34| Masih di Rumah Ije

139 22 8
                                    

Kedua belas anak itu pamit pulang setelah membuat kamar Ije berantakan dengan bungkus snack dan remah makanan berserakan dimana-mana. Mereka memang contoh-contoh manusia tidak tahu diri. Datang menjenguk tanpa membawa apa-apa, pulang meminta dibungkuskan makanan.

"Anak cowok nggak ada yang mau nginep buat nemenin Ije?" tanya Blue ketika melihat semua temannya beranjak.

"Jek, lo nggak nginep?" tanya Lala ingat bahwa rumah Jeka masih satu blok dengan Ije.

"Sorry nih, Je. Bukan mau berkhianat. Tapi, masalahnya kata Jenny, adeknya Arlan dateng ke rumah ngapelin gue. Kan gue jadi nggak enak kalo gue nginep di sini," ujar Jeka mengusap rambut, lalu menangkup kedua tangannya di depan dada.

Mendengar itu teman-teman cowoknya—kecuali Varo—mengumpat. Arlan bahkan sampai mengangkat kakinya untuk menendang cowok itu.

"Adek gue mau maraton drakor! Nggak usah ngimpi lo setan!"

Jeka mencibir. "Lo nggak tahu aja, Lan!"

"Ro, lo nggak nginep?" tanya Nina pada Varo, mengabaikan Arlan dan Jeka yang masih saja adu mulut.

"Nggak," jawab Varo yang sedang menuang es kurma ke dalam plastik. "Gue bareng Moza."

"Kalo lo mau nginep, nginep aja, Ro. Gue nggak papa kok balik sendiri," sahut Moza merasa tidak enak.

"Nggak," balas Varo singkat.

Diam-diam mereka yang mendengar itu mengulum senyum. Sepertinya Moza sudah menemukan karakter novel pujaannya di dunia nyata.

"Iya, Moz. Ini udah malem nggak aman kalo lo balik sendiri," ujar Ije menimpali.

"Kalau gitu gue aja sama Bima yang nginep!" seru Eja mengajukan diri. Dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Yang ada Ije nggak bisa istirahat kalo bareng lo berdua," cibir Nina membuat dua cowok itu merengut.

Ije tertawa saja, lalu menyela, "Entar Hesa kesini abis nganter kakaknya. Kalian balik aja atau nginep sini semua."

"Jangan! Kalo kita semua lo nggak bakal istirahat, Je," tolak Ariska.

"Iya! No, no. Biar Hesa aja," tambah Yuna setuju.

"Yaudah, terserah kalian," kata Ije pada akhirnya. Cowok itu sudah akan beranjak dari tempat tidur, namun Naren segera menahannya.

"Nggak usah, kita udah gede. Nggak perlu dianter," katanya.

"Kita pulang dulu ya, Je! Cepet sembuh," ucap Blue berpamitan.

"Iya, makasih kalian udah mau repot dateng kesini," balas Ije tersenyum. Cowok itu menoleh pada Eja dan Bima. "Lo berdua anterin Lala sampe dia masuk gerbang!" perintahnya.

"Siap, Kapten!" balas Eja memberi hormat.

"Gue tuh ngerasa jadi anak presiden tahu di kelas ini," celetuk Lala antara geli dan juga tersanjung.

Pasalnya, dia membawa mobil sendiri, namun Ije tetap meminta Eja dan Bima mengantarnya. Iya, semua anak perempuan di IPA Satu memang akan merasa istimewa di saat-saat seperti ini. Atas komando Ije, anak cowok sepakat bahwa jika mereka ada acara lewat dari jam enam sore, maka tidak boleh ada anak perempuan yang pulang sendiri.

"Kalau gitu beliin martabak depan, La!" gurau Eja.

"Gampang, minta Arlan aja!" balas Lala menyebutkan nama temannya yang terkenal paling banyak uang, tetapi lebih suka memeras Jeka.

"Lah kok gue?" protes Arlan. Namun, pada akhirnya berdecak mengiakan.

"Eh, bentar-bentar! Tungguin gue," seru Jeka menahan langkah teman-temannya yang sudah berniat pergi. "Je, gue mau ya? Yaya suka banget nonton drakor sambil makan kacang telor!"

Our PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang