Tepat seperti dugaannya awal pekannya sudah disuguhi gosip-gosip tidak jelas. Syukurlah pagi ini dia memutuskan untuk tidak berangkat bersama Blue. Benar kata Juan, jika pagi ini mereka datang bersama hal itu dapat membuat anak-anak berspekulasi bahwa apa yang mereka gosipkan adalah benar; Blue penyebab hubungannya dan Naya berakhir. Hugo tak akan membiarkan Blue dijadikan kambing hitam. Karena faktanya tak sepenuhnya benar seperti itu.
Saat menginjakkan kaki ke dalam kelas, Hugo dapat merasakan hampir semua pasang mata memusatkan perhatian ke arahnya. Selama beberapa detik aktivitas mereka terhenti. Namun, Hugo tak ingin memikirkan hal itu dan memilih untuk melangkah lurus menuju ke kursinya. Di sana sudah ada Juan yang tengah memainkan ponselnya. Melirik ke meja di depannya dia belum melihat Langit.
Sembari menunggu bel masuk Hugo memilih untuk mengeluarkan novel biografi dari dalam tasnya. Ia sempat melirik ketika seseorang meletakkan sebotol susu pisang di atas mejanya. Dia melihat Opang berdiri di sana.
"Nggak papa, Go. Putus cinta itu hal biasa di usia kita," ucap cowok itu yang hanya dibalas Hugo dengan anggukan kecil dan ucapan terima kasih.
"Bentar lagi juga lo dapet pacar baru."
"Itu sih elo, Pang!"
Hugo, Juan, dan Reksa lantas tertawa karena membalas ucapan Opang dengan kalimat yang sama persis di waktu yang bersamaan. Hal tersebut membuat Opang mencibir kesal.
Keriuhan keempat cowok itu terhenti karena tiba-tiba kelasnya kembali hening. Saat menoleh, mereka menemukan Naya baru saja datang bersama Rena dan Asya. Suasana ini sama persis seperti saat Hugo datang tadi.
Mata Hugo mengikuti setiap gerak-gerik Naya. Gadis itu terlihat kurang baik. Naya yang ia kenal sangat percaya diri tidak tampak hari ini. Gadis itu berjalan dengan kepala menunduk.
"Apa lo liat-liat?" sentak Asya merasa risih karena beberapa teman sekelasnya secara terang-terangan menatap sahabatnya dengan tatapan sinis.
"Santai kali, Sya," balas seorang anak menanggapi kemarahan gadis itu.
"Nggak usah pasang muka patah hati gitu deh, Nay. Disini kan yang dirugiin Hugo, bukan lo."
Berbeda dengan anak sebelumnya yang tak ingin memancing keributan sepertinya Elma menginginkan hal sebaliknya. Cewek itu tersenyum miring menatap Naya yang sudah duduk di kursinya. Gadis cantik itu masih diam tidak merespons membuat Elma kembali membuka mulut.
"Nggak tau diri banget sih lo," cecar Elma merasa benar-benar tidak suka dengan teman sekelasnya itu.
"Maksud lo apa?!"
Bukan Naya yang bereaksi atas perkataan Elma, namun justru Asya. Gadis itu berteriak marah dan menerjang Elma.
"Punya mulut tuh dijaga!" balas Asya menolak bahu Elma membuat gadis dengan bulu mata lentik itu beranjak dari kursinya.
"Apa?!"
Merasa tidak terima Elma balas mendorong Asya. Membuat gadis yang lebih pendek darinya itu melangkah mundur.
"Kita semua tahu kali apa yang terjadi Sabtu kemaren," ucap Elma menyeringai. "Lo nyium sahabat pacar lo sendiri kan, Nay?"
Kali ini Asya tidak dapat mendebatnya karena apa yang baru saja dikatakan oleh Elma adalah sebuah kebenaran. Namun, bukan berarti dia akan diam saja sahabatnya disudutkan seperti ini.
"Apalagi namanya kalo bukan nggak tau diri?" cemoohnya.
"Tau apa sih lo?!" pekik Asya, lalu menerjang untuk menjambak rambut Elma. Pertengkaran kedua gadis itu tak dapat dielakkan. Masih pagi dan Sebelas IPS Tiga sudah ramai gaduh.
"Ajarin tuh temen lo! Tau diri dikit jadi cewek!"
"Lo pikir lo oke apa?"
"Lo juga nggak oke! Dasar pendek!"
"Ya! Lo tuh palet make up berjalan!"
"El, udah, El! Nggak malu apa lo?!" seru Kila berusaha menarik teman semejanya itu keluar dari pertikaian tersebut. Namun, Elma mengabaikannya dia tetap menjulurkan tangannya untuk balas menjambak rambut Asya.
Naya yang merasa gerah dengan keributan yang dilakukan teman-temannya beranjak dari kursi. Sama seperti Kila dia juga berusaha untuk menarik Asya menjauh dari Elma.
"Sya, udah!" ucap Naya yang belum berhasil juga memisahkan keduanya.
Hugo sebagai ketua kelas masih duduk tenang di kursinya. Ketika melihat beberapa gadis sudah bergabung dalam perkelahian tersebut, otak Hugo memutar kembali ucapan Jeka tempo hari. Dia membenarkan, dunia perempuan memang kadang lebih menyeramkan.
"Go, lo biarin aja?" tanya Reksa yang merasa ngeri sendiri melihat teman-teman perempuannya tidak terkendali.
"Gue harus ikut campur emangnya?" balas Hugo menatap ketiga temannya.
"Ya kan, lo ketua kelas. Gimana sih? Kadang lo emang suka lebih bego dari gue," ujar Opang merasa gemas.
Berdecak, akhirnya Hugo berdiri dari duduknya. Ia menarik napas berniat untuk meneriaki mereka supaya berhenti. Namun, niatnya tertahan ketika ia mendengar suara tamparan yang cukup keras. Di balik kacamatanya kelopak mata Hugo membelalak lebar. Area perkelahian itu tiba-tiba berubah hening.
Dengan tatapan dinginnya, Rena; si pelaku penamparan berujar, "Jaga sikap lo!"
Di depannya Elma sudah mematung kaku. Begitu juga dengan Kila yang masih merasa begitu syok atas apa yang baru saja terjadi.
"Jangan berani usik gue ataupun temen-temen gue!" tambah Rena angkuh. Kila mengerjapkan matanya, melirik Elma yang akhirnya berhasil diam.
"Kok lo juga nampar gue?" tanya Kila tidak terima. Sebelah tangannya menangkup pipinya yang terasa panas karena tamparan Rena. Iya, bukan hanya Elma yang mendapat peringatan dari Rena, namun juga dirinya. Padahal, dia tak melakukan apapun kecuali berusaha melerai.
"Karena lo temennya."
Kila tertawa mendengar jawaban Rena. Gadis berhijab itu menggeleng dengan mata berkaca-kaca. Dia benar-benar merasa tidak terima, namun memilih tak balas memukul. Embusan napas kasar lolos dari bibir Kila. Tanpa mengatakan apa-apa gadis itu memilih untuk pergi meninggalkan kelas.
Hugo tersadar dari keterpukauannya ketika bahunya tersenggol oleh Juan yang sekarang sudah berlari keluar kelas. Cowok berkacamata itu menoleh pada dua temannya yang tersisa, meminta saran. Opang menggeleng, sedangkan Reksa mengarahkan dagunya ke arah anak perempuan.
Embusan napas lolos dari bibir Hugo. Dia tidak pernah suka diberi tanggungjawab sebagai ketua di kelas ini. Namun, cowok itu tetap harus melakukannya.
"Kalian ikut gue ke BK!" teriaknya melangkah ke depan kelas. "Terutama lo, Ren," tambah Hugo ketika melihat teman sekelasnya itu berniat kembali ke kursinya.
Rena tak mengindahkan. Cewek itu tetap duduk di kursinya membuat Hugo berdecak kesal. Cowok itu berkacak pinggang.
"Terserah lo deh, Anaknya Bu Diana!" balas Hugo tak mau ambil pusing.
"Ayo, yang mau aja! Buruan ikut gue ke BK! Nyusul Kila sama Juan," kata Hugo sebelum meninggalkan kelas. Entah mendapat keyakinan dari mana Hugo menebak kedua temannya itu sudah lebih dulu pergi ke sana.
Orang pertama yang mengikuti Hugo keluar kelas adalah Elma. Lalu, diikuti oleh Naya dan juga Asya. Mendapatkan tatapan sinis dari teman-temannya membuat Rena berdecak kesal, kemudian ikut keluar kelas.
♧♧♧♧♧
Tbc. 17 Maret 2020
Jaga kesehatan dan bahagia selalu yaa 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Page
Teen Fiction[Sequel of Hugo's Journal] Saat menjabat menjadi ketua kelas XI IPS 3, takdir Hugo sedang dikaitkan dengan tiga nama; Naya, Langit, dan Blue. Jadi, begini sirkuitnya. Hugo -> Naya -> Langit -> Blue -> Hugo Hugo menyukai Naya yang menyukai Langit da...