Senyum Hugo mengembang saat matanya menemukan sosok yang ia tunggu-tunggu. Langkah kakinya membawa Hugo bergerak mendekati cewek itu. Tangannya terangkat, melambai ketika mata mereka bertemu. Hugo merasakan jantungnya berdetak lebih cepat saat gadis dengan rok berwarna pink itu melempar senyum ke arahnya.
"Hugo!"
Suara cempreng itu menyapa telinganya. Mengenyahkan perasaan yang beberapa minggu ke belakang selalu mengusiknya. Dan sekarang digantikan perasaan lega hanya karena gadis itu menyerukan namanya.
"Nggak nyangka kamu beneran jemput aku," kata cewek itu mengerling.
Hugo hanya mengangkat bahunya sok kalem. Padahal, di dalam hati dia sudah mengumpat ini itu karena merasa gugup. Iya, Hugo merasa gugup hanya karena bertemu dengan Blue setelah tiga minggu cewek itu pergi liburan.
Untung saja Hugo tidak jadi mengajak Juan. Jika cowok itu melihatnya, dia pasti akan habis menjadi bahan cemoohan. Karena orang yang paling keras berdoa supaya Hugo kena karma adalah Juan.
"Biru, ayo pulang!"
Ada perasaan hangat yang menelusup masuk ke dalam hati Blue mendengar ajakan itu. Hugo bilang, pulang. Entah kenapa rasanya Blue ingin menangis.
"Jangan nangis elah! Gue udah janji ke Nyokap lo," seru Hugo cukup panik saat melihat gadis di hadapannya sudah terkekeh dengan mata berkaca-kaca.
"Ini kamu yakin? Beneran nggak jadi pengen fakta; Blue tinggal serumah sama Hugo diubah jadi sekedar gosip?" goda Blue yang berhasil membuat Hugo berdecak.
"Biru, please. Lo bilang udah maafin gue? Tapi, masih diungkit aja," gerutu Hugo yang berhasil memancing tawa renyah milik Blue.
Hugo terkesima mendengar suara itu. Tawa Blue yang sebelumnya selalu dia anggap berisik entah kenapa sekarang terdengar begitu merdu.
"Maaf, Kakak," balas Blue.
Mata Hugo mendelik saat mendengar Blue memanggilnya dengan sebutan itu. Walau sebenarnya dalam hati dia merasa bersyukur karena hubungan mereka tidak berubah canggung.
Belum sempat Hugo membalas godaan Blue, seorang cowok berkulit putih yang menindik telinga kirinya datang menghampiri mereka dengan menggerutu. Hugo mengernyit saat tangan cowok itu menoyor kepala Blue.
Tunggu, harusnya kan dia yang melakukan itu.
"Siapa lo?" sentak Hugo tidak bersahabat. Refleks, tangannya menarik Blue dan menyembunyikan gadis itu di belakang punggungnya.
"Heh," balas cowok itu yang membuat kening Hugo semakin mengernyit. "Nih bawain tas cewek lo!"
Hugo menangkap tas ransel berwarna merah muda yang dilemparkan orang asing itu, lalu melirik Blue. Hugo baru sadar jika Blue tidak membawa apapun selain tas selempang kecil di pundaknya.
"Lo kenal cowok itu?" tanya Hugo penasaran.
Dengan ringisan kecil Blue mengangguk. Dia melirik Hugo dan cowok berkemeja hitam itu bergantian.
"Hugo, kenalin ini Mas Varo."
Lagi-lagi Hugo mendelik. Tiga minggu tidak bertemu dan Biru sudah bawa Mas-Mas?
"Mas Varo, ini Hugo."
Blue memperkenalkan kedua cowok itu. Yang sepertinya tidak mendapat respons yang cukup baik. Mereka berdua masih diam saja.
"Ini mas-mas siapa? Mas Varo? Mas Varo siapa?!" celetuk Hugo yang tanpa sadar sudah menaikkan intonasi suaranya.
Melihat respons Hugo membuat Blue meringis. Ia melirik Varo yang masih cuek-cuek saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Page
Teen Fiction[Sequel of Hugo's Journal] Saat menjabat menjadi ketua kelas XI IPS 3, takdir Hugo sedang dikaitkan dengan tiga nama; Naya, Langit, dan Blue. Jadi, begini sirkuitnya. Hugo -> Naya -> Langit -> Blue -> Hugo Hugo menyukai Naya yang menyukai Langit da...