9| Karena Jeka

147 26 7
                                    

Konsentrasi Nina pecah saat matanya menangkap bayangan Blue sedang duduk di pinggir lapangan. Sahabatnya itu tidak sendiri. Blue duduk berdua dengan orang yang siang tadi membuat onar dengan daun kering. Jika gadis itu sendiri, mungkin Nina tidak akan mempermasalahkannya.

Setelah meminta izin pada pelatih dan menyimpan busurnya, gadis itu berlari ke pinggir lapangan untuk menghampiri kedua temannya yang sedang melambaikan tangan. Matanya melirik sinis Jeka, lalu beralih pada Blue.

"Gue kira lo sama Kak Hugo. Eh, ternyata malah sama si Ulet Daun," cibir Nina tanpa memedulikan Jeka yang sedang mengunyah telur gulung di mulutnya.

"Dia nggak dateng latihan," kata Nina seraya mendudukkan diri di samping Blue. Ia meluruskan kakinya seraya mengerling ke arah cewek yang sama seperti Jeka; tengah menikmati telur gulung. "Gue pikir jalan bareng lo."

"Apaan? Tadi pas mau balikin kamera kita liat dia pergi sama Naya."

Bukan Blue yang menjawab, tetapi Jeka. Cowok itu sudah menghabiskan jajanannya.

"Bener ya mereka udah pacaran?" tanya Jeka penasaran. "Waktu itu anak voli ditraktir ayam."

"Sst, diem deh lu, Jek!" potong Nina.

"Nin, aku cuma mau bilang nanti aku nggak jadi nginep tempat kamu," kata Blue segera mengucapkan alasan kenapa dia menghampiri Nina. Dia tidak ingin pembahasan tentang Hugo semakin lebar.

"Kenapa?"

Dalam hati Blue mengucap syukur karena pembahasan tentang Hugo berhasil ia singkirkan. Bukan apa-apa Blue hanya tidak ingin suasana hatinya makin mendung jika memikirkan cowok itu.

"Mood aku jelek," jawab Blue seraya memasang cengirannya. "Takutnya entar ganggu kamu belajar."

Nina mendengus. Dia tahu penyebab buruknya suasana hati gadis itu. Jadi, Nina tidak akan memaksa.

"Kayak sama siapa aja," balas Nina menyenggol bahu Blue dengan bahunya.

Blue tertawa, lalu berdiri. "Ya udah deh, aku duluan ya? Keburu Kak Juan pulang."

Nina mengangguk, lalu ikut berdiri. Gadis itu berlari kembali ke lapangan saat Jeka sudah berdiri seraya memainkan rumput. Dia tidak mau mendengarkan ocehan nirfaedah pemuda itu.

"Blue, si Nina benci banget sama gue ya?" tanya Jeka tanpa melepaskan pandangannya pada gadis berambut cokelat sebahu yang sudah kembali mengangkat busurnya.

Blue terkekeh pelan, lalu menggeleng. "Enggak kok."

"Padahal, mau gue kasih rumput biar semangat," celetuk cowok itu yang lagi-lagi berhasil membuat Blue tertawa.

"Nina cintaku! Semangat! Panah hati Abang dengan panah asmaramu!"

Kali ini bukan hanya Blue yang tertawa mendengar teriakan Jeka, tetapi juga pelatih dan teman-teman ekstrakurikuler Nina yang berada di lapangan. Blue membungkam mulutnya melihat Jeka sudah melambaikan tangan, lalu membentuk simbol hati di atas kepalanya.

Di tengah lapangan Nina sudah merah padam menahan marah dan malu. Gara-gara teriakan Jeka anak panahnya bahkan gagal untuk mendarat di area biru. Dan sekarang teman-temannya sudah heboh menggodanya.

"Nina cantik! Abang padamu!"

Habis sudah kesabaran Nina. Dengan kesal dia mengambil satu anak panah, mengambil posisi siap melepaskan tarikan tali busurnya.

"Dasar bungkus micin! Beneran gue panah ya lo!"

Jeka yang melihat Nina sudah mengarahkan tembakan ke arahnya, segera menarik tangan Blue untuk pergi dari sana. Pemuda itu berlari sambil tertawa dan tidak lupa sekali lagi menggoda cewek itu.

Our PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang