Part 22

4.9K 669 26
                                    

"Njun, beneran tadi pagi lo bareng Kak Jaemin sama kak Hyunjin?" untuk ketiga kalinya dalam hari ini, Eunsang mengulang pertanyaannya. Sejak tadi, Renjun hanya menjawab, "Ntar aja, Sa, pas istirahat." dan sekarang saatnya.

"Lo kayak ketiban bulan, Njun!" Renjun belum sempat mengelak dari todongan Eunsang, Tiba-tiba Seungmin telah melompat ke hadapannya. "Gimana rasanya naik si mini! punya Kak Jaemin lagi! Gue beneran baru tau kalau artis itu senior kita!"

Dan tak butuh waktu lama hingga ia dikerubungi para cewek ceriwis. "Mobil itu judulnya doang yang mini, harganya sama sekali gak mini," kata Baejin.

"Retweet, Bae!" seloroh Jeongin. "Kak Hyunjin tuh charming abis. Tampangnya asli pribumi, tapi auranya..... duh, pangeran Inggris! Gue resmi berpaling deh dari Kak Jeno yang kelihatan unreachable itu." Jeongin meringis. "Tapi pertanyaan utama gue, gimana caranya lo bisa kenal duo tenar itu, Njun? kan kemarin lo kelihatannya belum kenal sama Kak Hyunjin."

Renjun mengembuskan napas jengah. Prediksinyavterbukti ia memang harus nangkring dikelas saat jam istirahatlah pertama demi konferensi pers. "Apa yang tadi kalian lihat itu sama sekali nggak disengaja. Kalau nggak percaya, coba aja tanya langsung sama mereka."

"Yah, Injuuunn...." seruan kecewa langsung membahana.
"Kata kakak gue, Kak Jaemin nggak pernah mau mobilnya dinaikin selain sama Kak Hyunjin dan Kak Mark," Haechan memulai kecomelannya. Meski belum genap seminggu mengenal Haechan, seantero kelas sudah melabelinya sabagai Ratu Bawel Abadi sekaligus Ratu Gosip Terkondang.

Renjun terperangah. "Oh ya? Gue juga baru tau kalau dia sekolah disini," imbuhnya cepat.

"Kita semua juga baru tahu tadi pagi," sahut Eunsang, didukung anggukan dari uke yang lain.

Haechan memutar mata. "asal lo tau ya, Kak Jaemin anti banget sama cewek. Dia lebih dingin daripada kak Jeno. makanya gue shock berat tadi pagi. jangankan buat nebeng mobilnya. ngobrol sama dia aja susah, Njun. cewek-cewek seangkatannya sendiri lo yang bilang begitu. bisanya sih ngobrol sama kak Jaemin, tapi dijamin mereka sendiri yang bakal tahan. bisa keki berat, kayak lagi ngomong sama tembok bernapas. beda banget sama kak Hyunjin. meski sedikit tertutup, seenggaknya dia jauh lebih ramah. Memang cocok deh jadi kapten basket. Tapi, tetep aja gue masih mengidolakan kak Jaemin, soalnya cowok itu misterius banget. Duh, pokoknya trio ganteng itu benar-benar tiga besar ter-ter-ter deh disekolah ini!"

Renjun terpana. ia bahkan tidak tahu fakta sedetail itu seputar idolanya. Tapi ada yang janggal. dari pengamatannya tadi, Renjun merasa Jaemin tidak sedingin itu.

"Chan, buruan keluarin tablet lo," suruh Baejin cepat.
kening Renjun semakim berkerut. Apalagi ketika Haechan benar-benar mengeluarkan tab-nya. "ini tab kakak gue, Njun. disini banyak banget data seputar anak populer di Neo Culture. Mulai dari siswa sama primitif sampai yang teraktual, ada semua. Lengkap. Kakak gue dapat ini dari kakak sulung gue, alumnus sini juga. Turun temurun gitu deh, Njun."

"Wah, Chan, keluarga lo setia banget sekolah disini? Jangan-jangan bokap-nyokap lo alumni sini juga?" tebak Renjun spontan.

"Ia dong! bokap gue mantan guru disini, yang akhirnya ketemu nyokap yang waktu itu masih muridnya," Haechan tersenyum geli. Jarinya lantas memilih salah satu folder pada tab, dan Renjun langsung dibawanya menyelami kisah menarik dibalik sekolah superior ini.

.
.
.
.
.
.
.

Tak sesempurna seperti yang mereka pikirkan, ternyata sudah setahun SMA Neo Culture memiliki skandal serius. Perselisihan itu terjadi diantara para senior, siswa dan siswa MIA dan IIS. dua jurusan itu kabarnya selalu bentrok dalam hal apapun.

mereka bisa ribut dimana saja dan kapan saja. bahkan hal sepele seperti kehilangan bolpoin pun bisa jadi masalah besar. apalagi kalau sampai anak MIA yang ketahuan pacaran sama anak IIS, itu dianggap pengkhianatan besar. keduanya terancam dibully.

Renjun terperangah. "Kok sampai segitunya sih? emang dulu begitu juga?"

Haechan menggeleng. Bentrokan itu baru terjadi dimulai sejak Jeno dan Jaemin masuk sekolah ini. sejak awal Jaemin sudah terlihat akrab dengan teman-teman Hyunjin. Jeno dan gengnya pun sudah akrab dengan para senior jurusan MIA. Sejak itu terbentuk dua kubu disini. semakin runyam ketika Jaemin dan Jeno sering bentrok disekolah. Kakak-kakak kelas mereka jadi segan terhadap keduanya. selain sama-sama jago berantem, mereka punya aura yang sama-sama kuat.

sejak itu Neo Culture terbagi dalam tiga kubu. Jeno, yang meskipun masih kelas sepuluh ketika itu, sudah jelas masuk kubu MIA karena sejak awal cowok itu sudah mencondongkan diri kesana. Sementara Jaemin jelas di IIS.

Pertikaian yang terjadi tidak melulu soal Jeno dan Jaemin. Anak-anak MIA dengan anak-anak IIS lainnya juga sering bertengkar. Tugas para guru menjadi lebih berat. Bahkan setahun terakhir, guru BP Neo Culture telah tiga kali berganti. sayangnya, hingga kini belum ada yang tahu pasti apa permasalahan utama Jeno dan Jaemin yang memecah belah para siswa.

"Terus, kubu ketiga?" Eunsang mengernyit penasaran.
"Ya kita-kita ini. Para junior yang baru masuk, belum tau apa-apa dan gak bisa apa-apa juga." Haechan mengangkat bahu. "Peran kita kayaknya cuma sebagai penonton."

Renjun membisu, pikirannya hanyut dalam ribuan tanya yang menggema, hingga kemudian serentetan pertanyaan meluncur. "Kenapa harus melibatkan Temen-temen sejurusan sih? berantem ya berantem aja, tapikan gak perlu sampe melibatkan sejurusan? emang apa salahnya jurusan MIA atau IIS? kayaknya disekolah lain gak sampe gitu deh."

Haechan memutar bola mata. "Jangan menyamakan sekolah ini sama sekolah lain dong. beda jauh, Njun. mungkin disekolah lain mayoritas murid bakal berebut masuk jurusan MIA, tapi akhirnya rapor kelas sembilan mereka yang jadi penentu. makanya banyak yang menganggap jurusan IIS tempat murid-murid buangan. Tapi di Neo Culture, teori itu jelas nggak berlaku." Haechan mengibaskan tangan.

"Kalian semua merasakan sendiri kan gimana susahnya ngerjain soal tes masuk sini? Dan kalian tau apa yang buat soal-soal itu sulit?" Renjun tak sempat merespon, Haechan langsung menjawab pertanyaannya sendiri. "itu karena semua soal tesnya sudah mencakup materi komplit seputar dua jurusan itu. makanya rasanya kayak ngerjain UN SMA jurusan MIA dan IIS. kata bokap gue, kalau nilai materi jurusan IIS gak seimbang sama nilai materi MIA, kita nggak bakalan lolos. kesimpulannya, semua murid yang diterima Neo Culture mampu masuk kedua jurusan itu. Jadi, waktu penjurusan kita sudah gak perlu tes lagu. kita bakal disuruh mau masuk jurusan mana. Bebas."

Karena itulah tak ada yang saling segan. tiap jurusan merasa berkuasa. dan memang benar kondisi ini telah tercipta sebelum kedatangan Jeno dan Jaemin, tapi diperparah oleh mereka.

"Mungkin semacam solidaritas ya?"
Renjun melengos kesal. "itu sih pembodohan massal!".

.
.
.
.
.
.
.


TBC

NeoCulturans || NoRenMin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang