Renjun berjuang melawan cengkeraman rasa sakitnya. Sejak kecil ia memang kerap diterkam rasa sakit yang hebat semacam ini. Tidak begitu sering, tapi terasa menyakitkan saat terjadi. Ia tidak perlu orang karena biasanya rasa sakit itu akan lenyap dengan sendirinya. Ia pun berupaya mengalihkan perhatiannya, mengembalikan konsentrasi pada perbincangan seru teman - temannya.
"Kak Hyunjin--Hyunjin Dirtapraja-- tuh yang nolongin Lo tadi, Njun. Yang tinggi dan cakep itu. Gila, ternyata selain langganan juara satu seangkatan, kak Hyunjin juga baik banget! Pantesan penggemarnya sejibun."
"Oh, jadi namanya Hyunjin." Renjun manggut-manggut pelan, masih sibuk menenangkan nyeri di kepalanya.
"Lo kayaknya tahu banyak ya, Chan?" Pertanyaan Eunsang mewakili rasa penasaran yang lain. Renjun pun teringat akan keheranannya ketika Haechan dengan fasih menyebutkan nama beserta penjabaran singkat tentang empat cowok di lapangan tadi..
.
.
.
.
.
."Iyalah, kakaknya kan Neoculturans juga. Anak kelas dua belas," sahut Jinyoung, sahabat Haechan.
"Oh pantesan... "
Haechan tersenyum bangga. "Kalau yang jago parkour tadi---"
"Apaan tuh parkour?" Potong beberapa teman.
"Semacam olahraga itu deh, yang loncat - loncatan tadi, kalian liat, kan? Kalau gak salah sih di Inggris sebutannya free running atau apalah itu," tutur Haechan, datar. "Kalian masih ingatkan nama cowok yang jago parkour itu?""KAK JENOOOO!" jerit para cowok imut kompak, disertai lirikan jengkel mayoritas seme yang duduk dibelakang mereka.
Renjun pun terpana melihat antusiasme itu
"Bener banget!" Haechan berseru riang. "Dia anak OSIS yang paling ganteng, keren dan karismatik! Wajahnya itu lo. Dingin - dingin ngangenin!"Renjun bergidik ngeri. Tetapi, ketika Haechan mengucapkan hal menjijikkan itu Di depannya, ia terpaksa memasang senyum. Senyum kecut. Senyum prihatin. Jika saja mereka tau perilaku Jeno padanya, dijamin seluruh makhluk normal akan langsung mendaftarkan diri sebagai pasukan anti Jeno.
Namun Renjun berusaha menahan diri. Ia memang belum terbiasa dengan segala pujian yang ditahbiskan pada Jeno, meski sudah ribuan kali mendengarnya sejak SD. Ditambah lagi, jarak SMP mereka dulu yang tak terlampau jauh, juga berhasil membuat pamor cowok itu tersiar hingga ke SMP Renjun. Teman - teman Renjun pun kerap kali gempar setiap ada kabar terbaru seputar Jeno. Apesnya, ia tidak dapat menentang segala pujian untuk Jenis bila tidak ingin dicurigai, jadi sampai sekarang Renjun hanya bisa diam. Dan ia membenci kenyataan tersebut.
.
.
.
.
.
.
."Perpaduan fisik cowok itu juga serbapas, nggak kurang, nggak lebih," Jeongin menimpali. "Penampilannya juga laki banget. Rambutnya, Kulitnya, warna alis pekat banget. Dan matanya yang segelap brownies itu bikin dia makin keliatan misterius! Hidungnya mancung, tapi nggak sebangir bule. Dan suaranyaaaaa...... Duh bikin menggigil! Kayak ada sesuatu gitu di tenggorokannya yang bikin suaranya berat tebal menghanyutkan. Cocok banget jadi anggota boyband!"
"Keren analisis lo!" Seungmin ikut adu pendapat. "Gue juga baru denger tadi dari anak anak kelas sebelas. Katanya, tahun ini Kak Jeno yang nyabet juara satu seangkatan. Seangkatan, gays, seangkatan! Mungkin itu kedengarannya itu prestasi biasa di SMA lain, tapi buat kita yang berjuang melawan murid - murid berotak profesor di sini, itu sih keren banget! Belum lagi ide - ide cemerlang Kak Jeno di OSIS. Gue denger - denger sih dulunya OSIS sekolah kita vakum gitu karena nggak punya kegiatan yang asyik. Nah, Kak Jeno ini yang ngebangkitin lagi OSIS kita. Pantes aja, menurut kabar, sehari setelah LOS selesai, Kak Jeno dilantik jadi Ketos!"
"Sumpah Lo?!"
"Cowok Badung gitu jadi Ketos?!" Kali ini Renjun tak mampu menahan diri, bahkan nyaris tersedak udara yang dihirupnya sendiri. Peningnya seketika sirna. Informasi itu benar - benar diluar nalarnya. Kalau masalah kecerdasan, okelah ia mengakui bahwa meski bandel, otak Jeno gak bisa diremehkan.Lalu perkara OSIS, Jeno memang telah menapaki dunia itu sejak SMP. Saat itu pun Jeno menyandang gelar Ketos. Bukannya Renjun tak tahu bahwa sejak tahun kemarin cowok itu kembali tergabung dalam organisasi tersebut di sekolah ini, tapi Renjun baru tau Jeno menjabat lagi sebagai Ketos di SMA Neo Culture yang label WOW nya selangit. Apalagi setelah melihat langsung kelakuan Jeno tadi, dengan segala ocehan yang cowok itu tunjukan pada para guru, sepertinya hal itu bukan baru terjadi hari ini saja.
Buat Renjun, berita itu kelewat ganjil. Bisa - bisanya masih ada orang yang memilih cowok itu?! Namun, selain Renjun, tak ada yang tampak sentimen terhadap kabar itu.
"Tapi yang paling penting nih ya," suara Haechan kembali menerobos kegemparan, "Kak Jeno.... JOMBLOOOOO!" serunya dengan kobaran gelora, seolah kemerdekaan Indonesia baru saja diumumkan. "Malah katanya, belum pernah ada satu pun cewek ataupun cowok yang digosipin Deket sama dia. Nah, kalau yang digosipin Deket aja gak ada, apalagi yang beneran pacaran! Uuuh, pangeran gue keren banget, kan!"
"Serius Lo?!" Seru para teman Renjun. Wajah mereka langsung diliputi ekspresi takjub, lega, sekaligus penasaran---kecuali Renjun. Ia justru mati - Matian menahan mimiknya agar tidak terlihat jyjyx. Ingin sekali ia berteriak pada teman - temannya itu
N-O-R-A-K!.
.
.
.
.
.
."Iya, gitu deh kata kakak gue. Biasanya gue harus beliin dia sogokan dulu, baru dia mah cerita soal Kak Jeno." Haechan berdecak, lalu segera kembali ke kursi saat melihat bayangan guru mereka melangkah masuk.
Pria berparas kaku itu bergerak mendekati meja guru. Ketukan berirama teror dari ujung sepatu pantofel di lantai seketika ampuh menyulap suasana kelas menjadi hening sekaligus mencekam. Seisi kelas yang mengenali wajah guru itu langsung paham mengapa beliau terlambat.
Yap, Pak Jimin. Pada awal perkenalan kelas, Pak Jimin kemudian mengumumkan bahwa dirinyalah wali kelas mereka sampai setahun kedepan. Deklarasi itu kontan disambut tatapan horror dari seisi kelas. Renjun hanya menghembuskan nafas lelah.
Another suprise.....
.
.
.
.
.
.
.Terima kasih kepada teman - teman yang sudah membaca cerita ini. Don't forget to VOMENT
TBC or END
KAMU SEDANG MEMBACA
NeoCulturans || NoRenMin (END)
Teen Fiction" Pertama, nggak ada yang boleh tau tentang hubungan kita. Kedua, jangan ajak gue ngobrol disekolah. Dan ketiga, terserah lo mau berteman sama siapa aja di sekolah. Asalkan.... dia bukan anak IIS. " ~Jeno~ - Lokal - School and Family - Bromance - No...