Part 19

4.6K 738 21
                                    

"Jaem..... Jaemin?".
Akhirnya meluncur juga nama sakral itu, dan yang selanjutnya terjadi benar-benar diluar kendalinya. Renjun bergeser ke jok tengah, memajukan badan, dan tiba-tiba tubuhnya sudah menyempil diantara jok Hyunjin dan temannya itu. " Lo beneran Jaemin? Gue nggak lagi dikerjain kan? Li bener-bener penyanyi lima album koleksi gue? Jaemin... Lo Jaemin yang awalnya penyanyi cilik itukan?" Dan tiba-tiba Renjun menyadari sesuatu yang ganjil. "Eh, dasi lo...?" Matanya terpaku pada jahitan berwarna kuning emas pada dasi abu-abu yang cowok itu kenakan. "Tulisannya sama kayak dasi gue. Kita satu sekolah?!!".

Suasana hening sejenak. Gelak tawa Hyunjinlah yang memecahkan kegemparan itu. Histeria versi Renjun, dan kebungkaman Jaemin.

"Njun, lu jangan bikin dia ge-er." Hyunjin menepuk lengan Renjun. "Tapi lo bener, dia Jaemin Ramadhan, yang katanya artis," selorohnya seraya melirik temannya yang masih memandangi Renjun dengan sorot tak terbaca.

Hyunjin mendadak lega. Reaksi Jaemin sesuai dengan prediksinya semalam. Itu berarti bukan hanya dia yang merasakan keunikan Renjun. Itu berarti, mulai sekarang dia takkan melamun dan bergadang sendirian lagi. Seringai Hyunjin kontan melebar.

"Lo belum jawab. Lo siapa?" Jaemin, cowok bermata teduh yang digandrungi Renjun itu, Tiba-tiba mengulang pertanyaannya. Dia sama sekali tak menggubris rentetan pertanyaan Renjun, apalagi meladeni ucapan Hyunjin. Otaknya mendadak terlalu sibuk. Tak ada celah untuk memikirkan hal-hal lain diluar fokusnya. Tatapannya tak bisa lepas dari paras Renjun sejak detik pertama melihatnya. Entah apakah dia masih sempat berkedip karena matanya mulai terasa perih. Dia khawatir satu kedipan saja bisa mengubah wajah yang dipandanginya itu, atau lebih parahnya, melenyapkannya, seolah itu hanya ilusi. Tapi, pernyataan sohibnya segera menyadarkan Jaemin bahwa Renjun.... nyata.

"Dia Injun, Jaem, anak baru, kelas sepuluh," Hyunjin mewakili menjawab karena Renjun yang mereka bicarakan tamoaknya masih larut dalah kekagumannnya. Dia lantas menyenggol lengan Jaemin. "Tatapan lo nggak perlu sehoror itu," tegurnya, geli sekaligus prihatin. Dia baru sadar respon Jaemin lebih blakblakan dibandingkan reaksinya sendiri kemarin.

"Apa nama panjang lo?" Jaemin kembali melontarkan satu dari sekian banyak pertanyaan yang berkecamuk di benaknya.

"Jaem, pelan-pelan." Hyunjin langsung menepuk bahu cowok itu. "Lo masih punya dua tahun untuk mengajukan pertanyaan, atau seenggaknya lo bisa nanya sambil nyetir, kan? Bentar lagi belajar masuk." Dia menunjuk jam pada dasbor.

Renjun lebih dulu sadar. ia berusaha meredam euforianya dengan kembali bersandar. Meski tetap saja jok nyaman itu takkan mampu menyedot kekagumannya pada sosok didepan sana. Ia ingin menjerit! karena sejak dulu ia tak pernah muluk-muluk soal Jaemin. kalau bisa menonton konsernya secara langsung, Renjun pasti sudah senang, tapi apa daya, keinginan sepele itu belum juga terwujud. Namun, Tuhan memang penulis skenario paling sempurna! Harapan kecilnya justru dibalas dengan realita yang jauh lebih indah. Tak hanya bisa semobil bareng idolanya, ternyata mereka juga satu sekolah!

Untuk pertama kalinya, Renjun bersyukur telah menjadi seorang NeoCulturans.

.
.
.
.
.
.
.

Tetapi, ada yang mengganggu hati Renjun. Meski wujud asli idolanya itu lebih memikat dibandingkan yang terlihat dilayar TV, pagi ini ada kantong hitam dibawah mata Jaemin. Itu cukup ketara pada kulit putihnya. Apa mungkin Jaemin sedang tidak sehat? atau hanya efek kurang tidur karena jadwalnya yang padat?.

"Jaem, ayolah.... ini baru hari kedua Injun di NeoCulture. Lo nggak kasian kalau namanya masuk kedalam buku pelanggaran gara-gara terlambat?"

Jaemin terpaksa mengalah. Dengan setengah hati cowok itu berbalik keposisi semula. Dia lantas mulai mengemudikan mobil dengan kecepatan cukup/Tumben Na lu gak bar-bar/. Lalu lintas padat di hadapannya sejenak memaksanya berkonsentrasi, demi Meloloskan mobilnya dari zona stres ini/bukan FRIENDZONE/.

Hyunjin memutar tubuhnya sedikit hingga matanya bertemu dengan paras Renjun yang masih diselimuti kekaguman.

"Njun?"
"Iya, kak?" Renjun refleks menoleh serta balas memandangnya.
"Boleh gue nanya hal yang agak pribadi?"
"Boleh....." sahut Renjun meskipun agak ragu.

Hyunjin menarik napas. Dia tak ingin nadanya bicaranya terdengar keliru, tapi dia juga penasaran. "Kemarin sore gue nggak sengaja liat lo dijemput sama cowok. Dan pagi ini, dari halte tadi gue liat lo diantar naik motor yang sama, jadi gue rasa pengemudinya pun sama. Sayangnya, wajahnya ketutupan helm." Hyunjin tersenyum tipis. "Tapi kalau ingatan gue bener.... itu motor Jeno, anak XI MIA-1, kan?"

Renjun terenyak. Sorot matanya meredup. Tenggorokannya jadi kering. Jaemin ikut terpana, tapi dia menahan diri agar tidak ikut nimbrung. Sementara Renjun telah membuang muka kearah jendela.

Pertanyaan itu.... meski jawabannya teramat mudah dan kelewat singkat, tapi rasanya terlalu rumit. Mendadak Renjun menyadari kelengahan dirinya dan Jeno yang tidak pernah terjadi selama tiga tahun masa SMP mereka. Tampaknya dua orang dijok depannya ini tidak mudah dikelabui, apalagi oleh dirinya yang belum ahli/Hayo yang sering bohong buka les privat gak/. Sampai akhirnya Renjun memutuskan untuk melontarkan tiga huruf tersulit itu. "Iya", jawabnya parau.

Hyunjin mengangguk hampa, lalu kembali bersandar dikursi. Pandangannya terarah pada barisan mobil yang terantre didepan sana. Dalam kondisi normal, dia pasti berdecak muak melihat itu dan Jaemin akan kembali melontarkan kalimat : Sesabar-sabarnya orang, dia pasti bukan orang jakarta.


tapi saat ini Hyunjin tak sempat menghiraukan kesemrawutan jalan yang mereka lintasi. Dalam diam, dia berpikir keras. Jika benar Renjun memiliki hubungan serius dengan cowok itu, sudah pasti Hyunjin harus menyingkirkan harapannya.
" Lo sama Jeno..... Pacaran?".

.
.
.
.
.
.
.

Hai gaes IM BACKKKKK
maaf buat kalian menunggu terlalu lama.
Udah hampir 2 bulan aku hiatus dan yah aku benar-benar merasa bersalah.

jadi buat sekarang aku usahain buat update terus YEEEEEEE🎉🎉🎉

JADWAL UPDATE
- NeoCulturans (Kamis, Sabtu)
- A Romantic Story About Renjun (Selasa).

TBC

NeoCulturans || NoRenMin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang