18| Pertanyaan

151 22 7
                                    

Juan tiba di ruang TV rumah Hugo dan mendapati Blue tengah duduk bersandar di sofa sembari memainkan ponsel. Selimut tebal membungkus tubuh kurus itu, plester penurun panas masih menempel di kening. Saat Juan menyerukan namanya, gadis itu menoleh dan berseru girang.

"Mau melon nggak?" tanya Juan setelah menjatuhkan diri di sebelah gadis itu.

"Mau!" jawab Blue antusias dan langsung menyambar plastik hitam di tangan Juan.

"Mbak Yuni?" tanyanya saat tidak mendapati keberadaan asisten rumah tangga keluarga Hugo. Biasanya jam segini perempuan itu sedang duduk manis depan televisi untuk nonton sinetron.

"Pengajian di rumah Pak Jay," balas Blue yang sudah mulai melahap nanas yang dibawakan Juan.

"Pak Jay siapa?" tanyanya penasaran. Sebatas pengetahuannya mereka tidak memiliki tetangga bernama Jay.

"Zaenal," jawab Blue memasang cengiran lebar. Yang mau tak mau langsung mendapat cibiran dari Juan.

"Ini lo sendirian?"

Blue menggeleng, tangannya terangkat menunjuk ke arah dapur. Lalu, bersamaan dengan itu terlihat seorang cewek yang masih menggunakan seragam sekolahnya muncul dengan sebotol minuman perisa jeruk.

"Oi, Nin!" sapa Juan yang dibalas angkatan tangan oleh gadis itu.

"Hoi!"

Nina melangkah mendekat, duduk di atas karpet depan sofa. Gadis itu meletakkan botol yang ia bawa, lalu menggerakkan jarinya di atas keyboard laptop yang sejak tadi memang sudah terbuka di atas meja bundar putih depan sofa.

"Kak, kayaknya nih kita bakal gagal nyomblangin Kak Hugo sama Blue, " kata Nina tanpa mengalihkan fokusnya pada layar di hadapannya.

"Gue pikir juga gitu," balas Juan, pindah duduk di sebelah Nina. "Kemaren gue udah memutuskan buat berhenti masangin Blue sama Hugo. Untung banget entar Si Hugo."

Nina mengangguk. "Iya, gue juga kayaknya nggak jadi ikhlas nyerahin sahabat gue ke sahabat lo."

"Iya, sih, gue juga nggak percaya sama tuh anak."

Blue yang masih duduk di atas sofa mengerucutkan bibirnya mendengar dua orang di bawahnya seakan tidak peduli dengan keberadaannya. Mereka berdua membicarakan Blue seakan dia tidak ada di ruangan itu.

"Halo, yang namanya Blue masih di sini nih!" sela Blue manyun.

Sepertinya Juan dan Nina tidak peduli dengan gadis itu. Mereka berdua kembali asyik mengobrol masih dengan topik yang sama.

"Menurut lo, gimana kalo sama Reksa?" usul Juan.

Nina mengernyit, berhenti menggerakkan jarinya. "Si Ketos?"

Juan mengangguk.

"Gimana dia anaknya?"

"Okelah."

"Oke, kalo gitu."

"Ini aku pergi aja apa?!" teriak Blue yang merasa diabaikan. Gadis itu sudah berdiri di atas sofa.

Juan melirik sekilas, lalu mengangguk. "Tidur di kamar sono!"

Blue cemberut, lalu kembali duduk. Dia merapikan selimutnya, membiarkan kain berwarna merah muda itu menutup tubuhnya hingga kepala dan hanya memperlihatkan wajah.

"Kak Juan," panggil Blue setelah Juan selesai memasang konsol yang dia ambil dari tas Nina.

"Kenape?"

"Emang Kak Reksa kenal aku?" tanyanya penasaran.

Juan menggeleng. "Tapi, rencana pengen kenal."

Our PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang