Part 8

7.8K 1.1K 66
                                    

Warn!!! Panjang pake bgt

.
.
.
.
.
.
.

Bagaikan mantra, dering bel istirahat yang baru semenit berbunyi berhasil memusnahkan seluruh penghuni kelas dan menyisakan Renjun seorang diri.

Renjun pun mengeluarkan buku yang biasa ia gunakan untuk menghitung, tempat mencatat pengumuman maupun tugas, serta sebagai kanvas portabel. Renjun tidak jago menggambar--ceritanya. Tetapi kalau sedang suntuk begini, Renjun akan menggambar sesukanya, yang seringnya tak jauh - jauh dari gambar ruang atau gedung pencakar langit. Mungkin karena sejak kecil ia terbiasa menemani papanya, yang adalah arsitek, diruang kerja.

Renjun sedang asyik mengatur atap ketika suara halus menyusupi telinganya. "Permisi, lo Injun ya?"
Renjun menengadah.
Seorang cewek berdiri di sisi kirinya dengan segaris senyum canggung.
"Iya. Ada apa?" Balasnya sambil buru - buru menutup buku.
Cewek itu lantas mengulurkan kantong kertas berwarna putih polos ukuran A4. "Ini titipan dari Kak Jisung."
"Hah?" Renjun kontan mengernyit mendengar nama itu, tapi tetap menerimanya dan buru - buru mengintip isinya. Ujung bibirnya seketika terangkat lalu tersenyum puas saat menemukan sekotak cokelat di dalamnya.

"Ternyata cowok itu komit juga," Renjun menggumam tak percaya sembari mengeluarkan kotak tersebut. Plastik mika transparan yang melapisi bagian atasnya memamerkan jajaran cokelat berbentuk tokoh - tokoh kartun. Mulai dari Sinchan hingga Upin - Ipin.

Renjun meneliti tas kertas di pangkuannya, tapi tak berhasil menemukan keterangan apa pun di sana, termasuk asal dan merk coklat itu. Ia pun mengecek tepi kotak, kemudian menemukan secarik kertas kuning yang disteples pada ujung belakang kotak. Renjun mencabutnya dan lekas membaca rangkaian tulisan tangan itu

NEPATIN JANJI

Hanya dua kata itu. Dengan sedikit prasangka, Renjun membuka penutup kotak. Matanya langsung bergerilya mencari santapan pembuka di antara coklat - coklat lucu itu. Dan ia menemukan korban pertama, coklat Jinhyuk--maaf olaf--. Kenapa Olaf? Karena ukurannya yang paling mini--siapa ni yang kayak Renjun--.

Jadi misalnya coklat mengandung zat yang aneh - aneh, semoga efek awal yang akan ia rasakan juga dalam skala kecil. Namun, begitu coklat di mulutnya melumerkan sempurna, pemikiran itu seketika musnah, digantikan senyum takjub. Peleburan rasa mint dan coklat putih ia meninggalkan jejak dingin sekaligus legit pada Indra pengecapnya. Namun belum juga Olaf tertelan sempurna, sesosok cowok asing berjalan menghampirinya.
"Injun, kan?"
"Iya, kenapa?"
"Nih, ada titipan dari kak Chani."

Renjun kembali mengernyit. Sebuah kantong kertas yang serupa dengan pemberian Jisung disodorkan padanya. Otaknya berusaha mencerna. Ia yakin hanya satu orang yang menjanjikan coklat padanya tadi. Dan lagi - lagi, setelah diamati, tak ada satu pun pesan yang menempel di kantong itu. Ia lantas mengeluarkan isinya, yang sesuai prediksi adalah coklat. Hanya saja, yang ini berwujud putri - putri Disney yang dicetak cantik. Tapi, Renjun tak sempat tersenyum karena keburu mendeteksi sepotong kertas merah di ujung kotak dengan tulisan tangan yang sama kacaunya dengan milik Jisung, hanya berbeda model tulisan.

NAMA LO RENJUN, KAN? OKE, GUE CATAT. LO SIAP - SIAP AJA.

"Siap - siap? Apaan sih ini orang?" Renjun mendesis heran. Tapi belum sempat Renjun menerka - nerka, apalagi mencicipi coklat itu, seorang siswi kembali masuk ke kelasnya.

"Gue Injun," ujar Renjun cepat begitu cewek itu tiba di dekatnya. Cewek itu kontan meringis keki dan lekas menyerahkan kantong putih bermodel sama. "Dari siapa? Kak Felix?" Tebak Renjun telak. Cewek itu mengangguk dan lekas pergi.

NeoCulturans || NoRenMin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang