30. Sudah Cukup

1.7K 61 9
                                    

Halooo guys, karena antusiasme kalian di part sebelumnya, jadi yaudah deh aku next. Tapi seperti biasa aku mau mengingatkan kepada kalian, untuk memaklumi ke TYPO-an ku, karena setiap part yang aku update tidak kubaca ulang atau ku edit, karena kesibukanku yang lain. Kalaupun aku up, terkadang itu curi-curi di waktu tertentu. 

Nah untuk perbaikan Typo akan aku lakukan sesudah cerita ini selesai ya. Jadi harapppp MAKLUM...

Selamat membaca..

**

Lisa POV

Matahari mulai terbenam, Ayah memberikan kami lampu untuk tidur di tenda. Arvin tengah sibuk menyalakan kayu bakar, karena udara mulai semakin dingin. Saking dinginnya, Ibu menyuruh kami untuk membatalkan sesi berkemah ini. Tapi aku menolak, karena ini mungkin akan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Melihat aku yang begitu keras kepala, Ibu membawakanku jaket dan selimut super tebal. Tidak lain dan tidak bukan adalah karena kehamilanku.

"Yes.." seru Arvin, ketika api unggun yang dia nyalakan berkobar dan tidak mati seperti tadi. Aku, Aurel dan Ninda duduk berdempetan dengan selimut supaya tubuh tetap hangat. Samar-samar terdengar suara jangkrik dari sekitar. Hutan dihadapan kami terlihat cukup menyeramkan ketika gelap. "Bagaimana kalau nanti ada serigala?" tanya Aurel yang sepertinya termakan cerita konyol Arvin tentang serigala yang memakan manusia. "Tenang saja, kalau ada pun kan ada kamu."ucap Ninda. "Kenapa aku?" tanya Aurel yang sepertinya tidak mengerti dengan ucapan Ninda. "Iya jadi kalau nanti serigalanya lapar, kamu yang kita tumbalin dulua. Hahaha.." Aurel dan Aku tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Aurel memajukan bibirnya, kesal dengan lelucon Ninda.

"Tangkep."Arvin melempar plastik yang berisikan snack kepadaku. Ninda mulai membuka dan memotong beberapa sosis dan daging. Sementara Aurel membuatkan bumbu untuk barbeque. Aku merasa senang menjadi Ibu hamil, karena bisa tidak melakukan apapun. Walaupun terkadang tidak enak sih dengan orang-orang. Tapi tidak apa lah, nikmati saja. Ninda menyodorkanku piring yang berisikan sosis yang sudah ditusuk. "Oleskan mentega." Ucapnya, aku menagguk dan mulai mengolesi sosis dengan mentega.

"Wah seru sekali nih, kami boleh ikutan tidak?" seru Ayah dan Ibu yang berjalan mendekati tenda. Ibu mengenakan matel dingin dan menyilangkan tangan merasakan udara yang dingin. "Silahkan tante, om."jawab Arvin. Ibu duduk disampingku, mengusap punggungku. "Dingin tidak?" tanya Ibu. "Tidak terlalu, kan sudah pakai jaket dan selimut."ucapku. Ayah membantu Arvin dengan sosis dan daging-daging yang mulai dipanggang. Udara sekitar yang terasa dingin pun berganti menjadi rasa hangat akan kebersamaan.

**

Usai menghabiskan sosis, daging dan sayuran, kami jadi kekenyangan. Ibu dan Ayah sudah masuk sekitar satu jam yang lalu. Sekarang kami masih duduk-duduk mengitari api unggun, karena rupayanya belum merasa mengantuk. "Hei mau dengar cerita seram tidak?" tanya Arvin. Dengan cepat Aurel menggeleng, sedangkan Aku dan Ninda mengangguk. "Ih Aurel, penakut banget si. Ayo Arvin cerita horror."ucap Ninda. Aurel menghela nafas merasa kalah, karena harus mendengar cerita horror.

Arvin bercerita tentang pengalaman horror di kampus. Dimana katanya dulu sekali ada seorang mahasiswi yang jatuh cinta dengan dosennya. Kemudian mereka melakukan hubungan terlarang, karena si wanita itu hamil, si dosen tidak mau menerimanya. Mahasiswi itu dipaksa untuk menggugurkan kandungannya. Tentu saja dia menolak, tapi karena takut disuruh bertanggung jawab. Dosen itu membunuh mahasiswi itu di kamar mandi kampus yang berada di utara kampus. Lokasi itu memang dikenal sebagai kawasan angker. Sering kali terdengar tangisan dan teriakan wanita, tapi aku tidak yakin cerita itu benar.

"Wuaaa.."teriak Arvin mengejutkan Aurel. Handphone Aurel sampai terlempar karena ia kaget. "Sialan kau ya!"teriak Aurel sambil melempari Arvin dengan sandal. Aku dan Ninda hanya tertawa memperhatikan tingkah mereka. "itu semua hanya mitos kan, tidak sungguh-sungguh?"tanya Aurel yang sepertinya mulai ketakutan dengan cerita yang satu ini. "Entah, tapi katanya sudah banyak yang melihatnya langsung."jawab Arcvin. "Bagaimana kalau nanti kita buktikan sendiri. Kita malam-malam kekampus, terus liat ada atau tidaknya."saut Ninda. Aurel memukul bahu Ninda yang duduk disebelahnya. "Jangan ngaco!"perotes Aurel.

HATE OR LOVE (Love is Complicated)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang