Siang itu kantin cukup penuh dengan anak-anak yang tengah menyantap makan siang. Blue dan Nina memilih untuk membungkus makanan mereka. Selain karena suasana kantin yang ramai mereka juga harus kembali ke kelas untuk classmeet.
Melintasi lapangan terlihat beberapa anak tengah bermain basket meski hari ini bukan jadwal ekstrakurikuler. Blue berhenti melangkah ketika mendapati Naren berada di sekumpulan cowok itu. Dari keenam anak itu Blue juga mendapati si Kapten basket. Cowok tinggi bermata tajam itu tengah bertos ria dengan temannya setelah sebelumnya berhasil mencetak angka.
Ketika pandangan mereka tanpa sengaja bertemu, Blue dapat melihat cowok itu tersenyum tipis ke arahnya. Membuat Blue segera mengerjap, lalu melambaikan tangan.
"Naren!"
Nina menghentikan langkah saat mendengar suara Blue. Dia menoleh ke arah lapangan dan mendapati Naren tengah melambaikan tangan. Cowok itu terlihat berpamitan pada teman-temannya, mengambil tas di pinggir lapangan, lalu mendekat ke arah mereka.
"Nin, bagi minum dong!" pinta Naren menengadahkan tangan saat tiba di hadapan kedua gadis itu.
"Beli sendiri!" balas Nina menyembunyikan minuman dingin perisa jeruk miliknya. Naren mencibir, lalu beralih pada Blue.
"Blue ada minum nggak?"
Blue mengangguk, lalu mengambil botol minum berwarna pink dari dalam tasnya. Dia memberikan botol berukuran setengah liter itu pada Naren.
"Eja mana?" tanya Blue setelah cowok itu selesai minum. Karena setahunya mereka tadi bermain bersama.
"Thanks." Naren mengembalikan botol pink itu pada Blue. Bonus dengan senyuman lebar. "Tadi ketemu temen bandnya terus mau langsung ke kelas katanya."
Blue mengangguk, lalu mereka bertiga kembali melangkah. Sepanjang langkah Naren tak henti menggoda Nina yang dibalas umpatan dan tendangan dari cewek itu. Hampir semua cowok kelas memang suka sekali menggoda gadis itu karena reaksinya yang meledak-ledak.
"Nin, Nin! Gue punya info," celetuk Naren menyejajari Nina yang berjalan satu langkah di depannya.
"Apaan?" sahut Nina masih fokus pada ponselnya. "Paling nggak penting."
"Oh, sekarang Nino nggak penting ya?" tanya Naren memasang ekspresi kaget. "Kalian belum balikan?"
"Udah!" balas Nina sewot. "Apaan emang?"
"Kasih gue minum!" pinta Naren memberi penawaran.
"Nggak."
"Kemaren sore gue liat dia sama cewek."
"Ngibul!"
"Serius gue! Cakep ceweknya, Nin," ujar Naren dengan suara meyakinkan. "Kecil gitu mungil, tapi imut."
Nina mengalihkan perhatiannya dari ponsel, menoleh pada Naren yang menatapnya serius membuatnya mau tak mau mengernyit khawatir. Entah sadar atau tidak Nina bahkan sudah memberikan minumannya pada Naren. Mungkin, berniat memberi sogokan.
"Serius," jawab Naren mantap, menerima minuman dingin dari Nina dengan hati bersorak senang. "Tanya Varo kalo nggak percaya."
"Lah beneran?!" pekik Nina panik.
Blue yang sejak tadi mengamati dari belakang mereka berdua mengulum bibir menahan senyum. Gadis itu dapat melihat senyum jenaka di wajah Naren ketika Nina kembali menunduk memandang ponsel.
"Rambutnya item lurus gitu terus punya tahi lalat di deket alis kan, Ren?" celetuk Blue yang membuat Naren menoleh dan langsung mengangguk dengan bibir menahan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Page
Teen Fiction[Sequel of Hugo's Journal] Saat menjabat menjadi ketua kelas XI IPS 3, takdir Hugo sedang dikaitkan dengan tiga nama; Naya, Langit, dan Blue. Jadi, begini sirkuitnya. Hugo -> Naya -> Langit -> Blue -> Hugo Hugo menyukai Naya yang menyukai Langit da...