16| Karena Blue Sakit

166 25 0
                                    

Tak dapat dipungkiri perkataan Nela semalam terus terngiang di kepala Hugo. Seharian ini Hugo terus memikirkannya hingga membuatnya beberapa kali ditegur Juan karena hilang fokus.

"Entar gue ikut lo balik."

"Ngapain?"

"Jenguk Airin."

"Lo tau dari mana kalo Biru nggak masuk?" Hugo memotong percakapan Juan dan Langit. Saat ini mereka tengah duduk di dalam kelas, menunggu kedatangan guru pelajaran selanjutnya.

"Naren," jawab Langit singkat. Tadi dia memang sempat bertemu dengan teman sekelas Blue satu itu di kantin.

Naren? Naren siapa? Hugo mengernyit. Dia tidak kenal.

Belum sempat Hugo menanyakan siapa itu Naren, seseorang yang duduk tepat di depannya ikut bergabung dalam obrolan. Membuat Juan menyeringai karena dapat melihat wajah Hugo yang semakin keruh.

"Blue sakit, Ju?" tanya Reksa yang semester ini menjadi teman semeja Langit. Dan seperti harapan Hugo, sekarang Juan menjadi teman semejanya.

Juan mengangguk sembari memainkan ponselnya. Sepertinya ini akan sedikit menarik jika dia memperbolehkan kedua teman sekelasnya itu menjenguk Blue.

"Gue ikut jenguk juga dong," kata Reksa.

"Oke," balas Juan singkat.

"Enggak," larang Hugo berusaha untuk tidak menaikkan volume suaranya. "Biru pilek. Nggak boleh dijenguk entar kalian ketularan."

"Nggak papa."

Kedua cowok itu menjawab hal yang sama. Mereka sama sekali tidak keberatan akan hal itu. Dan jawaban keduanya jelas saja membuat Hugo mati-matian menahan diri untuk tidak meledak dan mengomeli mereka berdua. Jika perlu dia akan mengancam mereka untuk tidak menjenguk Blue.

Namun, Hugo tidak melakukan hal itu karena tidak ingin menarik perhatian teman sekelasnya yang lain. Atau lebih tepatnya dia tidak ingin menarik perhatian Naya yang tengah mengisi agenda kelas di meja guru.

"Emang lo nggak latihan basket?"

"Enggak."

Hugo mendengkus. Beralih pada Reksa, lalu bertanya dengan nada agak ketus. "Lo nggak ada rapat OSIS?"

"Nggak ada."

Pembicaraan itu selesai begitu saja karena guru Ekonomi mereka sudah melangkah memasuki kelas. Langit dan Reksa memutar duduknya kembali mengarah depan.

Tak membiarkan dirinya kehilangan akal Hugo segera memutar otak. Senyumnya mengembang sinis. Mereka izin pada Juan padahal Blue ada di rumahnya.

"Gue bakal minta Mbak Yuni kunci rumah sampe gue pulang," ucap Hugo menatap sinis Juan. Pokoknya mereka bertiga tidak boleh bertemu Blue tanpa dirinya. "Nggak ngebolehin Biru keluar."

"Bercanda," ucap Juan balas tersenyum miring. "Nggak bakal gue ganggu istirahat Blue dan nyuruh dia ke rumah gue," bisik Juan memastikan kedua teman di depan mereka tidak mendengarnya.

♧♧♧♧♧

Selepas bel pulang berbunyi, Hugo bergegas ke parkiran bersama Naya. Keduanya sama-sama tidak ada kegiatan apapun setelah kelas hari ini sehingga mereka bisa langsung meninggalkan sekolah.

Keduanya berjalan bersisian, sesekali mengobrol dan tertawa. Membuat beberapa anak yang tak sengaja berpapasan dengan mereka menoleh dua kali atau sekadar berhenti sejenak. Kedua anak manusia itu terlihat begitu serasi. Tinggi mereka hanya terpaut sepuluh senti, warna rambut sama, dan entah sengaja atau tidak hari ini keduanya sama-sama menggunakan converse hitam. Meski, sudah jam pulang dan tak serapi pagi tadi penampilan keduanya masih saja enak dipandang. Membuat iri saja.

Our PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang