6| Bersitegang

185 29 1
                                    

Alis Blue naik sebelah. Menatap Langit yang lagi-lagi melempar senyum. Pandangannya bergeser sedikit, melirik Naya yang ternyata juga tengah menatapnya.

"Airin?"

"Y-ya?"

Blue sedikit tergagap karena terkejut dan juga bingung. Melihat Langit, Blue tahu jika pemuda itu berharap ia mengangguk. Namun, saat menatap Naya ia tahu bahwa gadis itu ingin gelengan kepala darinya.

"Gimana?"

Langit bertanya lagi membuat Blue semakin bingung harus menjawab apa. Sebenarnya besok dia tidak ada pekerjaan dan bisa-bisa saja pergi menonton cowok itu. Tetapi, sepertinya akan ada yang tidak suka dengan hal itu.

Melirik Nina, gadis itu mengangkat kedua bahunya. Menyerahkan semua keputusan pada Blue dan hal itu semakin membuatnya ragu.

"Nggak bisa."

Bukan Blue yang menjawab melainkan Hugo. Pemuda itu menatap lurus Blue yang tiba-tiba jadi merasa gugup. Dia mengalihkan pandangannya pada Nina. Tidak seperti tadi kali ini gadis itu mengangguk seakan menyuruhnya setuju dengan apapun yang akan dikatakan Hugo.

"Gue nanya Airin," ujar Langit dengan suara rendah dan seraknya.

"Dia emang nggak bisa, udah janji mau nemenin gue. Iya kan, Biru?"

Blue tidak ingat pernah membuat janji itu. Tetapi, melihat Hugo yang tak putus menatapnya dan Nina yang beberapa kali menendang sepatunya membuat Blue akhirnya mengangguk. Dapat ia lihat ekspresi Langit berubah.

"Nemenin kemana?"

Hugo menoleh saat mendengar pertanyaan itu dari Langit. Seringaian terukir di bibirnya saat mendapati bahwa ia berhasil mengusik temannya yang selalu terlihat tenang itu. Dia baru tahu jika ternyata Langit benar-benar tertarik pada Blue.

"Nonton."

"Pacar lo Naya. Ngapain ngajak Airin?"

Bukan hanya Hugo yang cukup kaget mendengar Langit berbicara lebih banyak dari biasanya, tetapi juga Juan dan Naya yang sekarang sudah menghentikan acara makan mereka dan memperhatikan kedua temannya itu.

"Naya mau nonton basket."

Naya merasakan tengkuknya kaku setelah Hugo mengatakan hal itu. Dia mengerling pada Langit yang ternyata tengah menatapnya meminta penjelasan.

"Naya lebih suka nonton lo main basket daripada film horor," ujar Hugo terlihat sangat santai seakan fakta itu tak berhasil melukainya. Cowok itu mengangkat kedua bahunya. "Gue bukan cowok posesif kok dan gue nggak bisa maksa juga."

Saat ini rasanya Blue ingin tenggelam saja. Hugo kenapa sih? Beneran pengen putus dari Kak Naya?

"Kita duluan deh," pamit Nina segera mengapit lengan Blue saat sadar aura meja tersebut mulai tidak enak. Ditambah lagi beberapa anak sepertinya sudah menonton mereka. "Udah mau bel belum ganti baju. Bye!"

"Hati-hati, Biru!"

Langkah Blue semakin cepat saat mendengar suara Hugo yang ia yakin cukup keras untuk didengar oleh anak-anak yang duduk di pojokan kantin. Hugo pasti sengaja!

"Gue duluan."

Langit beranjak dari duduk saat Blue dan Nina sudah tidak terlihat di kantin. Pemuda itu membeli segelas es teh, lalu melangkah keluar kantin.

Setelah Langit pergi, tersisa tiga orang yang sama-sama memilih diam dan menghabiskan makanannya. Namun, keheningan mereka tak berlangsung lama. Naya meletakkan sendok dengan tidak santai membuat Juan dan Hugo berhenti menyuap.

Our PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang