Part 3

12.9K 1.3K 54
                                    

Warn!!! Panjang
Diusahakan sambil tiduran biar gak pegel

.
.
.
.
.
.
.

Jeno!
Apa sih yang ada di otaknya?
Kerumunan bertambah padat. Separuh kerumunan sudah ia temui saat Layanan Orientasi Siswa kemarin. Lantas dibarisan terdepan, agak jauh darinya, Renjun melihat seorang guru berjalan menghampiri Jeno dan kawanannya. Pak Jimin pun melakukan hal sama.

Saat itulah Renjun menyadari, ada enam kursi kayu berjajar memunggunginya. Masing - masing bangku diduduki empat siswa dan dua siswi. Rambut kedua cewek itu dikepang dengan karet warna - warni yang terhitung banyak dan berantakan. Renjun langsung teringat masa - masa LOS kemarin. Atau, jangan - jangan ---

"Eh, Njun?'
Renjun spontan menoleh dan mendapati wajah Haechan--M. Haechan Safril--, salah satu teman sekelasnya. "Ada apaan sih sebenernya?".
Haechan mengarahkan tatapan ke depan. "Enam anak yang duduk itu seangkatan sama kita. Tapi mereka nggak ikut LOS tiga hari penuh. Makanya mereka diabisin sama gengnya kak Jeno."

Dugaannya benar. Namun, belum sempat ia merespon Haechan, terdengar suara lantang yang memaksanya kembali menoleh kedepan.
"Apa yang kalian lakukan?!"
"LOS susulan, Pak," jawab Jeno. "Minggu lalu kayaknya mereka amnesia. Lupa kalau ada LOS, Pak."
"Iya, Pak. Mumpung ada waktu, kami berinisiatif bantuin Bapak buat ngasih LOS susulan ke mereka," timpal kroninya yang berdiri di pojok kiri. Rambut hitamnya jatuh dan tampak lebih kecil dibanding tiga kawannya.

"Itu Kak Chani, Chani Gunawan," bisik Haechan cepat. "Dia paling jago urusan ngeles. Cakep juga kan tampangnya? Penampilannya itu loh, imut - imut keren terus agak bandel."
Renjun tidak bisa mencerna kata - kata Haechan karena masih diselimuti rasa takjub melihat kelakuan para Badung itu. Apalagi ketika cowok mirip tupai yang berambut keriting ikut menimpali.


"Pak Jungkook nggak perlu berterima kasih. Kami ikhlas, Pak, sumpah!".
Haechan terkekeh kecil. "Itu Kak Jisung, Budi Jisung Perkasa! Anaknya kocak, rame,jago dagelan, tapi sok polos gitu tampangnya. Dia sering banget tuh dikejar - kejar guru karena rambutnya nggak pernah mau dipotong. Tapi emang itu sih yang bikin penampilannya khas."

"Memangnya siapa yang menugasi kalian!?' Pak Jungkook kembali berseru.
"Kalau udah niat pengen ngebantu kan lebih baik gak usah nunggu disuruh, Pak. Jadi, kami inisiatif sendiri."

Renjun semakin ternganga mendengan jawaban sableng Jeno yang diiringi anggukan setuju sekutunya.
"Jangan berjanda! Jawab Bapak, siapa yang punya ide mengadakan LOS susulan ini?"
"Kami sendiri, Pak." Cowok bertampang bule kini ganti menjawab. "Kelakuan anak jaman sekarang makin nggak keruan, Pak. Kenakalan remaja juga makin marak dimana - mana. Salah satu penyebabnya pasti karena mereka bolos LOS. Kayak mereka ini."

Haechan kembali mengoceh disampingnya Renjun, "Itu kak Felix, Felix Maharja, blasteran Aussie-Indo. Tapi mukanya bule banget ya! Mungkin 90% ciri fisiknya bule banget. Tadinya gue kira Kak Felix nggak bisa bahasa Indonesia, eh ternyata fasih. Rambutnya pirangnya ituloh, bikin gemes."

"CUKUP!!" Sergah Pak Jungkook. "Sekarang jelaskan! Apa hubungan antara omongan kalian tentang LOS susulan dan menggantung tas itu di atas sana?"
Seisi lapangan ikut menengadah memandang ring. Tas merah masih menggantung di sana. Renjun tertegun saat mendapati salah satu siswi yang duduk membelakanginya itu menangis dengan bahu berguncang - guncang.
Tampaknya itu tas miliknya.

.
.
.
.
.
.
.

"Bapak datangnya telat sih," Jisung mencoba menjawab. Walter kuning bermotif kotak - kotak tampak meneliti keempat jemari tangan kanannya. "Itu pelatihan terakhir mereka,Pak. Alias klimaksnya. Kalau mereka berhasil nurunin tas itu, berarti mereka lulus LOS susulan. Keren,kan?"

"Pertama, itu melatih kerjasama, Pak. Kedua, ketangkasan. Ketiga, mengasah otak. Dan yang terakhir, kesabaran ,"
Tambah Jeno dengan gestur tenang, diakhiri dengan senyum tipis yang membuat banyak siswi terhipnotis.

Pak Jungkook meradang. "Hentikan omong kosong ini! Turunkan tas itu sekarang, lalu kembali ke kelas kalian!" Titahnya final.

Kegiatan belajar mengajar hari pertama tertunda nyaris setengan hjam akibat aksi para berandalan itu. Sebenarnya akan lebih aman kalau empat biang kerok itu diusir secepatnya, biar petugas sekolah yang mengambilkan tas itu. Minimal mereka butuh tangga untuk menggapai ring.

"Nggak bisa, Pak. Oke, kami akan kembali ke kelas. Tapi urusan tas, itu tugas mereka." Felix kembali mengayunkan dagunya kearah enam anak di bangku itu.
"Tenang, Pak, kami udah nyiapin bantuan." Chani mengambil sebuah tongkat prmauka yang entah sejak kapan sudah disandarkan dibawah ring basket.

"Kurang baik apa kami sebagai senior?"  Jisung mengangguk - angguk puas.
Tetapi bentakan Pak Jimin kembali terdengar. "Kamu yang menaruh tas itu disana, Jeno, jadi harus kamu yang mengambilnya!"

"Wah, Pak, itu sih nggak mendidik, malah dimanjain." Jeno menahan seringai.
Renjun seperti tidak mengenali sosok itu lagi. Ia sadar Jeno sengaja menghindari tatapannya. Apakah mungkin tingkah cowok itu jadi makin parah setelah lulus SMP? Atau, jangan - jangan Renjun terlambat mengetahuinya?.

"TIDAK ADA ALASAN!!" Suara Pak Jungkook langsung naik satu oktaf. "Cepat ambil tas itu!"
Jeno menghembuskan nafas, lalu terlihat ingin membuka mulut untuk membantah lagi.
Tetapi, Renjun memutuskan cukup sudah! Meskipun belum ada yang tahu hubungan mereka berdua, dan walaupun cowok itu telah berkali - kali berikrar takkan pernah mengakui statusnya, Renjun tidak mampu hanya menjadi penonton bisu dari aksi pelecehan semacam itu

Dengan nekat, Renjun menghampiri emapat cowok itu tanpa mengacuhkan seruan tertahan Haechan. Lalu tanpa menatap Chani, tangan kanan Renjun langsung merampas tongkat itu

"Biar saya aja, Pak!".

.
.
.
.
.
.
.


TBC or END
Jangan lupa VOMENT guys

NeoCulturans || NoRenMin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang