17. Taman Bermain

1.8K 47 3
                                    


Lisa POV

Minggu pagi, aku sibuk menyiapkan beberapa cemilan untuk teman-temanku. Arvin bilang mereka akan sampai pukul sepuluh pagi. Karena teman-temanku ingin datang, Zino pun bangun lebih pagi. Sebetulnya tidak papa kalau Zino tidak ingin bertemu dengan teman-temanku. Tapi ia bilang ia ingin bertemu dengan teman-temanku. Aku tidak menolaknya, hal itu bahkan lebih baik. Jam didinding menunjukkan pukul sepuluh lewat lima belas menit. Seperti biasa mereka pasti tidak akan tepat waktu. Tak berapa lama, bel pun berbunyi. "Biar aku saja." saut Zino yang sedari tadi tengah menonton Televisi. Aku mendengar kerumunan orang masuk, terutama suara khas Aurel yang tidak pernah berubah. "Lisaa.." Aurel berlari kearahku dan memelukku dengan kencang. "Uuuu aku kangen banget tau." ujar Amel yang masih terus memelukku. 

"Eh iya iya, aku juga. Aurel udah dong lepasin." eluhku, merasakan pelukan Aurel yang cukup erat. Aurel melepaskan pelukannya dan meletakkan tas nya di atas sofa. "Kalian mau minum apa?" tanyaku. Ninda tersenyum kepadaku, aku membalas senyumannya. "Eh duduk-duduk.." ujarku mempersilahkan teman-temanku untuk duduk. "Aku air putih saja." jawab Ninda. "Saama.." sambung Arvin. "Aku susu cokelat." jawab Aurel yang membuat Ninda akhirnya mencubitnya. "Auuu, sakit tahu Nin." teriak Aurel kesal. "Udah gak papa, sebentar ya aku ambilin." sautku. Kulihat Zino duduk bersama yang lain dan mulai mengobrol. 

Aku membawakan minuman untuk mereka dan beberapa makanan kecil. "Apartemenmu bagus Zino." ujar Nina yang sepertinya sedari tadi memperhatikan sekitar. "Terimakasih." jawab Zino singkat. "Iya pasti mahal." sambung Aurel yang lagi-lagi mendapat pukulan kecil dari Ninda. Aku ikut membaur bersama mereka di sofa.  "Kamu udah beli buku yang diperluin semester ini sa?" tanya Arvin. "Ah udah kok udah." jawabku. "Wah Lisa, kamu makin jago masak deh." seru Aurel dengan mulut yang sudah penuh dengan makanan yang kusajikan. Tentu saja hal itu membuatku tertawa. Melihat tingkah laku Aurel yang tidak berubah, membuatku mengenang masa-masa bersama mereka. "Eh iya, tapi kenapa ya rasanya aku kaya pernah liat Zino gitu. Tapi lupa dimana.." ujar Aurel sembari berfikir. "Dimana?" tanya Zino. "Uuum entah lupa. Dulu banget si, kayanya waktu awal semester perkuliahan. Waktu itu loh sa, pas kita mau camping." Jelas Aurel. Ninda dan Arvin pun saling tatap-tatapan satu sama lain. Kulihat ekspresi Zino berubah, seperti terlihat khawatir. 

"Oh pas itu, masa si perasaan kamu aja kali. Kan kita belum kenal Zino, Lisa juga belum kan?" tanya Ninda. Kulihat Zino seperti semakin merasa tidak nyaman. "Iya juga sih, tapi serius deh laki-laki yang waktu camping gak jauh dari camp kita mirip banget Zino." tambah Aurel yang sebetulnya membuatku sedikit khawatir. Karena jujur saja Aurel itu bukan tipe pelupa, tapi sebaliknya. Bahkan Aurel dapat mengingat rumus ataupun kejadian dengan sangat detail. Tapi kalau benar laki-laki yang diceritakan oleh Aurel itu adalah Zino, itu artinya Zino adalah pria yang Aurel ceritakan waktu itu. 

Waktu camping di salah satu gunung, Aurel cerita kalau ada laki-laki tampan camping gak jauh dari tempat kita. Aurel sendiri yang liat, saat ia dan Ninda mencari kayu bakar. Tapi laki-laki itu terlihat aneh, karena seperti sedang memperhatikan tenda dimana aku dan Arvin sedang mendirikan tenda. Aurel meneriaki laki-laki itu dan laki-laki itu terkejut kemudian lari. Saat Aurel mau mengejar laki-laki itu, Ninda meneriakinya. Aurel pun mengurungkan niatnya untuk mengejar laki-laki itu. Sesampainya di camp, Aurel bercerita alasan kenapa ia berlari kearah hutan. Karena cerita Aurel, kita semua cukup ketakutan. Takut kalau-kalau nanti ada orang jahat. Akhirnya kami pun memutuskan untuk tidak jadi camping hari itu. 

"Mirip doang kali, lagian itu kan udah tiga tahun yang lalu. Kamu salah orang kali." Ninda coba meyakinkan Aurel kalau orang itu bukanlah Zino. "Emangnya kamu pernah camping?" tanya Ninda ke Zino. "Uum, pernah si tapi waktu itu aku camping di New Zeland sama temanku." jawab Zino dengan nada yang sedikit gugup. "Ih tuh kan, di New Zealand coba. Masa itu Zino si, ngaco kamu." ujar Ninda. "Udah-udah, kenapa jadi berdebat." saut Arvin mencoba menghentikan perdebatan Ninda dan Aurel. 

HATE OR LOVE (Love is Complicated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang