"Biar saya aja, Pak!" Tukas Renjun tanpa sedikitpun melirik Jeno.
Suasana lapangan seketika berubah senyap. Sorot mematikan Jeno yang tadinya hanya dari ekor mata, sekarang dengan blakblakan dia todongkan ke wajah Renjun.
Cowok itu menggeram samar.Cowok cantik itu menganggu permainannya!
"Wuhuuuu, Wonder Women! Good Luck ya!" Seru Chani ketika cowok itu berjalan melewatinya tanpa ada yang bergerak menahan, termasuk Pak Jungkook dan Pak Jimin..
.
.
.
.
.
."Nah, ini baru bener, solidaritas sesama anak baru," timpal Felix dengan seulas senyum tipis. Matanya terus memandangi punggung Renjun. Sedangkan. Tangannya mulai sibuk mengotak Atik rubiks mini yang baru dikeluarkannya dari saku, kebiasaan yang tanpa sadar muncul ketika dia berpikir keras. Dia sedang menerka - nerka apakah cowok itu akan mampu menolong, atau malah mempermalukan diri sendiri.
"Ntar gue kasih Lo coklat sama boneka deh kalau berhasil!" Seloroh Jisung.
Kejadian itu jelas di luar skenario mereka, tapi merupakan bonus yang menarik.
Renjun tampak cuek. Begitu sampai di bawah ring, dua tangannya serentak mengangkat tongkat setinggi - tingginya, berusaha menggapai tas itu. Tetapi menit berikutnya, Cowok ini mengerang kesal karena tongkat yang ia genggam tidak cukup panjang untuk menjangkau ring basket, salahkan tinggi badannya yang tidak tinggi itu. Tetapi ia takkan menyerah begitu saja. Renjun berjuang semakin keras, bahkan sambil berjinjit dan melompat. Namun apa daya, tampaknya Jeno dan tiga temannya memang telah merancang situasi itu dengan amat sangat matang..
.
.
.
.
.
."Siapa cowok itu?" Hyunjin meringis geli bercampur salut sambil mengamati tingkah gigih jagoan mungil dibawah sana.
"No Idea. Tapi dahsyat nyalinya. Di depan Jeno lagi," balas Mark, teman sebangku yang ikut nongkrong ditepi balkon lantai tiga. " Gue penasaran pingin liat tuh cowok dari Deket. Kalau dari posturnya si Cantik juga," imbuhnya disertai seringai lebar."Sakit Lo." Hyunjin mendengus. " Buruan berobat sana, sebelum penyakit Lo akut."
"Yeeee... Mata Lo kali yang salah. Emang Lo nggak liat dia cantik begitu??" Ia tergelak, lalu kembali tenggelam dalam fantasinya.Tidak ada yang salah dengan mata Hyunjin. Dia mampu melihat paras cowok itu dengan cukup jelas. Hanya perkara jarak yang mengharuskan matanya bekerja lebih keras. Wajah itu adalah paras yang pagi ini, entah kenapa, sempat membuatnya terpana.
Cantik, memang, tapi bukan juga yang paling cantik yang pernah ia temui. Parasnya tidak seperti bule - bule yang sering kali membuat cewek maupun cowok pribumi melotot terpana.
Tetapi Hyunjin mengakui cowok itu memiliki aura yang sangat memikat secara alami. Tipikal cowok yang tidak lazim ditemui setiap hari. Dan semakin lama memandanginya, hati Hyunjin makin terusik. Kesungguhannya untuk meraih tas itu jelas tidak dibuat - buat. Hyunjin tentu sadar itu bukan urusannya, karena pemandangan seperti ini sudah sangat sering terlebih jika biangnya adalah empat orang itu.
Apalagi korban - korban mereka kali ini bukan siswa dari jurusannya jadi bisa saja Hyunjin bersikap apatis. Namun, mengingat takkan ada orang lain yang berani pasang badan di depan Jeno, yang juga berarti tak ada harapan lain untuk cowok mungil itu, tekad Hyunjin mendadak muncul.
"Bentar, Mark," ucapnya cepat, tanpa sempat berpikir panjang. Dia lekas berlari turun dengan meloncati beberapa anak tangga sekaligus.
"JIN! MAU KEMANA LO!?" seru Mark, diikuti tolehan kepala seksi koridor. Cowok itu berdecak kesal, lantas segera berlari menyusul temannya yang melesat jauh dibawah sana..
.
.
.
.
.
.Makasih buat yang udah baca ( kalau ada hehehe ).
Semoga kalian sukaTBC or END.
KAMU SEDANG MEMBACA
NeoCulturans || NoRenMin (END)
Teen Fiction" Pertama, nggak ada yang boleh tau tentang hubungan kita. Kedua, jangan ajak gue ngobrol disekolah. Dan ketiga, terserah lo mau berteman sama siapa aja di sekolah. Asalkan.... dia bukan anak IIS. " ~Jeno~ - Lokal - School and Family - Bromance - No...