4| Milik Bersama

232 30 6
                                    

Jika kalian pikir Blue tipe cewek pendiam yang tidak punya banyak teman, maka pikiran kalian keliru. Blue Narendra punya cukup banyak teman, baik di kelas maupun di luar kelas. Meski baru kelas sepuluh, Blue sudah aktif di cukup banyak kegiatan. Ditambah lagi sifatnya yang polos, tidak suka macam-macam, dan gampang tertawa membuat cewek itu tidak sulit untuk diajak berteman.

Tetapi, layaknya buah apel. Mau semanis apapun buah itu, tetap saja ada orang yang tidak suka apel. Sama halnya dengan Blue. Mau sebaik apapun Blue pasti tetap akan ada orang yang tidak menyukainya. Semua itu sudah hukum alam.

Seperti saat ini. Beberapa anak menatapnya tidak suka ketika ia lewat bersama Hugo. Padahal, Blue tidak melakukan sesuatu yang menurutnya salah.

Justru menurut Blue, di sini Hugo yang salah. Sejak pagi pemuda itu bertingkah aneh. Sikap Hugo terlalu baik padanya. Pemuda itu terkesan menempel dan mengekorinya. Oke, Blue ingat bahwa Hugo sudah berjanji pada ibunya untuk tidak sering membuatnya menangis ataupun kesal serta akan menjadi kakak yang baik. Tetapi, menurut Blue bukan seperti ini juga caranya. Ini terlalu tidak biasa menurut Blue.

"Hugo, mending kamu balik ke kelas aja," pinta Blue seraya berusaha melepaskan tangan Hugo yang sedari tadi menggandeng lengannya.

"Sst, diem," balas Hugo yang membuat Blue manyun.

"Kamu kenapa sih? Aneh banget tau," balas Blue yang pada akhirnya pasrah digandeng Hugo sampai depan kelas. "Biasanya kamu kan nggak suka kalo ada yang ngira kita akrab."

"Udah, Biru, lupain yang biasanya," kata Hugo enteng. Pemuda itu mengumbar senyum. "Semester baru, tahun baru, Hugo yang baru."

"Hugo!"

"Hm?"

"Selama liburan kepala kamu kena bola berkali-kali ya?"

Hugo berdecak, melepaskan cekalan tangannya. Ditatapnya Blue yang tengah memasang cengiran dengan keki. Dia mendengus, lalu memukul kepala gadis itu menggunakan telapak tangannya.

"Gue nggak cukup kalo gangguin lo di rumah doang. Di sekolah juga gue bakal gangguin lo," ucap Hugo sebelum berbalik pergi meninggalkan Blue yang tergagap di depan kelas.

"A—tapi, Hugo!" seru Blue kehabisan kata-kata. Dia mengembuskan napas panjang menatap punggung cowok itu yang semakin menjauh.

Meski kesal dengan perkataan Hugo, Blue tidak sapat membohongi dirinya bahwa dia merasa senang. Bahkan, sekarang wajahnya sudah terasa panas.

"CIEE!"

Sorakan dari teman sekelasnya menyambut Blue saat gadis itu membuka pintu dan melangkah masuk. Wajahnya semakin terlihat merona ketika teman-teman sekelasnya mulai menggodanya.

"Cie cie yang dianterin Kak Hugo!"

"Jadi, beneran tinggal bareng ya, Blue?"

"Wah, Blue! Gue kira sama Kak Juan."

"Cie Hesa panas cie!"

"Cie Jeka saingannya bukan cuma Hesa!"

"Mundur teratur aja deh lo, Jek. Saingan lo berat!"

Kira-kira begitulah suara anak IPA 1 saat menggoda Blue. Anak-anak kelasnya memang bisa dibilang cukup kompak. Apalagi untuk masalah menggoda satu sama lain.

"Pagi-pagi udah rame aja," balas Blue menggeleng geli. Ia berjalan ke mejanya. Sudah ada Nina di sana.

"Kan elu yang bikin rame," celetuk Nina menoyor kepala teman sebangkunya itu.

Blue mengerucutkan bibirnya. "Nin, jangan noyor kepala aku. Entar misiku gagal lagi buat saingan sama Lala buat ngalahin Hesa."

Lala yang duduk di meja guru masih dapat mendengar namanya disebut-sebut oleh Blue. Gadis berambut sebahu itu menyahut.

Our PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang