Renjun menghembuskan napas berat. Tangannya lagi-lagi mengusap dada saat kembali mengamati kondisi kolam di hadapannya.
"Ngeri," desisnya sembari berjalan memutari kolam hingga ia pun tiba di sisi yang berseberangan dengan lorong. Renjun lantas berdiri ditengah-tengah garis panjang kolam, kemudian mendongak, memandangi tujuh cowok yang belum juga beranjak dari mulut lorong.
"Ayo dong, tunggu apalagi? Kelerengnya kan nggak bakal ngambang sendiri."
"Ya udah, sana nyebur, gue pantau Lo dari sini," Jeno langsung merespon. Cowok itu menatap adiknya dengan tak acuh. Dia mendekati tepi kolam seberang Renjun. Benar saja, tepat seperti prediksinya, dalam jarak sedekat ini pun dasar kolam tetap tak terlihat, terhalang oleh tebalnya kotoran berupa debu, dedaunan kering, bahkan mungkin bangkai hewan mikro yang sarat kuman.
Menemukan kelereng sesuai perintah Pak Yoongi itu bagaikan Mission impossible."Enak aja! Gue korban nih! Dalangnya kan kalian berempat. Harusnya gue nggak ikut di sini. Kalau gue juga nyebur gue rugi dua kali dong!" Renjun berucap nge-GAS.
Jaemin menyeringai, begitu pun Hyunjin dan Mark yang menggeleng-geleng salut. Cowok manis itu memang tidak ada takutnya. Mereka bertiga lantas menyusul Renjun keseberang kolam.
"Terus ngapain Lo berdiri disitu?" Jeno menaikkan satu alisnya.
Renjun tersenyum lebar. "Nah, karena kalian berempat biangnya, berarti harus kalian juga yang tanggung jawab. Gue yang akan mengatur supaya pekerjaan kalian lebih adil. Jadi kak Chani dan kak Jisung, kalian gue tugaskan nyari disebelah kanan gue. Terus, kak Felix dan kak Jeno, kalian bagian kiri. Thats it! Ide bagus, kan?" Ujarnya sambil menunjuk.
Mereka seketika menyemburkan tawa, seolah Renjun baru saja melontarkan kalimat terlucu dalam sejarah peradaban manusia.
"Kok malah ketawa sih?" Protes Renjun kesal.
"Gue serius nih!""Gih, Lo aja yang nyebur. Kami awasi dari sini. Kalo Lo tenggelam atau kram, Lo lambaikan tangan aja ke kamera. Pasti gue tolongin." Seloroh Jisung.
Teman-teman Jisung mendengus geli, apalagi saat melihat mimik jengkel Renjun. Renjun bahkan sempat mengacungkan kepalan tangan seolah ingin menggetok cowok itu.
"Nggak bisalah, gue nggak bisa berenang!"
"Nih gue pinjamin bahu gue, kita berenang berdua. Mau alesan apa lagi lo?"
"Dih!" Renjun bergidik ngeri. Ia lantas berkacak pinggang dan mendelik ke arah Jisung dengan dagu terangkat tinggi.
"Dasar boyband gagal!""Apa Lo bilang?!" Jisung hampir memutari kolam untuk melabrak Renjun, tapi Felix dengan cepat menarik tangannya.
"Tenang, bro," omel Felix seraya melepaskan cengkeramannya.
"Lo nggak denger dia ngatain gue apa? Boybang gagal, man!" Jisung melirik Renjun tajam. "Mending kalau boyband, rata-rata personilnya cakep. Lah ini boyband gagal? Berarti gue gagal ganteng dong?!". Semua yang mendengar tertawa geli.
Namun Hyunjin lekas angkat suara. "Kalian tuh ya.... Udah naik kelas, tapi tingkat kedewasaan nggak naik-naik ya?" Sindirnya telak. "Ikutin aja cara Injun. Gue, Mark, sama Jaemin, bakal cari disisi kanan. Jadi Lo berempat cari di kiri."
"Tuh kan!" Renjun berseru puas. "Anak IIS memang terbukti lebih cerdas dibanding anak-anak MIA! Kalian berempat boro-boro tanggung jawab, bersikap laki-laki aja nggak! Makanya tuh warna badge kalian merah, kayak darah. Api. Neraka!"
Tujuh cowok itu lagi-lagi terperangah. Kalimat itu menusuk telak harga diri lawan. Renjun memang hobi Asala hantam!.
"Kalian nggak sadar ya? Ini udah jam tiga. Kalau kelereng itu nggak ketemu dan Pak Yoongi serius tetap nyuruh kita nyari sampe malam, gue jamin besok pagi kita pulang dalam kantong jenazah! Makanya Lo berempat nggak usah buang-buang waktu," ujar Jaemin seraya melepaskan jam tangan dan mengeluarkan ponsel dari saku celana. "Gue titip ya, Njun."
"Kita bikin kesepakatan." Ucapan Jeno seketika menahan gerakan Jaemin. "Karena Lo nggak ikut nyebur, Njun, berarti Lo harus jadi tumbalnya. Biar gue ada motivasi selain nemuin kelereng konyol," tukasnya dengan senyum tipis.
"Kalau tim gue yang dapetin kelereng itu, berarti seminggu ke depan, Lo harus nurutin semua perintah kami. Jam berapa pun, dimana pun, kapan pun! Tapi kalau mereka yang nemuin, kami nggak bakal ganggu Lo selama seminggu. Gimana?"
"Setuju!" Seru Jisung, Felix dan Chani kompak dengan sorot menantang.
"Lo ngejual gue?!" Seru Renjun tak percaya. Bentuk protes seorang adik kepada kakaknya.
"Pilih itu atau Lo ikut nyebur," kata Jeno, memberi penawaran lain.
"Iya nih, bahu gue kuat kok" sambung Jisung yang semakin membuat Renjun kesal..
.
.
.
.
.
.Jaemin membuang napas keras, lalu tatapannya beralih pada Hyunjin dan Mark. "Lo berdua sanggup?"
Hyunjin melepas atribut elektronik dari tubuhnya sebagai jawaban. Sementara Mark mengembuskan napas, tapi turut menanggalkan barang-barang berlabel mahal yang menempel di tubuhnya.
"Gue nggak sanggup!" pekik Renjun dengan wajah nelangsa.
"Lu tenang aja, Njun" bisik Jaemin sambil melepas sepatu. "Kalaupun mereka yang dapetin kelerengnya kami masih bisa menyabotase". ungkapnya dengan volume terjaga.
Renjun mengernyit bingung, tapi Jaemin hanya melempar senyum kecil. Begitu pun Hyunjin yang berdiri tepat di samping Jaemin.
"Lu bantu da aja ya," ucap Hyunjin seraya menyerahkan ponsel dan arlojinya lalu mengalihkan
pandangan ke arah tim lawan.
"Jadi nggak? Nggak usah pakai batas semua bebas mencari di mana aja.""Oke!" Sambut Jeno sembari meletakkan barang-barangnya di dekat dinding.
"Untung aja seragam ini nggak dipakai lagi besok" gumam Han sambil mencopot sepatu dan seragamnya hingga menyisakan kaus oblong dan celana abu-abu. "Oke, gue siap!" Tatapan tajam Jeno tertuju ke wajah Renjun. Renjun seketika cemberut tapi tidak mampu membalas. Ia hanya bisa membuang napas kesal. Dasar kakak KW! Mereka langsung terjun ke kolam.
Renjun spontan melangkah mundur dari bibir kolam gara-gara cipratan air yang mengenai bajunya, kemudian duduk bersila dengan jarak terjaga di tengah sisi luar kolam. Barang-barang berharga yang ia jaga dimasukkan ke tas. Renjun berdecak kagum melihat para cowok itu menguasai berbagai gaya renang. Dengan luwes mereka berseliweran dari ujung ke ujung. Badan mereka timbul-tenggelam seakan lupa dengan lebam-lebam di sekujur tubuh.
Pantas saja Bu Veda dengan enteng memberikan hukuman ini karena para cowok itu memang jago renang. Renjun sendiri hanya bisa meringis prihatin tiap kali salah-satu dari mereka berhenti sejenak dan terbatuk-batuk. Tentu bukan karena napas mereka tidak kuat. Itu pasti ada hubungannya dengan air kolam yang kotor.
Ia yang duduk cukup jauh dari kolam juga bisa mencium bau aneh yang
menguar dari sana. Cowok manis itu kerap kali mengerang tiap ada tim Jeno yang sejenak berhenti berenang untuk mengecek wujud benda yang mereka temukan di tangan. Dan begitu melihat mereka membuang benda itu yang ternyata bukan kelereng Renjun mendesah lega. Hingga nyaris satu jam para cowok itu bergulat dengan air. Renjun ikut frustrasi karena kelereng itu tak kunjung ketemu. Dia bahkan tak bisa ikut membantu. Ketika waktu menunjukkan pukul setengah lima sore Renjun pun berseru."Istirahat dulu deh! Kalau kalian pingsan gue juga nggak bisa nolong."Para cowok setuju dan berlomba naik ke tepi kolam lalu berhamburan menuju shower untuk membasuh tubuh mereka dengan air bersih. Namun saat Chani bergerak ingin melepas kaus Renjun spontan menjerit.
”Apaan sih lo?!”.
.
.
.
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
NeoCulturans || NoRenMin (END)
Roman pour Adolescents" Pertama, nggak ada yang boleh tau tentang hubungan kita. Kedua, jangan ajak gue ngobrol disekolah. Dan ketiga, terserah lo mau berteman sama siapa aja di sekolah. Asalkan.... dia bukan anak IIS. " ~Jeno~ - Lokal - School and Family - Bromance - No...