10. "....."

2.2K 62 4
                                    

Hallo Guys, well come back to my wattpad Story (Nadanya ala-ala youtubers) LOL...

Selamat datang again di lanjutan cerita "Hate Or Love" kuharap kalian bisa enjoy dengan ceritanya. Mungkin emang alurnya agak lambat ya, mohon dimaklumi, terkadang ide bikin alur cerita menjadi bagus gk muncul setiap hari.. :(

so...

Selamat Membaca

***

Lisa POV

"Jangan katakan ini yang pertama kalinya?" tanya Zino, aku membuka mataku. Pertanyaanku membuatku sejenak berfikir, ya ini pertama kalinya dan rasanya aku mau meledak. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Zino. Seperti yang semua orang tahu, seorang Lisa belum pernah jatuh cinta, apalagi berciuman dengan seseorang. 

Zino memutar bola matanya, kemudian mengusap tengkuknya yang sepertinya mungkin gatal. Tentu saja tak perlu ku tanya, sudah pasti ini bukan yang pertama kalinya untuk seorang Rezino Willins.  "Ayo cepat bangun." 

---

Sesampainya di resort, sedari tadi Zino sibuk dengan laptopnya. Tentu saja pastinya itu adalah pekerjaan kantor yang harus ia selesaikan. Sekarang aku hanya memperhatikan ponselku, mengecek social media dan Youtube. Tapi perutku terasa lapar, padahal jam baru menunjukkan pukul 7  malam. "Zino mau makan?" tanyaku. Tidak ada jawaban, masih sibuk dengan laptopnya. 

Triing.. suara handphone Zino berbunyi. Zino memandangi layar handphone, kemudian melihatku. Zino keluar dari kamar untuk mengangkat telfonnya. Tapi satu hal yang membuatku sedih, beberapa langkah sebelum dia keluar kamar dan menutup pintu, jelas sekali aku mendengar "kenapa Lidia?" 

Ingatan tentang hubungan Zino dengan Lidia terus saja membebani pikiranku. Aku tidak mengerti, sekarang Zino sudah bersikap baik padaku, tapi sepertinya itu tidak merubah apapun. Hubungan mereka, aku ingin tahu sudah sejauh apa. 

Zino memasuki kamar dengan raut wajah yang cukup gusar, membuatku bingung. "Dimana koper kita? cepat kita harus pulang sekarang!" ujar Zino dengan kalap. Aku panik tak tahu harus mulai membereskan dari mana. "Ada apa? apakah ada sesuatu yang buruk terjadi?" tanyaku. Zino tidak menjawab, dia terus sibuk membereskan beberapa barang. 

"Tunggu kita tidak pamitan dengan Ibu dan Ayah?" tanyaku. "Arrrg.. yasudah kau disini saja, biar aku saya yang pergi." Zino melempar koper ke tepi kamar. Bingung, tapi Zino terlihat begitu panik. "Zino tunggu dulu, ada apa sebenarnya?" sekarang aku yang mulai panik. Tidak sampai satu hari sikap Zino sudah mulai berubah. "Sudahlah, kau tidak perlu tahu." Zino mengambil jaketnya didalam lemari dan mengambil kunci mobil di nakas. "Tunggu dulu, setidaknya beritahu aku kemana kau pergi!" ujarku sedikit berteriak, ketika Zino hampir keluar dari pintu. 

Zino menatapku, terdiam dan membalikkan badan. Tidak ada jawaban dari pertanyaanku. Tapi tadi sebelumnya, ia mengangkat telfon yang kuyakin sekali dari wanita bernama Lidia. "Ya Tuhan, sekarang apalagi." aku hanya bisa terdiam duduk ditepi ranjang. Mengapa Zino begitu panik dan khawatir. Sebetulnya apa yang terjadi, kali ini ada hubungan apalagi dengan Lidia. Suara pintu diketuk mengejutkan lamunanku.

"Hai sayang." ternyata Ibu Patricia dengan mangkuk ditangannya. "Zino pergi ya?" tanya Ibu Patricia, ku jawab dengan anggukan. "Mungkin ada sesuatu penting yang terjadi, nih Ibu bawakan sup." senyuman Ibu Patricia cukup menenangkanku. Melihat Ibu Patricia mengingatkan ku dengan Ibuku. Sudah tiga hari ini aku tidak menelfon Ibu, rasa bersalah menggerayangiku. Tapi bukan tanpa alasan, hanya saja aku tak ingin menangis ketika mendengarkan suara Ibu. 

"Ibu, Lidia itu siapa?" pertanyaan itupun akhirnya keluar dari mulutku. Ibu Patricia terlihat cukup terkejut mendengar pertanyaanku. "Ibu bingung harus menjelaskan dari mana." jawab Ibu Patricia yang kini menyendokkan sup untuk menyuapiku. Tentu saja aku menerimanya dengan senang hati. "Ibu, apa tidak papa jika aku menceritakan beberapa hal tentang pernikahanku?" tanyaku, jujur aku hanya ingin teman untuk bercerita. Mengeluhkan seluruh perasaan sedihku kepada seseorang yang benar-benar bisa mendengarkanku. "Tentu saja sayang." jawab Ibu Patricia sembari sekali lagi menyendokkanku sup.

HATE OR LOVE (Love is Complicated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang