7. Berubah?

2.1K 53 2
                                    


Hallo Guys... 

Terimakasih sudah mau mencoba untuk membaca ceritaku ini. Jika kalian ada saran dan masukan jangan sungkan untuk mengetik di kolom komentar ya. 

Selamat Membaca!

---

Hari ini tepat tujuh hari usai tragedi lempar kaca itu dan aku masih baik-baik saja. Zino masih pulang ke apartemen, tapi kami tidur di tempat yang berbeda. Aku selalu tidur di sofa ruang tamu yang bahkan kurasa lebih nyaman dibandingkan ranjang kami dikamar. Seakan sofa-sofa itu memelukku setiap malamnya. Dipagi hari Zino selalu berangkat tanpa menyentuh sarapannya, begitu pula saat malam hari. Aku selalu ketiduran di sofa menunggunya pulang, hingga akhirnya bangun di pagi hari dan mendapati makan malam untuh yang tak disentuh. 

Hari ini Ibu mertuaku akan berkunjung, yap Nyonya besar Patricia Willins. Belakangan ini aku membaca banyak artikel yang membicarakan perihal kehidupan mewah pasangan yang sudah menikah selama hampir 45 tahun ini. Mereka memang bisa dibilang keluargaku juga, tapi yang ku tahu keluarga Willins adalah kerabat jauh. Jadi tidak heran kalau mereka tidak berkunjung kerumah kami. Pertama kalinya mereka berkunjung, ya di hari lamaran itu. 

Keluarga Willins memang hidup dalam kemewahan, tapi Ibu Patricia dan suaminya merupakan orang yang sangat dermawan. Banyak artikel yang menyatakan, pengadopsian Zino menjadi anak mereka dan pewaris satu-satunya kekayaan keluarga Willins menjadi salah satu bukti kedermawanan mereka. Miris sekali aku membacanya, apakah berita seperti ini banyak diluaran sana? kejam sekali ucapan mereka. 

Pukul 10:00 pagi, aku sudah menyiapkan bebagai hidangan makanan untuk Ibu dan Ayah mertuaku. Walaupun sebetulnya aku sangat berharab Ayah dan Ibu kandungku hadir hari ini, tapi sepertinya mereka sangat sibuk. Ibu memberitahukan ku di telfon bahwa orang-orang datang ke toko untuk membeli roti, banyak sekali. Mereka mengetahui kenyataan soal Aku dan Zino menikah, seketika Toko Roti kami menjadi terkenal. Ibu dan Ayah sampai-sampai harus merekrut 5 pegawai baru di toko. Aku turut senang mendengar bagaimana Ibu begitu bahagia menceritakan kesuksesan bisnis kami. 

Ting Tong..

Suara bel apartemen berbunyi, tentu saja aku yakin itu Ibu dan Ayah mertuaku, dan juga Zino. Karena memang Zino sendiri yang mengatakan kepadaku bahwa Ibu dan Ayah akan makan siang di apartementku dan mengajakku makan malam dirumah mereka. "Halo cantik.." suara Kotak yang sangat ku kenal. Kotak dengan Renda bungan khas Toko kue Ibuku. 

Aku mempersilahkan Ibu dan Ayah untuk duduk di meja makan. Dimana aku telah menyiapkan berbagai jenis hidangan yang semoga saja mereka suka. "Wah kamu masak banyak sekali Lisa." ujar Ibu dengan sumringah melihat banyaknya makanan yang kubuat. "Kamu sepertinya pandai sekali memasak ya Lisa. Pasti Zino senang sekali setiap pulang kerja, disugukan makanan-makanan." sambung Ayah sambil menepuk-nepuk bahu Zino. Zino hanya membalasnya dengan senyuman yang sangat berbeda dari Zino yang sehari-hari kulihat. Sekarang yang kulihat adalah Zino di hari pernikahanku. Senyuman itu yang sangat ingin kulihat setiap harinya, tapi tidak bisa. "Silahkan dicicipi." ujarku, memberikan piring kepada setiap orang. 

Acara makan bersama ini sungguh membuatku senang, rasanya benar-benar normal. Zino yang terus tersenyum selama acara makan siang bersama membuatku semakin merasa senang. Bahkan yang paling membuatku senang adalah hari ini hari pertama kalinya Zino mencicipi makananku. Saat iya menyuapkan makanan pertamanya, aku begitu memperhatikannya dan ia tersenyum. Oh Tuhan, tolong hadiahkan senyuman itu di hari-hariku. Mungkin tidak untuk selamanya, tapi bisakah setidaknya sampai kami masih bersama. Rasanya ingin menangis terharu, tapi tentu saja aku menahan jangan sampai menangis didepan Ibu dan Ayah. 

"Bagaimana minggu-minggu pertama pernikahan? Kalian pasti sudah mulai mengenal satu sama lain kan?" tanya Ayah, tentu saja itu hampir membuatku tersedak. "Pelan-pelan sayang, minum-minum.." kulihat Zino memperhatikanku. "Tentu saja baik-baik saja, aku mulai mengetahui beberapa kebiasan Lisa. Seperti selalu bergumam saat tidur." saut Zino, yang sekali lagi hampir membuatku tersedak. Tapi Ibu dan Ayah tertawa dengan gembira, aku termenung menatapi Zino. Dia memperhatikanku saat aku tidur, yang bahkan aku tidak tidur disampingnya. Tapi semua itu betul, aku memang memiliki kebiasaan tidur bergumam sejak kecil. Apalagi jika aku begitu merasa lelah, pasti aku akan bergumam saat tertidur. Aku bisa saja mengatakan apapun saat tertidur tanpa ku sadari. 

HATE OR LOVE (Love is Complicated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang