35. Pantai

1.6K 45 2
                                    


***

Setelah aku meninggalkannya terduduk dalam keadaan mengantuk, tidak lama dia keluar dari tenda. Wajahnya tidak sekusut saat tadi aku membangunkannya, tapi dia seperti masih belum sadar sepenuhnya. "Dia tetap tampan walaupun habis bangun tidur, wah aku bingung sekali." gumam Aurel disampingku. "Kau harusnya menikahi dia saja. Walaupunku yakin Zino lebih tampan dari dia kan sehabis bangun tidur." sambung Aurel. Aku hanya tertawa mendengar ucapannya tidak merespon secara berlebihan.

Tapi apa yang dikatakan Aurel membuatku teringat akan masa-masa dimana aku selalu memperhatikan wajah Zino dipagi hari. Sudahlah, aku harus bisa melupakan semua kenangan-kenangan itu.

***

Usai Peter sarapan, kami membereskan perlengkapan berkemah dan mulai mengemas semuanya. Peter sepertinya masih terlalu lelah untuk berkendara, jadinya Aurel yang nanti akan membawa mobil dan Peter tidur dibangku belakang.

"Ayo berangkat."

Saat menaiki mobil, Peter langsung memposisikan diri untuk tidur. Sepertinya dia lelah sekali menjaga tenda semalaman, walaupun dia tidak harus melakukannya.

Selama perjalanan aku dan Aurel memutar beberapa lagu kesukaan kami. Disela-selanya Aurel terus saja memuji mobil Peter karena kemewahannya yang tentu saja aku tidak mengerti. Karena aku tidak bisa mengendarai kendaraan apapun dan tidak pernah tahu soal otomotif. Tapi Aurel memang sudah bisa mengendarai mobil sejak dibangku sekolah dan beberapa kali berganti mobil.

Tetapi sedari tadi Peter terus tertidur dibelakang dan tidak terganggu dengan nyanyian kami yang seharusnya mengganggu tidurnya. Perjalanan sudah satu jam tapi belum juga aku melihat garis pantai. Sesekali aku merasa tidak asing dengan beberapa sudut jalan, karena unik.

"Pantai.." seruku ketika aku mulai melihat garis berwarna biru di sisi sebelah kanan. "Yes!!" seru Aurel. "Peter bangun, kita sudah sampai..." aku mencoba menggoyangkan tubuh Peter. Dia sepertinya terganggu dengan itu dan memposisikan dirinya terduduk. Rambutnya berantakan dan matanya masih terpejam. "Ini minum." aku menyodorkan satu botol air mineral untuknnya.

"Waaah bagus.." tentu saja Aku dan Aurel mengagumi garis pantai yang begitu indah. Tapi kami harus cari tempat untuk makan siang terlebih dahulu. Lebih tepatnya lagi mungkin hotel atau penginapan, karena kami belum membersihkan diri sejak kemarin.

Tak berapa lama, mobil Arvin yang berada didepan kami berbelok menuju suatu bangunan berlantai satu yang terlihat seperti rumah atau villa mungkin.

"Wah cuacanya cerah sekali, pasti bagus buat foto-foto di pantai." seru Aurel ketika turun dari mobil dan mulai berlari menuju pantai. "Dia tidak ada lelahnya ya." gumama Peter sembari tersenyum memperhatikan tingkah Aurel yang tentu saja semua orang menyukainya.

Arvin dan Peter mengangkat beberapa tas yang berisikan pakaian. "Kenapa disini?"tanyaku pada Ninda. "Oh katanya Arvin ini tempat yang bagus dan yang paling utama adalah tidak banyak pengunjung." Ninda mendahuluiku dan membantu Arvin membawa salah satu tas. Aku memperhatikan Aurel yang melambaikan tangan sembari bermain air.

"LISA, AYO SINI!" Teriak Aurel. "AKU GANTI BAJU DULU."

Aku memasuki rumah berukuran kecil yang sudah disewa oleh Arvin, entah sejak kapan. Tidak terlalu besar, tapi cukup untuk kami berlima. "Kita menginap disini malam ini ya.." ucap Arvin kemudian melaluiku yang mterdiam. "Hah? kita menginap lagi?" tanyaku. Arvin mengangguk sebagai jawaban. Tidak masalah si, hanya saja aku sedikit tidak menyangkan perjalanan ini menjadi lebih lama dari perkiraanku.

Aku masuk kedalam kamar dimana Ninda tengah berbaring memandangi langit-langit kamar. "Kamu gak mau berenang?" tanyaku pada Ninda. Dia menoleh dan malah menggerakkan tubunya seperti ingin mencopot lengan dan kakinya. "Ughhh.. nanti saja, aku ingin tidur sebentar." ucapnya. Aku mengambil koperku dan mengeluarkan celana pendek dan baju crop top.

HATE OR LOVE (Love is Complicated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang