motif dari gaun, jadi mungkin aku cukup mengenakan anting dan gelang saja sebagai perhiasan. Kulihat jari manisku sudah terisi dengan cicin pernikahan yang tidak pernah kulepaskan. Jadi sepertinya aku hanya akan mengenakan anting saja, tanpa gelang. "Sudah selesai belum?" teriak Zino dari kamar mengejutkan lamunanku yang masih merasa asing mengenakan gaun hitam ini. Oh iya hils, aku hampir saja keluar dengan menggunakan sandal tidur berbulu pink yang pastinya sangat tidak cocok dengan penampilanku sekarang ini. Di rak sepatu banyak sekali hils yang belum pernah ku coba, tapi semuanya sama dengan ukuran kakiku. Gaun hitam dan antingku berwarna silver, jadi aku memilih mengenakan hils berwarna senada dengan antingku.
Langkahku sedikit kesulitan mengenakan gaun yang sangat mengekspose kakiku. Entah mengapa rasanya aku selalu berusaha berjalan supaya kakiku tidak terlalu terlihat. Kulihat Zino sedang berdiri dihadapan kaca merapihkan dasinya dengan kesal. "Sini biar kubantu." ujarku menghampiri Zino. Belakangan ini memang aku sudah belajar bagaimana cara mengikat dasi yang benar, mulai dari dasi yang biasa Zino kenakan hingga dasi yang jarang Zino kenakan tapi dia memilikinya. Tentu saja untuk mempermudah Zino dalam mengenakan dasi. Walaupun sepertinya Zino bisa mengenakan dasi sendiri, dengan keadaan dasinya tidak serapih jika aku yang membantunya. "Gaunnya cocok untukmu." gumam Zino pelan, tapi tentu saja berhadapan dengannya membuatku mendengar ucapannya. Aku hanya menjawabnya dengan senyuman dan melanjutkan merapihkan dasi Zino. Jas Hitam dengan potongan dan proporsi tubuh yang pas dengan Zino, entah mengapa malam ini dia benar-benar tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE OR LOVE (Love is Complicated)
Romance"Aku tidak pernah mengenal Cinta, sampai aku mengenal dirinya." - Lisa Mazoe "Benci, mungkin itu yang bisa menjelaskan perasaanku padanya." - Rezino Willins Lisa Mazoe lugu dengan hati yang begitu polos harus menerima kenyataan untuk dinikai dengan...