Lisa POV
Aku tidak mengerti mengapa jadi banyak sekali peraturan yang Zino berikan. Tapi ketika Zino menjemputku di kampus, aku sungguh merasa tidak nyaman. Kenapa? karena perempuan-perempuan disana menatap kami dan tentu saja membicarakan sesuatu dibelakang kami. Persetan, aku tahu mungkin mereka berfikir aku hamil diluar nikah atau jadi simpanan om-om. Zino memang tampan luar biasa, tapi tetap saja usianya lebih tau dibangdingkan diriku dan anak-anak yang berada di kampus. Selama perjalanan Zino tidak banyak berbicara, hanya bertanya bagaimana perkuliahanku, dan ku jawab baik-baik saja.
Setelah itu kami mampir di salah satu restoran yang tidak jauh dari apartemen, karena Zino lapar. Untuk tampilanku yang terlihat sangat seperti anak kuliahan, masuk restoran seperti ini mungkin sebuah kesalahan. Kalau saja aku masuk sendirian, pasti aku sudah dihadang oleh pegawai restoran karena tidak mampu membayar untuk makan direstoran ini. Memang benar, aku pasti tidak mampu. "Kenapa kita makan disini?" tanyaku pada Zino sambil berbisik, yang terus berjalan mencari tempat duduk yang tepat. "Kenapa?" tanya Zino kembali setelah mendaratkan bokongnya di bangku empuk yang sudah pasti mahal. Aku meletakkan tas ku yang berisikan laptop dan beberapa buku tulis, tenang saja tidak berat kok.
Aku memandangi sekitar, melihat beberapa pria dan wanita dengan pakaian yang sangat formal. Sungguh, aku benar-benar salah dress code untuk makan di tempat ini. "Permisi ada yang bisa saya bantu?" tanya pramu saji perempuan dengan pakaian ala pramugari penerbangan. Zino mengambil menu yang ditawarkan oleh pelayan cantik itu. Kulihat kaki wanita itu begitu jenjang dan mulus, dan cantik. Zino menunjuk beberapa menu makanan yang sama sekali aku tidak tahu apa itu, kemudian memberikannya kepada wanita bernama Mei yang tertulis pada name tag nya.
"Kamu pesan makanan apa?" tanyaku. "dua porsi Zurich Veal, satu Zurek dan satu botol wine." jawab Zino yang langsung sibuk dengan ponselnya. "Demi Tuhan itu makanan apa.." gumamku bingung, Zino tidak mendengarkan. Tring..
Ponselku berbunyi, satu pesan masuk dari nomor tidak dikenal.
"Lisa ini aku Gio, gimana kalau besok siang kamu ajarkan aku soal materi yang tadi?" oh ternyata pesan dari Gio. Tapi dari mana dia bisa dapat nomor ponselku. "Dari siapa?" tanya Zino yang ternyata sudah meletakkan ponselnya dan sekarang memperhatikanku dengan dingin. "Eeem hanya teman kampusku." jawabku singkat dan meletakkan ponselku. Dengan cepat Zino mengambil ponselku dan membuka pesan dari Gio. Yup, betul sekali Zino tahu sandi ponselku, tentu saja. "Gio..." gumam Zino yang bisa kudengar. Zino mengembalikan ponselku, tatapannya semakin dingin. "Kenapa tidak dibalas?" tanya Zino. "Umm tidak papa." jawabku.
"Permisi Tuan dan Nyonya." pelayan laki-laki dengan pakaian rapih mendorong troli jamuan makanan ke meja kami. Diatas troli terdapat tiga piring makanan yang sepertinya pesanan Zino. "ini Zurich Veal dan Zurek." ujar laki-laki itu dengan logat khas Eropa yang sangat kental. Diatas meja telah tersaji beberapa menu makanan dan laki-laki itu menuangkan wine untuk Zino. Baru saja wine ingin dituangkan ke mejaku, tapi Zino mengangkat tangannya. "Tidak, berikan dia yang lain, jus soda air putih atau apapun." ucap Zino, membuat keningku sedikit berkut. Pelayan itu menangguk dan mendorong troli nya menjauh. "Umurku sudah cukup untuk minum wine." jelasku dengan nada sedikit memprotes. " Ya aku tahu." jawab Zino singkat, kemudian menengguk wine yang ada digelasnya. "Lalu kenapa kamu menyuruh pelayan itu membawakan yang lain?" tanyaku.
"Kalau kau mabuk, itu membuatku repot." jawab Zino singkat, kemudian satu gelas minuman diletakkan dimejaku. Minuman yang sepertinya adalah soda dengan rasa buah yang segar. Aku menghela nafas kemudian menengguk minumanku dengan kesal. Walaupun rasa minuman ini tetap enak sih. Tapi aku jadi berfikir, memangnya aku gampang mabuk ya?
Makan malam selesai dan aku sangat amat sangat terkejut melihat nominal harga yang harus Zino bayar untuk satu kali makan malam. Jujur makanannya memang enak sekali, aku tidak bisa memungkiri hal itu. Tapi harganya hampir setara dengan satu ponsel iPhen terbaru yang mahal. Zino mengeluarkan kartu kreditnya, black card, oke sekarang itu membuat semuanya menjadi jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE OR LOVE (Love is Complicated)
Romance"Aku tidak pernah mengenal Cinta, sampai aku mengenal dirinya." - Lisa Mazoe "Benci, mungkin itu yang bisa menjelaskan perasaanku padanya." - Rezino Willins Lisa Mazoe lugu dengan hati yang begitu polos harus menerima kenyataan untuk dinikai dengan...