Blue berdiri di depan pintu gedung olahraga yang biasa digunakan untuk latihan beberapa klub ekstrakurikuler. Senyum gadis itu mengembang melihat pemandangan di dekat net. Meski hanya punggungnya yang terlihat, Blue yakin orang yang tengah berdiri di depan Jeka adalah Hugo.
Entah bagaimana ekspresi pemuda itu dan apa yang mereka bicarakan, Blue tidak tahu. Tetapi, melihat ekspresi Jeka Blue yakin itu sesuatu yang bagus. Tak lama kedua pemuda itu bersalaman, lalu berpelukan ala cowok.
Saat mata Jeka bertemu dengan matanya, cowok itu melambaikan tangan. Membuat langkah Blue membawanya mendekat pada dua cowok itu. Dia sempat melambaikan tangan dan berseru memanggil Juan yang terlihat tengah mengobrol dengan anak kelas dua belas di lapangan bagian belakang.
Senyum Blue mengembang ketika Hugo menoleh. Cowok itu sudah mengganti seragamnya menggunakan kaus putih dan celana pendek hitam. Kacamatanya sudah dilepas, sepatu olahraganya masih ditenteng.
"Lo ngapain kesini?" tanya Hugo dengan kening bekerut.
"Tenang aja bukan nyari lo kok, Bang. Dia mau ketemu gue. Iya nggak, Blue?" sahut Jeka.
Blue mengangguk. Dia memang mencari Jeka untuk memberikan titipan Hesa.
"Kata Hesa suruh sekalian beliin bensin," kata Blue seraya menyerahkan kunci sekaligus STNK mobil Hesa pada Jeka. "Full katanya."
"Duitnya?" tanya Jeka masih menengadahkan tangan.
"Pake punya kamu."
Jeka mengumpati teman semejanya itu membuat Blue yang mendengarnya terkekeh, namun tak urung menasihati cowok itu untuk tidak berkata kasar.
"Terus apa bedanya sama gue naik taksi?" keluh Jeka. "Malah mahalan ini!"
"Ini kamu nyetir sendiri," sahut Blue nyengir.
"Hesa kampret! Tunggu aja gue patahin kepalanya Bimbim 2!"
Saat Jeka masih misuh-misuh, Blue menceletuk sesuai apa yang diperintahkan Hesa.
"Kata Hesa kalo kamu udah marah-marah aku suruh bilang kalo dia cuma bercanda," kata Blue dengan wajah polosnya yang membuat Jeka kehabisan kata. Cowok itu hanya mengerjap dengan bibir terbuka.
"Bensinnya masih banyak. Buat bolak-balik rumah kamu empat kali juga masih cukup kok."
Jeka mengembuskan napas. "Tetep gue patahin kepalanya Bimbim 2."
Blue hanya mengangguk-angguk sambil tertawa. Dia tahu Jeka tidak akan melakukan itu. Bimbim 2 adalah hiasan mobil baymax yang terpasang di dashboard Juke hijau army milik Hesa. Memang sudah menjadi rahasia umum bagi geng bebek serta dia dan Lala jika si Wakil Ketua II OSIS memiliki 2 benda kesayangan. Waktu mereka mengerjakan tugas di rumah Hesa, kakak perempuan cowok itu dengan sengaja membeberkan rahasia adiknya.
"Beneran gue patahin, Blue!"
"Nggak mungkin kamu nangisin soulmate kamu, Jek," balas Blue menggeleng.
Di saat keduanya asyik mengobrol sepertinya mereka melupakan seseorang yang masih di sana bersama mereka. Hugo tak putus memperhatikan Blue yang entah sudah berapa kali tertawa. Blue terlihat sangat nyaman mengobrol dengan Jeka.
"Yaudah deh, aku duluan. Kayaknya Hesa sama Arlan udah selesai," pamit Blue. Sebelum gadis itu pergi dia mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya.
"Masih ada apel sama roti lapis," kata Blue.
Hugo mengerjap menatap tangan Blue yang terjulur ke arahnya. Awalnya dia pikir kotak bekal berwarna pink itu akan diberikan pada Jeka.
"Buat... gue?" tanya Hugo ragu seraya menerima benda plastik itu. Rona bahagia tak dapat ia sembunyikan saat melihat Blue mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Page
Teen Fiction[Sequel of Hugo's Journal] Saat menjabat menjadi ketua kelas XI IPS 3, takdir Hugo sedang dikaitkan dengan tiga nama; Naya, Langit, dan Blue. Jadi, begini sirkuitnya. Hugo -> Naya -> Langit -> Blue -> Hugo Hugo menyukai Naya yang menyukai Langit da...