Hujan terus turun, entah mengapa hari-hariku semakin tidak menyenangkan. Terkurung dalam ruangan ini terus menerus mengecilkan semangaku. Hanya satu hal yang terus membuatku berusaha untuk tetap hidup, anakku. Aku sudah tidak bisa menghitung hari, entah berapa lama lagi aku harus menunggu anak ini lahir.
Peter setiap hari mengunjungiku, tapi aku tidak berbicara satu patah katapun padanya sejak hari itu. Hari dimana dia mengatakan ingin membunuh anakku, di hari itu juga aku begitu murka padanya.
Tapi Peter tetaplah Peter, dia merasa tidak masalah jika aku tidak berbicara sekalipun. Karena yang dia inginkan hanya aku menjadi miliknya sepenuhnya. Aku tidak pernah menyadari sedikitpun akan potensi Peter menjadi seorang psikopat gila seperti ini. Tidak ada satu sisipun dari dirinya yang menunjukkan hal itu, dulu.
Lamunanku buyar ketika aku mendengar suara gebrakan dari luar kamar. Aku tidak tahu itu apa, tapi yang pasti seperti suara benda yang terjatuh dengan begitu kencang. Pintu kamarku tidak terbuka, tapi aku terus memperhatikan. Rasa takut menjalar ditubuhku, entah apa yang terjadi diluar.
"Dimana dia katakan!" seseorang berteriak didepan pintu. Suara itu, tentu saja aku amat mengenal suara itu.
"Zino!" aku berteriak. Aku mencoba berjalan kearah pintu, tapi kakiku terlalu lemas untuk bahkan sekedar melangkah.
Aku tidak tahu apakah Zino mendengar suaraku, tapi beberapa kali aku berteriak, tidak ada sautan darinya.
Aku meringis kesakitan ketika kupaksakan diri untuk jatuh dari atas ranjang. Tangan-tanganku berusaha meraih apapun yang berada didekatku untuk bergerak. Cukup lama aku bergerak. Gagang pintu terasa begitu dingin menyentuh kulitku. Sisa tenaga kugunakan untuk menggoyangkan gagang pintu, berusaha untuk siapapun diluar sana menyadari keberadaanku.
Suara yang baru saja kudengar memberikan harapan kepadaku, harapan untuk keluar dari penderitaan ini. Aku tahu, bisa saja aku mungkin berhalusinasi. Tapi aku berusaha meneguhkan diri sendiri, bahwa itu bukan halusinasi. Harapan, kumohon jangan seperti ini.
"Lisa!" seseorang menyaut dari balik pintu.
"Zino, kumohon ini bukan hayalan kan?"
"Menjauhlah dari pintu."
"Aku tidak sanggup lagi bergerak."
"Kumohon berusahalah, si brengsek itu kabur dengan kuncinya." Aku berusaha menggerakkan kakiku, untuk menyingkir dari pintu.
"Sudah."
Dug!
Dug!
Dug!
Dug!
Dug!!!
Pintu terbuka dan disanalah aku melihatnya, ini bukan sekedar harapan.
"Lisa!" Zino memelukku begitu erat. Tubuhnya basah dan kotor dengan lumpur, aku tidak tahu kenapa bisa demikian.
"Terimakasih, sudah datang."
***
"Bagaimana? Apa dia sudah tertangkap?" suara seorang perempuan berbicara.
"Belum, tapi mereka bilang dia kabur ke negara tetangga. Sial, harusnya malam itu aku tidak kubiarkan dia lepas!"
"Tidak, itu bukan salahmu. Keamanan Lisa lebih penting."
Samar-samar aku mendengar suara antara seorang perempuan dan laki-laki tengah saling bercakap. Aku berusaha membuka mataku sekuat tenaga, walaupun rasanya sulit sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATE OR LOVE (Love is Complicated)
Romansa"Aku tidak pernah mengenal Cinta, sampai aku mengenal dirinya." - Lisa Mazoe "Benci, mungkin itu yang bisa menjelaskan perasaanku padanya." - Rezino Willins Lisa Mazoe lugu dengan hati yang begitu polos harus menerima kenyataan untuk dinikai dengan...